Jika bicara tentang peran kedua orang ini di Militer Indonesia bisa dibilang mereka adalah tokoh yang cukup ikonik di Satuan Baret Merah ini, karena di zaman itu Kopassus sedang dalam masa-masa awal dalam membentuk dan melatih kemampuan anti terorisme.Â
Mereka adalah adik kakak di dunia Militer karena Luhut merupakan jebolan AKABRI tahun 1970, sedangkan Prabowo lulus dari AKABRI pada tahun 1974.Â
Di Kopassus ketika Luhut berpangkat Mayor sedangkan Prabowo masih berpangkat Kapten, meskipun lebih senior daripada Prabowo namun karier Militer Luhut tidak secemerlang Prabowo.Â
Pria yang kini menjabat sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi ini tidak pernah menjadi Panglima ataupun kepala staff, meskipun sudah 20 tahun mengabdi di Kopassus jabatan tertinggi Luhut hanya sampai Komandan.Â
Laki-laki yang kini berusia 76 tahun ini, pernah menjadi Kepala Pusat Pendidikan Kopassus (Pusdikpassus) dengan pangkat kehormatannya itu.Â
Petrik Matanasi Jurnalis Tirto.id menjelaskan pada 1981 merupakan langkah terbesar dalam karier Militer Luhut, dimana ia mendirikan Detasemen 81 Anti Teror Kopassus dan menjadi Komandan di pasukan ini.Â
Sedangkan Prabowo Subianto saat itu berpangkat Kapten dan orang kepercayaan Luhut, selama menjadi Komandan Detasemen 81 Luhut punya banyak cerita bersama Prabowo.Â
Salah satunya yang diceritakan dalam Biografi Jenderal Sintong Panjaitan, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009: 450-455) dimana Kapten Prabowo memimpin operasi Detasemen 81 pada Maret 1983.Â
Operasi ini bertujuan menangkap Benny Moerdani (Panglima TNI AD), karena diduga telah merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Jadi Komandan Kopassus Ke-15Â
Karier Militer Prabowo terbantu karena statusnya sebagai menantu Presiden Soeharto perjalanannya di TNI dan Kopassus sangat mulus tanpa hambatan, ia berhasil menjadi Komandan Kopassus ke-15 pada tahun 1995-1998.Â