Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Di Balik Tirai Diktator, Begini Kehidupan & Nasib Tragis Perempuan di Korea Utara

28 Juli 2024   09:20 Diperbarui: 28 Juli 2024   09:20 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: POS-KUPANG.com (potret perempuan-perempuan cantik di Korea Utara)

Dilarang Pakai Celana

Negara satu ini memang sangat tertutup dari dunia internasional mereka hanya memiliki kerja sama luar negeri dengan 2 negara yakni Rusia dan China, ketika membahas Korea Utara yang terlintas di pikiran kita umumnya adalah Dinasti Kim Joung Un atau Proyek Nuklir. 

Sampai permusuhan dengan Korea Selatan, tapi nyatanya masih banyak hal sederhana tentang Korea Utara yang jarang menjadi perhatian publik. 

Salah satunya adalah perempuan di sana jika kita melihat selama ini perempuan-perempuan di Korea Selatan, pasti yang ada di pikiran  kita adalah cantik-cantik seperti idol-idol Kpop atau Aktris-Aktris K-Drama. 

Lalu bagaimana dengan perempuan-perempuan di Korea Utara?, ada satu peraturan yang sederhana namun sangat tidak masuk akal yakni perempuan Korea Utara dilarang memakai celana. 

Pemerintah mewajibkan perempuan mengenakan rok di tempat-tempat publik, jika ada seorang yang ketahuan memakai celana di tempat umum bisa langsung ditangkap Polisi. 

David Averre Jurnalis DailyMail.co.uk menjelaskan pemerintah Korea Utara melarang warga perempuannya, mengenakan celana pendek karena dianggap perilaku pro terhadap budaya kapitalis barat. 

Negara ini memiliki undang-undang yang menolak keras segala pemikiran dan budaya barat, salah satunya perempuan diharuskan mengenakan rok yang panjangnya di bawah lutut. 

Gaya berpakaian seperti itu disebut 'Etika Sosialis' perempuan yang memakai celana pendek, artinya dia melanggar etika dan norma sosial di sana.

Sebab: Penurunan Angka Kelahiran

Larangan memakai celana bagi perempuan itu semakin diperketat sejak Korea Utara mengalami krisis kelahiran selama 10 tahun terakhir, alasan ini tidak masuk akal karena tidak ada hubungannya antara angka kelahiran dengan perempuan mengenakan celana dan rok. 

Berita dan riset yang beredar, justru mengatakan penyebab menurunnya angka kelahiran di Korea Utara disebebkan buruknya kualitas hidup di negara ini. 

Banyak orang-orang yang menikah tapi tidak mau memiliki anak karena tidak tega, jika anaknya nanti harus merasakan sulitnya mendapat layanan kesehatan dan makanan bergizi. 

Perempuan yang memakai celana dicap tidak feminim di Korea Utara, aturan ini jadi  semakin tidak masuk akal karena pekerjaan mayoritas perempuan di negara ini bukanlah kantoran, pengusaha, atau pegawai intansi pemerintah. 

Melainkan  pekerja kasar seperti pedagang sayur, ikan, daging, sampai kuli bangunan jadi tidak masuk akal jika pekerjaan fisik seperti itu diharuskan mengenakan rok. 

Mengutip dari VOA Associated Press Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menyatakan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah mencegah agar negaranya terhindar dari krisis kelahiran. 

Pemerintah telah menyerukan kepada rakyatnya agar memiliki banyak anak selama beberapa tahun terakhir, berdasarkan statistik angka kelahiran di Korea Utara memang menurun sealama 10 tahun terakhir. 

Ini adalah hal yang mengkhawatirkan karnea negara ini, sangat bergantung pada tenaga kerja untuk menggerakan roda perekonomian mereka. 

Seruan Kim jong Un kepada perempuan Korea Utara untuk memiliki banyak anak disampaikan pada acara Pertemuan Ibu Nasional, pada 4 Desember 2023 lalu.

Kehidupan Pernikahan yang Tidak Adil

Kebanyakan perempuan di Korea Utara juga harus mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka menurut keterangan dari Yeonmi Park, seorang Aktivis Perempuan yang kabur dari Korea Utara. 

Perempuan-perempuan di negara ini banyak yang menjadi tulang punggung keluarga sedangkan suaminya banyak yang pengangguran, bahkan sering minum-minuman keras sampai berjudi. 

Istri yang harus bekerja banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarga dan suami pengangguran yang tidak mau berusaha, menurut Yeonmi Park adalah hal yang lumrah terjadi di Korea Utara. 

Banyak perempuan juga yang terpaksa bekerja di Pasar Gelap sehingga beresiko ditangkap dan dipenjara, karena berjualan di pasar Yeonmi juga menambahkan banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual oleh Aparat Keamanan. 

Masalah kehidupan rumah tangga yang dialami perempuan tidak berhenti sampai di situ, perempuan di Korea Utara juga wajib mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. 

Hyun Joo Lim Dosen Sosiologi dari Bournemouth University sekaligus Jurnalis THE CONVERSATION menjelaskan, banyak perempuan Korea Utara yang mengalami kekerasan setiap hari. 

Namun sayangnya isu ini tidak pernah diangkat dan selalu tertutup oleh berita-berita politik internasional, ketidaksetaraan gender dan pelanggaran hak-hak asasi perempuan di negara ini adalah hal yang lumrah. 

Hyun Joo mewawancarai salah satu perempuan yang mengalami kekerasan rumah tangga, selama lebih dari 20 tahun pernikahannya. 

Tidak ada ganti rugi bagi perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, negara cenderung menormalisasi perilaku kekerasan yang dilakukan suami kepada istri.

Cantik Adalah Kutukan

Hal lain yang menarik untuk dibahas adalah seperti apa kehidupan perempuan-perempuan cantik di Korea Utara?, jika Korea Selatan selama ini kita tahu kecantikan perempuan-perempuannya seperti idol-idol Kpop atau aktris-aktris K-Drama. 

Wajah perempuan-perempuan muda di Korea Utara tidak jauh berbeda dengan perempuan-perempuan Korea Selatan, karena secara genetik mereka berasal dari etnis yang sama. 

Jadi bisa dibilang banyak perempuan-perempuan Korea Utara yang wajahnya mirip Jisoo Blackpink atau Nayeon Twice, tapi nasib mereka jauh berbeda jika di Korea Selatan perempuan cantik bisa menjadi idol terkenal dan kaya. 

Di Korea Utara perempuan cantik direkrut menjadi 'Gippeumjo' apa itu?, bahasa halusnya adalah Pasukan Kenikmatan (Pleasure Squad) Korea Utara. 

Mereka bertugas memenuhi berbagai kebutuhan Pejabat-Pejabat Korea Utara terutama kebutuhan seks, pasukan ini diseleksi dengan standar yang cukup tinggi seperti kulit harus putih bersih, wajah tirus, dan tinggi minimal 165 cm. 

Dan Hall Jurnalis The Chronicle menjelaskan, Gippeumjo atau Kippumjo telah ada sejak pemerintahan Kim Il Sung (Kakek Kim Jong Un). 

Pada akhir tahun 1970-an Kim Il Sung memerintahkan pejabat-pejabatnya untuk mencari perempuan-perempuan muda dan cantik, ke seluruh penjuru negeri untuk dijadikan Penyanyi dan Penari di istana. 

Beberapa dari perempuan-perempuan itu kemudian dipekerjakan sebagai pembantu di istana yang bertugas memasak, mencuci pakaian, membersihkan kamar, dan lain sebagainya. 

Tapi mereka yang memiliki paras cantik dijadikan 'wanita penghibur' untuk para pejabat, kebanyakan dari mereka masih berusia 13-14 tahun dan lebih parahnya yang mengirim mereka adalah pihak sekolah.


Gippeumjo: Pasukan Kenikmatan

Selain persyaratan fisik seorang perempuan Pasukan Kenikmaatan (Pleasure Squad) juga harus berusia kisaran 13-15 tahun dan harus masih perawan, biasanya anak-anak perempuan calon Gippeumjo direkomendasikan oleh pihak sekolahnya. 

Dalam 1 tahun rata-rata ada 40 anak sekolah yang akan diseleksi menjadi Pasukan Kenikmatan, mereka yang lolos kemudian dibagi menjadi beberapa grup. 

Ada grup Pelayan, Penari, Penyanyi, sampai Tukang Pijat Full Service (Plus Plus), gadis-gadis yang terpilih akan dikarantina dan tidak boleh berkomunikasi dengan keluarganya selama 10 tahun lamanya. 

Ketika berusia 25 tahun biasanya gadis Gippeumjo baru diizinkan pulang kembali ke keluarganya, dengan kesepakatan tidak akan membocorkan satu pun kegiatan mereka selama menjadi Gippeumjo. 

Ruth Vania C Jurnalis Tribunnews.com menjelaskan Pasukan Kenikmatan Korea Utara ini, pertama kali diekspos oleh Chosun Ilbo Media Korea Selatan. 

Awalnya hampir tidak ada yang mengetahui tentang Gippeumjo ini karena Korea Utara memang sangat tertutup sejak dulu, akhirnya beberapa perempuan yang dulu pernah menjadi Gippeumjo berhasil diwawancarai oleh Jurnalis Ilbo. 

Pasukan Kenikmatan ini sempat dibubarkan pada tahun 2011 saat ayah dari Kim Joung Un yakni Kim Jong Il wafat, kemudian dibentuk kembali pada 2015 dengan alasan untuk kebutuhan hiburan. 

Gippeumjo diketahui kini beranggotakan 2 ribu perempuan yang direkrut sejak masih berusia 13 tahun, para remaja itu dipilih oleh tentara-tentara Korea Utara yang mendatangi sekolah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun