Larangan memakai celana bagi perempuan itu semakin diperketat sejak Korea Utara mengalami krisis kelahiran selama 10 tahun terakhir, alasan ini tidak masuk akal karena tidak ada hubungannya antara angka kelahiran dengan perempuan mengenakan celana dan rok.Â
Berita dan riset yang beredar, justru mengatakan penyebab menurunnya angka kelahiran di Korea Utara disebebkan buruknya kualitas hidup di negara ini.Â
Banyak orang-orang yang menikah tapi tidak mau memiliki anak karena tidak tega, jika anaknya nanti harus merasakan sulitnya mendapat layanan kesehatan dan makanan bergizi.Â
Perempuan yang memakai celana dicap tidak feminim di Korea Utara, aturan ini jadi  semakin tidak masuk akal karena pekerjaan mayoritas perempuan di negara ini bukanlah kantoran, pengusaha, atau pegawai intansi pemerintah.Â
Melainkan  pekerja kasar seperti pedagang sayur, ikan, daging, sampai kuli bangunan jadi tidak masuk akal jika pekerjaan fisik seperti itu diharuskan mengenakan rok.Â
Mengutip dari VOA Associated Press Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menyatakan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah mencegah agar negaranya terhindar dari krisis kelahiran.Â
Pemerintah telah menyerukan kepada rakyatnya agar memiliki banyak anak selama beberapa tahun terakhir, berdasarkan statistik angka kelahiran di Korea Utara memang menurun sealama 10 tahun terakhir.Â
Ini adalah hal yang mengkhawatirkan karnea negara ini, sangat bergantung pada tenaga kerja untuk menggerakan roda perekonomian mereka.Â
Seruan Kim jong Un kepada perempuan Korea Utara untuk memiliki banyak anak disampaikan pada acara Pertemuan Ibu Nasional, pada 4 Desember 2023 lalu.
Kehidupan Pernikahan yang Tidak Adil
Kebanyakan perempuan di Korea Utara juga harus mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka menurut keterangan dari Yeonmi Park, seorang Aktivis Perempuan yang kabur dari Korea Utara.Â