Kerusuhan Mei 1998 menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia khsusunya bagi orang-orang etnis Tionghoa, banyak dari mereka yang harus rela kehilangan orang-orang yang dicintai karena tewas akibat kerusuhan ini.Â
Harta benda dan aset yang ludes dijarah dan dibakar oleh massa saat kerusuhan ini, membuat banyak orang-orang Tionghoa yang terpaksa mengungsi ke negara lain demi menyelamatkan diri.Â
Oleh karena itu PBB menyatakan kerusuhan Mei 1998 sebagai salah satu tragedi pelanggaran HAM terbesar sepanjang sejarah, TGPF melaporkan ada 52 perempuan Tionghoa yang diperkosa dan angka itu terus bertambah seiring waktu.Â
Mei 1998 menjadi momen revolusi besar bagi pemerintahan Indonesia, karena pada titik itu sistem politik Indonesia berubah derastis meski harus dilalui dengan sebuah kerusuhan massa.Â
Perubahan politik diawali dengan Presiden Soeharto yang memutuskan mengundurkan diri, dari jabatannya setelah berkuasa selama lebih dari 30 tahun.Â
Wakil Presiden pada saat itu B.J Habibie diangkat menjadi Presiden oleh MPR, pemerintahan NKRI di bawah kekuasaan beliau berkomitmen untuk memulihkan kestabilan ekonomi yang saat itu masih dilanda krisis.Â
Juga karena melihat dampak dari kerusuhan ini, adanya diskriminasi bahkan penyiksaan terhadap orang-orang Tionghoa beliau merumuskan undang-undang kesetaraan antar etnis, bagi seluruh warga negara indonesia berdasarkan sila ke-5 Pancasila 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia'.Â
Selama bertahun-tahun pemerintah, berusaha memperbaiki hubungan masyarakat antar etnis khususnya menghapuskan kebencian kelompok mayoritas terhadap orang-orang Tionghoa.
Penyebab Umum
Peristiwa kerusuhan sebesar ini pastinya disebabkan oleh faktor yang sangat kompleks karena jika dilihat secara logika, bagaimana sesuatu yang diawali karena sebuah krisis ekonomi dan elemen-elmen masyarakat bergerak untuk menumbangkan kekuasaan.Â
Lalu tiba-tiba muncul kebencian masyarakat terhadap satu etnis, pastinya semua itu saling berkaitan satu sama lain berikut beberapa faktor mengapa orang Tionghoa menjadi sasaran amukan massa:
- Kondisi sosial dan ekonomi: kesenjangan sosial antara warga pribumi Indonesia dengan orang-orang Tionghoa yang kebanyakan menguasai industri perdagangan, baik barang maupun jasa. Kemudian terjadi krisis ekonomi yang berdampak pada PHK masal terhadap para pekerja yang kebanyakan adalah orang-orang pribumi, dari timbul frustasi dan kekesalan masyarakat terhadap orang Tionghoa sebagai penguasa pasar.