Hidup Anak Rantau
Mahasiswa Rantau adalah sebutan bagi mereka yang berkuliah atau menempuh pendidikan di suatu daerah yang jauh dari tempat keluarganya, di Indonesia mahasiswa rantau bisa kita temukan dimana-mana di setiap kampus, setiap fakultas, dan setiap jurusan.
Kegelisahan dan kebingungan selalu kita rasakan ketika ingin mekanjutkan kuliah, dihadapkan dengan pilihan berkuliah di universitas yang dekat dengan rumah dan keluarga, atau mengadu nasib untuk berkuliah di universitas yang lebih bergengsi namun sangat jauh dari rumah.
Melanjutkan kuliah di universitas di luar kota, pulau, bahkan negara inilah yang mengharuskan seorang mahasiswa memperjuangkan kehidupannya sendiri sebagai anak rantau.
Melansir dari AkuPintar.id dalam artikel berjudul  Tips Merantau: Suka Duka Hidup Jadi Mahasiswa Rantau, berkuliah di luar kota saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi di luar pulau atau bahkan di luar negeri belum lagi harus menanggung perasaan rindu dengan keluarga di rumah.
Meskipun ada saja beberapa orang yang kuliah di luar kota, tapi tidak memilih untuk tinggal sendiri atau nge-kos namun jarak dari rumah ke kampus yang jauh membuat lelah di perjalanan.
Ketika masuk atau diterima di sebuah universitas yang jaraknya ratusan Km dari rumah, memaksa seseorang harus tinggal sendiri dan jauh dari keluarga.
Sebagai anak rantau kita bisa mendapat banyak hal baru dan pengalaman menarik yang belum pernah didapatkan sebelumnya, kehidupan di kota perantauan terkadang membuat kita rindu dengan kampung halaman dan keluarga di rumah.
Â
Mengejar Sukses di Perantauan
Kisah Muhamad Khawariz yang pergi merantau jauh ke pulau Jawa demi melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia adalah mahasiswa asal Talakar Sulawesi Selatan yang rela pergi meninggalkan tanah kelahirannya.
Demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan belum pernah ia dapatkan di kampung halamnnya.
Mengutip dari Liputan 6 dalam artikel berjudul Kisah Mahasiswa Talakar yang Sukses di Tanah Rantau Khawariz tumbuh di keluarga yang terdidik, itu memberinya sebuah pelajaran sangat berharga dalam hidup untuk selalu bercita-cita tinggi.
Dia meyakini bahwa seorang pelaut yang hebat tidak tumbuh dari laut yang tenang, prinsip itulah yang membuat Khawariz termotivasi untuk berusaha keras dalam meraih mimpinya dan memberikan kontribusi terbaiknya kepada masyarakat.
Ia mengatakan kepada tim Liputan 6 Minggu (6/2/022), ketika berusaha mencapai sebuah tujuan yang besar dan mulia mimpinya terus bertumbuh dan berubah menjadi energi yang besar untuk terus berjuang.Â
Prinsip hidup sebagai seorang pelaut itu benar-benar ia pegang dalam kehidupannya.
Ia bercita-cita menjadi seorang pendidik khususnya Dosen, untuk membuka peluang sebesar-besarnya bagi semua orang untuk belajar.
Laki-laki kelahiran Gowa Sulawesi Selatan ini juga memiliki impian membuat sebuah tulisan penelitian yang berguna bagi masyarakat, sejak kecil Khawariz melihat perjuagan kedua orang tuanya sebagai seorang pendidik, itu yang membuatnya ingin meneruskan perjuangan mereka.
Anak Muda Asli Samosir
Gideon Hasian Sidabutar adalah Mahasiswa rantau dari Sumatera Utara tepatnya Desa Tomok di tepian Danau Toba Kabupaten Samosir, merantau ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya saat ini Gideon tengah berkuliah di Univesrsitas Pancasila.
Bukan hanya alasan pendidikan yang membuatnya berani merantau jauh ke ibukota, tapi keinginan untuk mendapat pengalaman baru, memperluas koneksi pertemanan, dan merasakan kerasnya kehidupan di Jakarta.
Tujuannya merantau ke Jakarta juga karena ingin mengembangkan dirinya, ia ingin merasakan sesuatu yang tidak didapatkannya di kampung halaman dan memperjuangkan nasibnya sendiri, tanpa tergantung dengan orang tua dan keluarga.
Pertemanan dan gaya hidup orang-orang Jakarta yang jauh berbeda dengan orang-orang di Samosir.
Juga merupakan sesuatu yang dicari oleh Gideon karena ia ingin menjadi orang yang mudah beradaptasi, memiliki pengetahuan dan pengalaman dengan orang-orang dari berbagai daerah.
Menjadi anak rantau ia merasa bisa jauh lebih mandiri dari sebelumnya, merasakan sulitnya mengatur keuangan ditengah gaya hidup di Jakarta yang begitu mahal dan membagi waktu kuliah dengan kegiatan lain.
Namun di sisi lain Gideon terkadang merasa rindu dengan kampung halamannya, dengan suasana di sana, dengan orang tua dan keluarga, juga dengan sahabat-sahabat kecilnya.
Tantangan Hidup Mahasiswa RantauÂ
Bisa disimpulkan dari penjelasan dan 2 kisah di atas Mahasiswa yang merantau jauh kerap kali dihadapkan dengan beberapa persoalan dan tantangan di ataranya adalah:
- Homesick: Merasa kangen dengan keluarga dan lingkungan asal dapat menjadi tantangan yang berat bagi mahasiswa yang merantau. Hal ini yang membuat kadang merasa kesepian dan membuat mereka merasa tidak nyaman dalam lingkungan yang baru.
- Masalah keuangan: Merantau biasanya memerlukan biaya yang cukup besar untuk  tempat tinggal, makan, transportasi, dan keperluan lainnya. Mahasiswa yang merantau harus pintar dalam mengatur keuangannya agar bisa hidup mandiri dan tidak merepotkan orang-orang di sekitarnya maupun keluarga di rumah.
- Kesulitan beradaptasi: Mahasiswa yang merantau harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru yang jauh berbeda dengan dengan kampung halamannya. Proses adaptasi ini memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar, terutama bagi mahasiswa yang merantau ke luar negeri.
- Kesulitan menjalin relasi: Mahasiswa yang merantau biasanya kesulitan menjalin hubungan sosial di lingkungan yang baru. Mereka harus berusaha mencari teman dan membangun koneksi di lingkungan baru.
- Kehilangan fokus pada pendidikan: Mahasiswa yang merantau sering memiliki banyak hal yang harus dihadapi di luar perkuliahan, seperti kerja part time atau kegiatan organisasi. Hal ini kadang membuat tidak fokus pada pendidikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI