catatan: artikel ini tidak disarankan untuk pembaca di bawah 18 tahun, terdapat penggunaan bahasa dan ilustrasi yang sangat kuat.
Tentang Hukuman Mati
Sejak zaman dulu hukuman mati sudah diterapkan dan biasanya dijatuhkan kepada para penjahat atau seseorang yang dinyatakan bersalah, tapi tahukah kalian? bahwa para Sejarahwan kini menemukan banyak informasi baru.Â
Terkait metode hukuman mati di zaman dulu yang ternyata sangat mengerikan dan sadis, jika sekarang hukuman mati di berbagai negara kebanyakan dilakukan dengan cara ditembak mati.Â
Seperti yang akhir-akhir ini ramai dibahas tentang seorang Jenderal Polisi yang awalnya dihukum mati karena membunuh anak buahnya sendiri, tapi akhirnya dibatalkan dan membuat sebagian masyarakat kecewa.Â
Kalau di zaman dulu jangan berharap itu bisa terjadi, karena hukuman mati ini tidak hanya bisa dijatuhkan kepada rakyat biasa tapi seorang prajurit atau pejabat pemerintah yang terbukti mengkhianati negara, juga tidak jarang yang dihukum mati.Â
Ini dia hukuman mati paling mengerikan sepanjang sejarah dunia:
Waist Chop
Jika di zaman sekarang apabila ada seseorang yang melakukan tindak kriminal seperti mencuri atau membunuh umumnya hanya akan dipenjara selama beberapa tahun, lain halnya di zaman Dinasti Cina Kuno karena ada sebuah hukuman yang sesuai dengan namanya di atas.Â
Waist artinya pinggang dan chop artinya memotong, jadi hukuman ini dilakukan dengan cara memotong pinggang menggunakan gergaji atau pedang.Â
Hukuman ini diterapkan selama ratusan tahun dari 1046 sampai 256 SM untuk mengatur masyarakat Cina saat itu, agar lebih tunduk dan patuh kepada pemerintahnya.Â
Waist Chop biasanya dijatuhkan kepada pelaku tindak kriminal atau pengkhianat yang berasal dari kalangan masyarakat kelas bawah, bahkan seorang prajurit yang sudah sering bertempur demi negaranya saja banyak yang diberi hukuman ini.Â
Mengutip dari Nairaland Forum, dalam artikel berjudul 'What is Waist Chopping?' Waist Chop pertama kali diterapkan masa Dinasti Zhou.Â
Hukuman ini intinya adalah memotong tubuh terpidana hingga terbelah menjadi 2, terpidana dibunuh secara perlahan dan dibiarkan menderita selama berjam-jam.Â
Akhirnya mereka mati karena kehilangan banyak darah dan terpotongnya organ-organ vital dalam tubuh mereka, ada salah satu pejabat di Dinasti Zhou bernama Yu Hongtu yang dijatuhi hukuman ini.Â
Karena terbukti melakukan korupsi kemudian beberapa literature sejarah Cina Kuno menuliskan, bahwa setelah tubuhnya terpotong menjadi 2 Yu masih hidup dan sempat mengedipkan matanya sebanyak 7 kali.Â
Â
Shang Yang
Tidak cukup dengan dipenggal atau dipotong tubuhnya di peradaban Cina Kuno juga ada hukuman dengan cara memotong tubuh manusia, menggunakan 4 ekor kuda di hukuman Shang Yang ini terpidana akan diikiat kedua tangan dan kakinya dengan rantai.Â
Kemudian rantai-rantai itu diikatkan 4 kuda masing-masing 1 tangan dan kaki, lalu keempat kuda itu akan diperintahkan berlari ke arah yang berbeda-beda di saat bersamaan.Â
Dengan begitu tubuh terpidana akan terpisah secara perlahan karena ditarik dengan sangat kuat oleh kuda-kuda itu, hukman ini tidak hanya diterpakan di Cina sebab pada 1757 Kerajaan Perancis juga menerapkannya.Â
Pria bernama Robert Francois Damiens dijatuhi hukuman ini, ia dinyatakan bersalah setelah terbukti membunuh Raja Louis ke 15.Â
Dalam waktu singkat pria itu langsung dihukum Shang Yang di percobaan pertama tubuh Damiens belum terpisah, kemudian akhirnya dengan bantuan satu orang Algojo tubuhnya berhasil terpecah belah lalu sisanya dibakar di tiang.Â
Tony Zhu Penulis buku Matematika dan Sejarah di laman Quora menjelaskan, nama Shang Yang diambil dari nama seorang Menteri sekaligus pejuang Reformasi di zaman Dinasti Cina Kuno.
Ia salah satu Politisi yang banyak dimusuhi di zamannya, sebab kebijakan yang dibuatnya seringkali merugikan kaum Bangsawan atau Elit.Â
Namun pada saat itu Yang atau yang sering dipanggil Lord Yang memiliki dukungan (backing) politik yang cukup kuat, yakni sahabatnya Xiao yang saat itu menjabat sebagai Adipati (Bupati zaman dulu) di Dinasti Qin.Â
Singkat cerita karena ada banyak pejabat-pejabat yang merasa kesal dengan kebijakannya, mereka kemudian membuat sebuah konspirasi yang menuduh seolah Lord Yang telah melakukan korupsi.Â
Lalu akhirnya hidup Lord Yang berakhir, dengan dibunuh menggunakan cara seperti yang dijelaskan sebelumnya. Â
Â
Immurement (Brickin' it)
Jika umumnya seseorang dikubur ketika sudah mati namun di zaman dulu ada sebuah hukuman bernama Immurement yang artinya penguburan hidup-hidup, digunakan sebagai salah satu hukuman untuk para penjahat.Â
Di sini terpidana akan dikurung di dalam sebuah ruangan  sempit dimana tidak ada jalan keluar lalu ditutup dengan semen dan batu bata, hukuman ini pertama kali diterapkan di zaman Kekaisaran Romawi.Â
Di masa itu para Pendeta perempuan awalnya tidak bisa diberi hukuman ini apabila melanggar komitmennya, namun seiring berjalannya waktu Pendeta perempuan yang terbukti melakukan pelanggaran, akhirnya juga dikubur hidup-hidup untuk menjaga nama baik Gereja.Â
Hukuman ini membuat terpidana perlahan akan merasa lemas dan pusing karena tidak adanya oksigen yang masuk, kemudian perlahan akan mati karena kehabisan oksigen di dalam tubuhnya.Â
Mengutip dari HISTORY dalam artikel berjudul 'KILLING ME SLOWLY: 7 OF THE LONGEST EXECUTIONS IN HISTORY', dijelaskan bahwa Immurement telah ada sejak zaman Romawi Kuno, Persia, hingga abad ke-19.Â
Para penjahat dikurung hidup-hidup di dalam tembok dengan posisi kepala menghadap bawah, para Pendeta perempuan atau di dalam sejarah eropa disebut Perawan Vestal dikubur di ruang bawah tanah.Â
Ketika terbukti melanggar sunmpah mereka kepada Tuhan dan Gereja, mereka diberikan sedikit air dan makanan untuk dibawa.Â
Tidak ada yang tahu pasti berapa lama mereka bisa bertahan di dalam setelah dikubur hidup-hidup, karena makanan dan air yang diberikan hanya sedikit lagipula mereka juga tetap tidak bisa bernafas di dalam sana.
Scaphism
Sekitar tahun 500 Masehi Kekaisaran Persia membuat sebuah hukuman yang sangat mengerikan dimana terpidana diletakan dalam sebuah perahu, Scaphism atau Sejarahwan barat menyebutnya dengan 'The Boats' adalah cara eksekusi orang-orang Persia Kuno.Â
Dimana dalam hukuman ini terpidana akan diletakan di anatara 2 perahu atau papan kayu yang ditumpuk, dengan kepala, kedua tangan, dan kaki menjorok keluar.Â
Jika diperhatikan seperti Sandwich kayu yang ditengahnya adalah manusia, kemudian mereka dibiarkan mengapung di air dan para Algojo akan menuangkan susu atau madu ke dalam mulut terpidana sampai mual.Â
Tidak berhenti sampai di situ mereka juga melumuri wajah, kaki, dan tangan terpidana, dengan campuran susu madu sehingga aromanya akan mengundang hewan-hewan predator.Â
Ketika terpidana memuntahkan cairan susu dan madu itu, maka aroma manis dari cairan tersebut akan menarik perhatian serangga hingga mengerubungi tubuh terpidana.Â
Serangga-serangga tersebut akan memakan tubuh terpidana secara perlahan, membuat mereka merasakan betapa sakitnya tubuh mereka dimakan hidup-hidup oleh serangga-serangga kecil itu.Â
Mengutip dari Antartica Journal dalam artikel berjudul, 'SCAPHISM--MOST HORRIFYING ANCIENT TORTURE TECHNIQUE' dijelaskan bahwa biasanya penyiksaan ini berlangsung selama beberapa hari.Â
Jika terpidana masih hidup di hari pertama, meskipun sudah digerogoti oleh serangga dan hewan buas ia kan dibawa kembali ke pantai untuk disiramkan lebih banyak madu ke tubuhnya.Â
Lalu dihanyutkan lagi ke laut, agar lebih banyak serangga dan hewan buas yang memangsanya begitu terus sampai dia benar-benar mati. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H