Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis & Konten Kreator Multi Talenta

Melihat berbagai peristiwa dari berbagai manusia dan berbagai sudut pandang

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Dokumenter, Gambaran Dunia Nyata yang Gak Semua Orang Mau Nonton & Gak Semua Orang Peduli

11 Oktober 2023   19:00 Diperbarui: 11 Oktober 2023   19:04 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Indonesia Kaya (potret pertunjukan seni teater bayangan yang merupakan gambaran kehidupan nyata, seperti Film Dokumenter)

Apa Itu Film Dokumenter?

Sederhananya Film Dokumenter adalah satu bentuk film yang menampilkan atau mendokumentasikan suatu kejadian nyata, dimana semua yang ditampilkan dalam film ini adalah fakta atau realitas yang benar-benar terjadi. 

Film Dokumenter berfokus pada penyajian cerita sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tanpa rekayasa atau dramatisasi yang melebih-lebihkan karena tujuan utama film jenis ini adalah menginformasikan kepada penonton. 

Jadi tidak ada sesuatu yang dilebih-lebihkan atau didramatisir, karena tujuannya bukan menghibur tapi menyampaikan informasi kepada penonton mengenai sesuatu yang nyata. 

Ada 2 ciri khas yang paling menonjol dari Film Dokumenter, pertama adalah fokus pada kejadian/realitas berusaha menggambarkan kenyataan mengenai suatu peristiwa dengan apa adanya. 

Kedua adalah peran Narator dalam menjelaskan konteks, memberikan informasi kepada penonton, dan menjelaskan poin-poin penting di dalam cerita agar penonton lebih paham. 

Mengutip dari Jurnal Universitas Pasundan dijelaskan bahwa di Perancis, istilah dokumentar ditempelkan pada semua film non fiksi seperti film tentang perjalanan hidup tokoh-tokoh penting. 

Film Dokumenter merekam hal-hal yang terjadi sehari-hari di masyarakat, seperti orang-orang perkotaan yang berangkat kerja di pagi hari menggunakan kendaraan pribadi dan transportasi umum, sampai para petani yang sedang memanen padi di sawahnya dengan gembira.   

Menurut Para Pakar

Pandangan Para Pakar Perfilman mengenai Film Dokumenter berbeda-beda tergantung dari peran atau latar belakang mereka dalam dunia perfilman, tapi secara umum berbagai padangan tersebut terwakili oleh 3 tokoh ini. 

Pertama menurut John Grierson Produser Film asal Inggris yang disebut-sebut sebagai Pelopor Film Dokumenter dunia, beliau menjelaskan bahwa Film Dokumenter adalah bentuk usaha penyajian realitas. 

Film Dokumenter harus mampu merekam atau menggambarkan sebuah kejadian sebagaimana adanya, tanpa direkayasa atau ditambhakan bumbu-bumbu drama sedikitpun dan harus berpegang teguh pada kebenaran. 

Kedua menurut Chandra Tanzil Penulis Buku berjudul, 'Pemula Dalam Film Dokumenter: Gampang Gampang Susah' menjelaskan bahwa dalam Film Dokumenter, selalu ada Ketidaknetralan Sudut Pandang karena memiliki pesan yang ingin disampaikan untuk kepentingan produsernya. 

Meski tujuan utamanya adalah menyampaikan fakta, pihak produser film memiliki kecenderungan tertentu untuk memilih sudut pandang yang sesuai dengan ideologi dan kepentingan mereka. 

Mengutip dari Jurnal UMN ketiga adalah menurut Bill Nichols, dalam karyanya berjdul 'Introduction to Documentary' Film Dokumenter harus menjelaskan suatu fenomena tanpa rekayasa. 

Alur cerita dalam film jenis ini tidak disusun berdasarkan waktu atau keadaan yang telah diseting, semuanya harus ditampilkan berdasarkan fakta dan kondisi yang benar-benar terjadi. 

Nichols juga menyatakan bahwa Film Dokumenter, tidak bergantung pada kaidah-kaidah alur cerita seperti film-film jenis lain, karena berbagai hal yang terjadi dan ditampilkan dalam Dokumenter itu berbeda dengan kondisi yang diharapkan penonton.

 

Kesulitan & Tantangan

Proses pembuatan Film Dokumenter tentunya penuh dengan tantangan dan kesulitan tersendiri karena sifatnya merekam dan menggambarkan realitas yang sebenarnya, membuat film seperti ini tidaklah semudah yang kita pikirkan. 

Pertama adalah Akses ke Narasumber dan Lokasi tantangan mendasar dalam membuat Dokumenter, adalah bagaimana mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai narasumber  yang memiliki informasi penting, mengenai kejadian atau topik yang diangkat dalam film. 

Selain itu akses lokasi juga sering menemui kendala karena terkadang narasumber berada di tempat yang sulit dijangkau, seperti di dalam penjara atau di suatu desa di daerah plosok yang jauh dari perkotaan. 

Kedua adalah Keterbatasan Waktu dan Dana karena pembuatan Dokumenter, memakan waktu yang cukup lama bahkan sangat lama dan memerlukan biaya yang cukup besar. 

Terutama apabila Dokumenternya mengenai potret kehidupan masyarakat adat di daerah pelosok misalnya, sehingga tim produksi harus melakukan perjalanan jauh dan pengambilan gambarnya juga pasti memerlukan waktu yang lama. 

Biaya yang dikeluarkan juga cukup besar, mulai dari uang transport, makan minum, penginapan, akomodasi dan sebagainya. 

Michael Reily Jurnalis Katadata.co.id menjelaskan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sejak tahun 2017, Indonesia sudah memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam forum Film Dokumenter internasional bernama Docs By The Sea. 

Forum ini adalah tempat bertemunya para Kreator Film Dokumenter dengan pelaku industri perfilman, mulai dari manajemen platform film digital maupun konvensional, sampai investor dan pengiklan. 

Selama beberapa tahun terakhir, Bekraf berusaha memperbaiki lingkungan komunitas Film Dokumenter di Indonesia yang terdiri dari Kreator/Sutradara agar lebih solid dan terus berkarya.

Filosofi Film Dokumenter

Karya-karya Film Dokumenter memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga mempengaruhi cara pandang kita mengenai suatu peristiwa yang terjadi. 

Filosofi pertama dari Film Dokumenter adalah Gambaran dan Introspeksi dari cerita hidup manusia atau kelompok masyarakat tertentu, dimana kisah-kisah yang diangkat terkadang inspiratif atau bisa juga tragis. 

Cerita yang ditampilkan dapat membuat penonton berpikir dan merenungkan kembali hidup mereka, mulai dari nilai-nilai sosial yang ada, sampai tujuan hidup, inilah pengalaman filosofis yang didapat ketika kita menonton Film Dokumenter. 

Membuat kita sebagai manusia kembali berpikir dan mempertanyakan, tentang makna hidup yang sebenarnya dan tujuan hidup dari berbagai perspektif. 

Kedua adalah bentuk Kritik Sosial karena ada banyak Dokumneter yang mengangkat isu-isu sosial seperti rasisme, diskriminasi gender, kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM dan sebagainya. 

Film jenis ini dapat menjadi alat untuk menyadarkan publik tentang betapa gentingnya masalah sosial yang terjadi, karya Film Dokumenter juga secara tidak langsung mengajak masyarakat, untuk melakukan tindakan nyata dalam menghadapi masalah sosial. 

Budi Lestari dkk Penulis Jurnal ISI Denpasar berjudul 'Kajian Konsep dan Makna Film Dokumenter Pekak Kukuruyuk Eagle Awards 2014', menjelaskan bahwa Film Dokumenter membangun suatu alur berdasarkan kenyataan. 

Film ini memiliki teknik tersendiri  untuk menyampaikan informasi dan meyakinkan penonton, bahwa situasi dan kondisi yang ditampilkan dalam film tersebut benar-benar terjadi. 

Adegan-adegan yang ada di dalam  Dokumenter, dibuat berdasarkan gambaran peristiwa yang benar-benar terjadi secara apa adanya tanpa ada tambahan dari pemikiran Sutradara atau Penulis.

Salah Satu yang Terbaik

Sebelumnya kita telah membahas tentang segala teori dan konsep Film Dokumenter sekarang saatnya rekomendasi salah satu Film Dokumenter terbaik karay anak bangsa Indonesia, perlu diingat bahwa tidak semua orang tertarik dengan Film Dokumenter. 

Apalagi yang membahas tentang permasalahan-permasalahan sosial yang cukup serius, bagi kalian yang tertarik dengan berita-berita mengenai keruasakan lingkungan, Penulis menyarankan menonton film berjudul 'Pulau Plastik'. 

Secara umum film ini menyoroti tentang fenomena penumpukan sampah plastik yang mencemari lingkungan khususnya di Indonesia, dengan menyajikan berbagai data statistik yang lengkap dan detail, salah satu yang mencengangkan adalah pada 2021 lalu sampah plastik di Indonesia mencapai 25 ton per hari. 

Alur film ini sebagian besar diceritakan melalui narasi berita salah satunya yang menceritakan dan menampilkan, bagaimana objek-objek wisata di Indonesia tecemar oleh sampah-sampah plastik yang berserakan. 

Arrifqi Jurnalis LPM EDENTS menjelaskan film ini berusaha menyampaikan pesan mendalam, tentang pentingnya kesaran akan bahaya limbah plastik. 

Film ini secara tidak langsung mengajak masyarakat, untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. 

Dengan beragam solusi yang ditawarkan mulai dari mendaur luang sampah plastik menjadi kerajinan tangan (handmade), sampai menggunakan tas belanja berbahan kain untuk menggantikan kantong plastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun