Salah satunya adalah yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha pada 1924, di era pasca Perang Dunia 1 tersebut akhirnya Turki Utsmani berhasil diruntuhkan meskipun Mustafa harus meminta bantuan Inggris.Â
Dimana saat itu koalisi negara-negara Eropa juga berambisi menguasai sumber daya minyak di tanah Arab, lalu mereka membuat kesepakatan yang dirasa menguntungkan kedua belah pihak.Â
Pewaris tahta Kerajaan Arab akan melakukan apapun demi mempertahankan kekuasaanya, termasuk bekerja sama dengan pihak yang memiliki ideologi berbeda.Â
Banyak pakar politik berpendapat Kerajaan Arab yang hidup dari penjualan minyak ini tidak akan bisa bertahan lama, karena dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih cepat atau lambat bahan bakar minyak akan ditinggalkan.Â
Cinzia Bianco Penulis Jurnal European Council on Foreign Relations menjelaskan, Arab Saudi kini berupaya memperluas kekuasaannya dengam mengambil posisi di Dewan Internasional PBB.Â
Mereka menjadi perwakilan negara-negara Timur Tengah di organisasi global tersebut, Arab Saudi membangun kerja sama ekonomi dengan berbagai negara.Â
Mereka kini menjadi sahabat bagi negara-negara Eropa untuk kepentingan ekonomi dan hubungan internasional, kerajaan ini memegang peran penting dalam agenda politik global.Â
Di sisi lain negara-negara Eropa juga butuh kekuasaan terhadap kerajaan Arab, terbukti dengan bagaimana mereka selalu melibatkan Pemerintahan Riyadh dalam rapat-rapat internasional.
Ambisi Putra Mahkota Saudi
Mohammed Bin Salman sebagai calon Pewaris Tahta Kerajaan yang kini menjabat sebagai Perdana Menteri Arab Saudi memiliki ambisi besar, sampai dalam sampul majalah Time tahun 2018 terpampang wajahnya dengan judul.Â
'The Saudi Crown Prince Thinks He Can Transform The Middle East' kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan, 'Should We Believe Him?' judul tersebut seperti menyampaikan bahwa ada keraguan di tengah masyarakat.Â