Venus tidak memiliki lempeng daratan tektonik yang terstruktur seperti planet kita, sehingga blerang dan lava banyak yang menggenang di permukaan dartannya pun tidak setebal dan sekuat Bumi.Â
Kondisi lingkungan yang ekstrim ini akan membuat manusia terperangkap di dalamnya, jika ingin meninggalkan planet harus menggunakan pesawat luar angkasa lalu naik setinggi 50 KM.Â
Ketika berhasil naik pesawat harus menerjang awan yang dipenuhi asam sulfat, zat ini dapat melelehkan dan menghancurkan peswat yang terbuat dari logam dalam hitungan menit.Â
Paul Scott Anderson Jurnalis EarthSky menjelaskan Penulis Jurnal dari University of Seville, pernah membuat sebuah penelitian yang melacak dan mengukur kecepatan angina yang ada di dalam atmosfer Venus.Â
Hasilnya di bawah lapisan awan kecepetan anginanya sekitar 216 KM/jam, para Peneliti menggunakan kamera inframerah pada tanggal 11 sampai 13 Juli 2012.Â
Di sana memperlihatkan angin kencang menutupi hampir seluruh planet kuning ini dari sisi selatan ke utara, satelit buatan yang mengorbit di Venus saat ini bernama Venus Express milik ESA.Â
Wahana luar angkasa ini juga mengambil gambar-gambar menggunakan kamera inframerah, mereka berfokus pada awan di ketinggian 70 KM yang ternyata anginnya jauh lebih kencang mencapai 360 KM/jam.
Susah Mendarat Gampang Mati
Pesawat luar angkasa yang ingin mendarat di Venus membutuhkan setidaknya jarak 15 KM dari daratan agar bisa melihat dengan jelas, lebih buruknya lagi adalah ketika berhasil mendarat sinyal telekomunikasi akan langsung kacau dan menghilang.Â
Hal ini terjadi karena si planet kuning memiliki awan yang sangat tebal, suhu di sana juga sangat panas hingga mampu merusak sinyal elektromagnetik sehingga manusia tidak akan bisa berkomunikasi.Â
Suhu di planet ini dapat melelehkan logam yang hanya membutuhkan titik didih sampai 327 derajat Celsius, baju luar angkasa yang dikenakan Astronot hanya bisa bertahan beberapa menit.Â