Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis & Konten Kreator Multi Talenta

Melihat berbagai peristiwa dari berbagai manusia dan berbagai sudut pandang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Penyebab Susah Ngobrol Sama Orang Baru! (Social Anxiety)

31 Juli 2023   20:09 Diperbarui: 31 Juli 2023   20:10 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Halodoc (ilustrasi orang yang takut dan panik ketika berada di tengah-tengah banyak orang)

Kecemasan Sosial

Pernahkah kalian mengenal seseorang baik itu teman atau saudara kalian yang selalu merasa gugup, panik, dan cemas ketika mengobrol dengan orang baru? Seseorang yang takut dan tidak nyaman ketika dia jadi pusat perhatian dan bingung dalam merespon berbagai pertanyaan?. 

Atau kalian sendiri adalah orang itu? Pernah merasakan hal-hal yang disebutkan di atas?, itulah yang disebut Kecemasan sosial yang memang dapat membuat kita merasa stress bahkan depersi. 

Coba bayangkan kalian adalah orang pemalu, penakut, dan sangat gugup saat jadi pusat perhatian namum karena tuntutan pekerjaan mau tidak mau semua ketakutan itu harus dihadapi. 

Misalnya seorang Presenter, Wartawan, atau Agen Marketing kira-kira apa yang dilakukan seorang pemalu tapi pekerjaannya mengharuskan dia bertemu dan mengobrol dengan banyak orang?. 

Bagaimana caranya menghadapi semua ketakutan itu, ketika kita mendapat sebuah pekerjaan yang mengharuskan kita untuk naik ke atas panggung dan ditonton banyak orang?

Rasa takut ini dirasakan hampir setiap hari oleh Emma McVey, Model sekaligus Influencer asal Inggris yang mengaku di blog pribadinya bahwa ia menderita Kecemasan Sosial.

Mengutip dari National Institue of Mental Health dalam artikel berjudul, 'Social Anxiety Disorder: More Than Just Shyness' dijelaskan bahwa gangguan Kecemasan sosial, adalah ketakutan yang dirasakan ketika sedang diperhatikan orang lain atau takut dinilai buruk oleh orang lain. 

Rasa takut ini dapat membuat seseorang kehilangan konsentrasi dalam perkejaan atau aktivitas sehari-hari, bahkan bisa membuat sulit mempertahankan hubungan pertemanan yang baik.

                                                                                                

Seperti Apa Dampaknya? 

Kembali ke kasus Emma sejak remaja perempuan kelahiran London ini memang tipe orang yang mudah gugup dan tidak percaya diri, ia bahkan sering menghindar dari orang lain dan hampir tidak pernah datang ke pesta atau nongkrong-nongkrong bersama temannnya. 

Kecemasan Sosial yang dirasakan Emma bukan hanya di pikiran tapi juga di fisik, saat di kelas dia sering berkeringat dan tangannya sering bergemetar. 

Jadi benar-benar gugup dan ketakutan ketika berada di antara banyak orang, bahkan detak jantungnya menjadi sangat kencang sehingga Emma sering merasa pusing dan mual-mual. 

Gejala yang sebegitu parah diraskannya selama berminggu-minggu, ketika beranjak dewasa dan mulai bekerja penyakit Social Anxiety Emma justru bertambah parah dan tentu ini sagat berdampak pada karirnya. 

Ia merasa kesulitan datang ke acara-acara penting karena takut, padahal itu kesempatan yang sangat besar untuk memperluas koneksi dan dia mengaku sering berolahraga di rumah, karena malu jika harus pergi ke Gym. 

Kumara Anggita Jurnalis Medcom.id menjelaskan orang yang menderita Kecemasan Sosial merasa tidak nyaman ketika berada di tengah-tengah banyak orang, bahkan berdampak pada fisiknya mulai dari jantung berdetak kencang, otot tegang, pusing, diare, sampai sesak napas. 

Penyakit mental satu ini menghambat seseorang dalam menjalani aktivitasnya dan membuatnya cenderung menghindar, dari situasi sosial yang dianggap normal oleh kebanyakan orang.

 

Apa Penyebabnya?

Berlanjut ke kisah Emma ia juga mengaku sering membatalkan acara atau janji dengan orang lain beberapa menit sebelumnya dengan membuat alasan-alasan palsu, ini yang membuat banyak orang sulit dekat dengan Emma dia jadi susah untuk punya teman dekat. 

Pekerjaannya di industri hiburan dan modeling yang mengharuskan ia bertemu dengan banyak orang, bahkan naik ke atas panggung dan ditonton puluhan hingga ratusan orang, membuat Emma tidak menikmati pekerjaannya. 

Coba pikirkan jika kalian menjadi Emma apa yang akan kalian lakukan? Apakah pergi ke Psikolog atau Psikiater? Atau menyerah saja dan berganti profesi?, lalu bagaimana bisa orang seperti Emma mengalami Social Anxiety?. 

Orang yang mengalami gangguan Kecemasan Sosial umumnya sangat sensitif dengan ancaman sosial (social threat), jadi mereka menganggap bahwa situasi sosial, seperti mengobrol dengan orang lain atau berkumpul dengan orang yang baru dikenal itu adalah sebuah ancaman. 

Ketika berada di tengah keramaian seperti mall, restoran, dan sebagainya mereka tidak mau mengobrol dengan orang lain, kemudian cemas berlebihan ketika sedang berdiam diri sendirian di tempat umum. 

Dokter Tania Safitri dalam artikelnya di HelloSehat, menjelaskan ada 2 penyebab umum seseorang dapat mengalami Kecemasan Sosial. 

Yakni Pengalaman dan Lingkungan seseorang menderita penyakit mental ini pernah mengalami kejadian yang memalukan ketika berada di tempat umum, kemudian Lingkungan bisa karena pola asuh orang tua yang keliru. 

Seperti pola didik yang terlalu protektif, atau medikte secara tidak langsung memberikan sugesti negatif kepada anak, sehingga muncul rasa khawatir berlebihan terhadap diri sendiri.

Secara Neurosains

Jika dilihat dari sudut pandang Neurosains yakni ilmu khusus yang mempelajari sistem saraf otak manusia, penderita Social Anxiety punya Amygdala yang terlalu aktif dimana Amygdala ini berfungsi mengatur respon emosi takut seseorang terhadap suatu ancaman. 

Seorang penderita Social Anxiety punya Amygdala yang sangat responsif dalam situasi sosial, selain itu orang dengan penyakit Kecemasan Sosial juga punya kadar Serotonin yang rendah. 

Serotonin adalah zat kimia di dalam otak yang berfungsi mengontrol emosi dan kecemasan, sehingga ia tidak dapat mengendalikan emosinya membuatnya menjadi orang yang mudah cemas. 

Ketika bertemu dengan banyak orang di keramaian, mereka merasa tertekan dan terancam saat sedang mengobrol dengan orang baru. 

Olof Hjorth Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Uppsala Swedia menjelaskan keseimbangan antara Serotonin dan Dopamin, dapat menentukan apakah seseorang menderita Kecemasan Sosial atau tidak. 

Penelitian seblumnya yang telah dilakukan sebelumnya berfokus pada fungsi Serotonin dan Dopamin, terhadap kemampuan seseorang dalam mengontrol emosinya. 

Kini para peneiliti menemukan bahwa keduanya punya peran yang saling berkaitan satu sama lain, dalam artikel NeuroscienceNews.com. 

Olof menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya, menemukan adanya perbedaan keseimbangan Serotonin dan Dopamin antara penderita Kecemasan Sosial dengan orang normal. 

Mereka yang menderita Kecemasan Sosial, disebebkan kaena ketidakseimbangan jumlah Serotonin dan Dopamin yang dialirkan ke Amygdala.


Trauma Masa Kecil

Orang dengan gangguan Kecemasan Sosial juga bisa disebabkan oleh pengalaman traumatis di masa kecil bisa jadi karena sejak kecil kurang mendapat perhatian dari orang tua, pernah dibully, atau tidak diterima di lingkungan sosialnya. 

Misalnya seseorang terlahir dalam kondisi cacat fisik (disabilitas), kemudian karena kecacatannya itu ia dikucilkan oleh teman-temannya sehingga membuat dia menjadi orang yang diri dan itu terbawa sampai dewasa. 

Orang yang sering Insecure dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial, lebih beresiko mengalami Kecemasan Sosial di kehidupan nyata. 

Kalian para Gen Z dan Milenial yang membaca artikel ini pasti punya akun media sosial dan mengunakannya selama berjam-jam dalam sehari, ini sangat berpengaruh ke gejala Social Anxiety. 

Bisa kita lihat juga dunia Model dan Influencer itu sangat erat kaitannya dengan media sosial, ini yang menjadi sebab kenapa Emma McVey menderita Kecemasan Sosial yang parah. 

Mengutip dari National Library of Medicine dalam jurnal berjudul 'Social anxiety disorder and childhood, trauma in the context of anxiety (behavioural inhibition), impulsivity (behavioural activation) and quality of life'. 

Dijelaskan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan gejala Kecemasan Sosial seseorang, dengan banyaknya kejadian traumatis di masa kecil, jadi semakin banyak kejadian di masa kecil yang membuat seseorang trauma maka semakin parah Kecemasan Sosialnya. 

Kemampuan kontrol emosi yang baik membuat tingkat Kecemasan Sosial seseorang semakin rendah, bisa dibilang orang yang menderita Social Anxiety parah memiliki kemampuan pengendalian emosi yang buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun