Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krimea: Sumber Konflik Abadi antara Rusia & Ukraina

30 Juni 2024   21:09 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:14 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Manaberita.com (ilustrasi Rusia & Ukraina yang sedang berkonflik)

Mengenal Krimea

Semenanjung Krimea adalah wilayah daratan yang terletak di ujung timur benua Eropa sebelah utrara Laut Hitam dan sebelah barat Laut Azov, luasnya sekitar 27.000 km persegi Krimea terhubung dengan daratan Ukraina di sebelah utara. 

Wilayah ini juga terhubung dengan daratan Rusia melalui jembatan Krimea di sebelah timur yang menyebrangi Selat Kerch, kota Rusia terdekat dari jembatan Krai Krasnodar.

Krimea memiliki banyak teluk dan pantai di kawasan Laut Hitam dan Laut Azov, Yalta dan Sevastopol adalah kota pantai yang paling ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya.

sumber: Quora (peta posisi Krimea)
sumber: Quora (peta posisi Krimea)

Posisi Semenanjung Krimea sangat strategis sebagai tempat berlabuh kapal-kapal perdagangan laut Eropa barat, timur, dan Turki/Asia, karena berada di Laut Hitam yang merupakan titik temu antara benua Eropa dan Asia. 

Oleh karena itu wilayah ini selalu menjadi rebutan antara Rusia dan Ukraina, saat ini secara De Facto Krimea diakui sebagai wilayah milik Federasi Rusia. 

Luftan Faizi Jurnalis SINDONEWS.com menjelaskan wilayah Krimea memanas, saat perang Rusia melawan Ukraina meletus pada akhir 2022 lalu hingga sekarang kedua negara masih saling mengklaim wilayah ini. 

Pada Senin (4/3/2024) dilaporkan ada serangan udara dari beberapa Drone milik Ukraina, Kementrian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa mereka telah berhasil menghancurkan 38 Drone Tempur Ukraina. 

Jika melihat sejarah wilayah Semenanjung krimea, memang sudah sejak lama menjadi wilayah yang penuh dengan konflik banyak negara yang memperebutkan daratan ini.

Republik Krimea & Sevastopol

Wilayah ini adalah satu negara bagian yang terbagi dalam 2 pemerintahan yang berbeda yakni Republik Krimea dan Kota Sevastopol, Republik Krimea adalah daerah otonom yang berada di bawah naungan Federasi Rusia mencakup sebagian besar wilayah Krimea. 

Sedangkan Kota Sevastopol adalah adalah sebuah kota yang terletak di selatan pantai Krimea, statusnya adalah kota milik Pemerintah Daerah Federal Rusia. 

Meski kini secara De Facto Krimea diakui sebagai wilayah milik Rusia, klaim tersebut tidak diakui oleh Ukraina dan beberapa organisasi internasional PBB. 

Mereka menganggap Krimea adalah wilayah yang secara hukum dilindungi oleh pemerintah Ukraina bukan Rusia, wilayah ini telah menjadi sumber konflik internasional sejak tahun 2014. 

Pada Maret 2014 pemerintah Rusia mengambil alih Krimea setelah setelah rapat dewan regional yang dihadiri oleh Presiden Putin dan beberapa Gubernur, rapat tersebut dianggap ilegal oleh Ukraina, PBB, dan Uni Eropa. 

Danu Damarjati Jurnalis Detiknews menjelaskan setelah 9 tahun wilayah ini diklaim oleh Rusia, pada Kamis (2/3/2023) warga Krimea yang berpihak pada Ukraina menggalang dukungan ke kelompok muslim Indonesia.

Tamila Tasheva perwakilan Ukraina di Republik Krimea datang ke Indonesia untuk menemui petinggi-petinggi kelompok masyarakat Islam Indonesia seperti Muhamadyah, PBNU, dan MUI selain itu ia juga bertemu dengan para Akademisi kampus-kampus Jogja. 

Menurutnya wilayah Krimea adalah tanah milik bangsa Ukraina, apa yang dilakukan Rusia selama 9 tahun adalah penjajahan terhadap warga Ukraina.

Dulunya Bernama Tauris

Jika dilihat dari catatan sejarah Krimea dulunya bernama Tauris pada abad ke-5 SM wilayah ini dikuasai oleh pemerintah Kerajaan Yunani, kemudian secara bertahap diberikan kepada Kerajaan Bosporan dalam rangka kerja sama ekonomi. 

Lalu pada 63 SM-341 M kawasan ini dikuasai oleh Kerajaan Klien Roma, selama hampir 2000 tahun wilayah pesisir selatan Krimea menjadi daerah pusat kebudayaan Yunani mekipun telah dikuasai oleh pemerintah Roma. 

Selama itu kerajaan-kerajaan Roma silih berganti menguasai Krimea mulai dari Kekaisaan Bizantium, Kekaisaran Trebizond, sampai Kerajaan Theodoro. 

Di abad ke-13 beberapa kota pelabuhan di selatan Krimea dikuasai oleh Venesia dan Republik Genoa, sedangkan di utara dan tengah dikuasai oleh Golden Horde dari Kekaisaran Mongol. 

Pada abad ke-15 Krimea dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman dan menjadi wilayah perdagangan terbesar di Asia-Eropa pada masa itu, memasuki akhir abad ke-18 Krimea jatuh ke tangan Kekaisaran Rusia.

Alice Popovici Jurnalis HISTORY menjelaskan pada abad ke-19, terjadi perang besar antara Kekaisaran Rusia melawan aliansi Kerajaan Perancis, Inggris, dan kekaisaran Ottoman memperebutkan wilayah ini. 

Para Sejarahwan menyebutnya 'Perang Krimea' singkat cerita, pada 1856 Rusia dan lawan-lawannya menandatangani 'Perjanjian Paris' sebagai tanda berakhirnya perang. 

Perjanjian tersebut merupakan wujud pengakuan Kekaisaran Rusia bahwa mereka telah kalah perang, militer dan ekonomi mereka saat itu benar-benar kacau. 

Pelabuhan-pelabuhan dan pusat kota Krimea hancur lebur akibat perang, dalam perjanjian ini aliansi Perancis, Inggris, dan Ottoman menuntut Rusia agar menyingkirkan semua angkatan militernya dari pelabuhan Kota Sevastopol.

Revolusi 1917

Setelah Revolusi Rusia pada 1917 Krimea menjadi tempat pertempuran sengit antara Kelompok Bolshevik melawan Anti Komunis Pro Kaisar, tahun 1921 wilayah ini menjadi milik Republik Sosialis Soviet dibawah kepemiminan Lenin. 

Semenanjung Krimea diduduki oleh Jerman selama Perang Dunia 2 tepatnya di tahun 1942-1944, kemudian Soviet kembali menguasai tanah ini di tahun 1944 setelah melakukan serangan ke Jerman dari Front Timur. 

Pemerintah Soviet mengusir paksa ribuan warga Krimea ke negara bagian lain, dengan tuduhan pengkhianatan karena berpihak kepada Nazi. 

Pada 1945 wilayah ini diubah statusnya menjadi provinsi di wilayah Republik Sosialis Fedarasi Soviet,  dari yang sebelumnya merupakan Republik Otonom khusus Uni Soviet. 

Pada 1954 Nikita Khrushchev Presiden Uni Soviet saat itu mengubah status Krimea dari provinsi Federasi Soviet ke Republik Sosial Soviet-Ukraina, sebagai wujud keseriusan pemerintah Soviet yang saat itu ingin menyatukan Ukraina dan Rusia. 

Adam Taylor Jurnalis The Washinton Post menjelaskan, penulisan Krimea dalam bahasa Inggris seringkali diawali dengan kata 'the' dimana kata tersebut digunakan untuk objek spesifik/berbeda. 

Tidak seperti penulisan Rusia atau Ukraina yang tanpa menggunakan 'the', artinya dalam konteks pembahasan tentang negara Krimea tidak seperti Rusia maupun Ukraina. 

Dengan kata lain wilayah ini bukanlah negara atau bagian dari sebuah negara, meskipun banyak negara yang pernah mengklaim Krimea sebagai miliknya. 

Karena tanah ini telah menjadi rebutan berbagai bangsa, kerajaan, dan negara selama berabad, juga karena Rusia yang menguasai wilayah ini sejak 2014 menetapkan status Krimea sebagai Republik Otonom Khusus.

Penduduk Krimea 

Lalu sebenarnya siapa yang tinggal di Semenanjung Krimea? Pada tahun 1960-1990an ada jumlah Rusia yang tinggal di wilayah ini adalah 1,6 juta jiwa, sedangkan orang Ukraina jumlahnya 626 ribu jiwa. 

Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 disusul dengan kemerdekaan Ukraina semenanjung ini diubah kembali menjadi Republik Krimea, pada 26 Februari 1992 pemerintah Rusia mendeklarasikan Krimea sebagai wilayah Republik yang mandiri. 

Lalu pada Mei 1992 Krimea resmi mendeklarasikan pemerintahan mereka sendiri, kemudian pada 17 Desember 1992 Ukraina mendirikan kantor Delegasi Kepresidenan di Krimea. 

Tindakan tersebut menimbulkan protes dari warga Krimea yang menginginkan rumah mereka, menjadi negara sendiri yang mandiri bukan di bawah bayang-bayang Ukraina maupun Rusia. 

Alex Gendler Jurnalis VOA menjelaskan setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, warga Etnis Tatar sebanyak 150 ribu orang yang merupakan penduduk asli Krimea kembali pulang ke tanah mereka. 

Setelah berakhirnya Perang Dingin yang berujung pada runtuhnya Uni Soviet, orang-orang Tatar diketahui memiliki hubungan yang baik dengan kelompok Anti Soviet dan Nasionalis Krimea-Ukraina. 

Melihat masa lalu mereka, selama berada di bawah kekuasaan Soviet yang sering diperlakukan tidak adil bahkan hingga diusir paksa ke negara bagian lain oleh pemerintah Soviet. 

Orang-orang Tatar memutuskan untuk bergabung bersama Ukraina, pemerintah Ukraina menggelar pemungutan suara di Krimea dan hasilnya mayoritas warga ingin Krimea menjadi negara yang mandiri.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun