Sejauh ini pembahasan tentang Cegil sering diartikan perempuan yang menjadi korban, dalam hubungan percintaan yang pernah dialami sebelumnya atau pengalaman traumatis dalam hubungan di masa lalunya.Â
Rangkaian masa lalu  dan pengalaman buruk itulah yang membuat seorang perempuan, menjadi Cegil yang problematik dan di luar nalar.Â
Selain itu romantisasi masalah gangguan mental dalam karya-karya lagu zaman sekarang juga berperan dalam munculnya fenomena Cegil ini, karena lagu-lagu ini pasti berpengaruh terhadap pola pikir pendengarnya.Â
Lagu-lagu bertema mental health di satu sisi bisa meningkatkan kesadaran pendengarnya tentang kesehatan mental, tapi di sisi lain bisa membuat justru semakin banyak orang yang salah persepsi tentang kesehatan mental.
Simbol Kelemahan Perempuan
Fenomena Cegil ini jika kita perhatikan dalam pembahasan di media sosial sehari-hari ini sangat menggambarkan ketidakberdayaan perempuan dalam hubungan percintaan, media mainstream zaman dulu cenderung membentuk sosok laki-laki idaman perempuan.Â
Sebagai sosok yang berotot dan maskulin, tapi kenyataannya sekarang laki-laki seperti apa yang diidolakan perempuan? Di era musik 2000an dulu ada Justin Bieber, Greyson Chance, dan Justin Timberlake apakah mereka semua berotot dan maskulin? Tidak juga.Â
Tapi nyatanya justru banyak perempuan yang mengidolakan mereka, dengan gaya dan gestur mereka yang cenderung lebih luwes dan lagu-lagu mereka yang membuat cewek-cewek baper.Â
Perempuan-perempuan sekarang justru tidak menyukai laki-laki yang terlalu maskulin, cukup dengan wajah tampan, pintar bernyanyi dan menari di atas panggung, juga mampu membuat lagu-lagu tentang percintaan itulah yang membuat perempuan tergila-gila.Â
Ini justru berbanding terbalik dengan pemahaman para laki-laki, bahwa mereka harus kuat, maskulin, berani, tidak cengeng dan sebagainya justru perempuan menyukai laki-laki yang lebih perasa atau emosional.Â
Para Cegil yang muncul saat ini, pada intinya mereka ingin pasangannya lebih peka dan perasa dalam menjalani hubungan.Â