Film Terminator pernah viral pada masanya mungkin kalian juga pernah menontonnya dulu singkatnya film ini bercerita tentang robot-robot jahat yang berusaha menguasai dunia, mereka adalah ciptaan manusia yang pada awalnya dibuat sebagai inovasi teknologi.Â
Namun robot-robot canggih itu terus berkembang hingga memiliki pikiran sendiri, sehingga mereka tidak bisa lagi dikendalikan manusia justru malah ingin memusnahkan seluruh umat manusia.Â
Dari situlah manusia berperang melawan mesin/robot, di film Terminator para robot itu dikirim dari masa depan kembali ke masa lalu.Â
Dengan tujuan membunuh orang-orang penting dalam gerakan tentara perlawanan (Resistences) di masa depan, dimana 2 diantaranya adalah Sarah Connor dan anaknya John Connor.Â
Melansir dari CNBC Indonesia dalam artikel karya Herdaru Purnomo cerita film ini memang terdengar menakutkan, film yang dibintangi Arnold Schwarzeneger sebagai pemeran robot pada tahun 1984 ini disutradai oleh James Cameron.Â
Ada banyak hal yang menjadi lebih mudah dengan teknologi, mulai dari mobil otomatis tanpa pengemudi, alat pembersih ruangan otomatis, sampai mesin kasir otomatis.Â
Berdasarkan riset di tahun 2019 Amerika Serikat memiliki 93 robot pengganti pekerjaan manusia, Jepang 213 robot untuk 10.000 pekerja, dan Inggris 33 robot untuk 10.000 pekerja.Â
Begitu banyak negara-negara yang sudah mulai mengganti tenaga manusia dengan robot, invasi robot ke dunia seperti dalam film Terminator semakin nyata meskipun robot-robot ini tidak membunuh manusia.
Perwakilan Jaringan Komunikasi Pekerja Perbankan Indonesia (Jarkom SP Perbankan) Abdoel Mujib mengatakan kepada Tim CNBC Indonesia, akhirnya manusia banyak yang di-PHK inilah sebenarnya bentuk berbeda dari Terminator di dunia nyata.Â
Bedanya jika di film Terminator manusia disibukan dengan perang melawan para robot, di dunia nyata manusia tidak berperang namun menghadapi kenyataan bahwa peran mereka kini perlahan mulai tergantikan oleh robot, imbasnya adalah banyak orang yang terkena PHK.Â
Sedangkan di Inggris Ilmuwan telah menciptakan "Rex" manusia robot pertama paling lengkap di dunia, mereka meyakini bahwa manusia dapat menduplikasi 2/3 dari keseluruhan organ tubuh kita.Â
Mengutip dari IDN Times dalam artikel karya Setyo Ari Cahyono, ini mengejutkan bahwa ternyata ada banyak organ tubuh manusia yang bisa diganti.Â
Memang ada beberapa organ vital tertama di perut yang tidak bisa diganti namun sekitar 60-70% organ manusia dapat direkayasa atau dibuat, hal ini sudah dipublikasikan sejak lama tentang pembuatan manusia setengah robot (bionik).Â
Para Ilmuwan berkata bahwa mereka masih bisa mengontrol teknologi tersebut, tapi bagaimana jika suatu saat keadaan berbalik justru robotlah yang menguasai kehidupan manusia?.Â
Penasihat Psikologi Sosial proyek pembuatan Rex Bertolt Meyer, mengungkapkan tiba-tiba manusia berada di titik dimana kita bisa membuat organ tubuh yang kuat  dan indah dengan cara kita sendiri.Â
Meyer mengakui bahwa ia telah meneliti teknologi bionik,dalam waktu yang cukup lama dan 5-6 tahun sebelumnya tidak adaperubahan yang signifikan.
Meyer dilahirkan dengan kondisi disabilitas tanpa tangan kiri dan saat ini ia mengenakan prosthesis atau tangan palsu (dengan sistem bionik), tidak semua orang percaya bahwa inovasi ini benar-benar nyata.Â
Jika membahas film Terminator ini sangat erat kaitannya dengan AI (Artificial Intelligence) karena robot-robot canggih dalam film tersebut, bergerak dan bekerja melalui program kecerdasan buatan, sehingga mereka bisa melakukan apa yang dilakukan manusia dan berpikir sebagaimana manusia.Â
CEO Tesla dan Space X Elon Musk pernah membuat pernyataan yang sempat viral, bahwa AI jauh lebih berbahaya daripada senjata nuklir di tenah pengembangan teknologi AI yang begitu gencar saat ini.Â
Melansir dari InfoKomputer dalam artikel karya Adam Rizal Elon Musk menyatakan, perkembangan AI sangat berhubungan satu sama lain dengan teknologi lainnya, teknologi ini jauh dari apa yang diketahui publik selama ini, hal ini membuatnya takut ia juga mengaku bahwa ia sangat dengan teknologi AI.Â
Ancaman AI pertama yang paling nyata adalah meningkatnya pengangguran karena teknolgi AI bisa mengambil alih pekerjaan manusia, sehingga jumlah pengangguran akan semakin meningkat apabila AI terus dikembangkan.Â
Sebuah penelitian dari Brookings pada 2019 menunjukan ada 36 juta manusia yang profesinya berpotensi digantikan AI, kemudian 70% pekerjaan seperti di sektor penjualan, analisis pasar, sampai gudang dapat dilakukan semuanya oleh AI.
Penulis buku 'Heartificial Intelligence: Embracing Humanity and Maximizing Machines' John C. Havens berpandangan, bahwa meskipun AI juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru tapi lapangan itu tidak bisa menutup pekerjaan manusia yang hilang karena AI.Â
Ancaman kedua ialah Pelanggaran Privasi, ada satu makalah yang terbit pada 2018 berjudul 'The Malicious Use of Artificial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation'.Â
Terdapat 26 peneliti dari 14 institusi berbagai sektor, menemukan beberapa bahaya yang timbul dari pengunaan AI dalam jangkja waktu kurang dari 5 tahun.Â
Makalah ini menjelaskan bagaiman AI dapat merusak keamanan digital dengan program AI yang dilatih untuk melakukan tindak kejahatan, seperti meretas (hacking) atau melakukan social engineering (manipulasi sosial).Â
Kaitannya dengan privasi adalah contohnya, Pemerintah China menggunakan teknologi pendeteksi wajah untuk memantau aktivitas warganya di berbagai tempat.Â
Ketiga adalah Deepfake: merupakan produk AI yang bisa mengubah wajah dan suara menjadi sebuah video, di awal kemuculannya video Deepfake masih mudah terlihat bahwa video itu palsu.Â
Namun seiring terus dikembangkannya teknologi ini video Deepfake menjadi sangat sulit dideteksi, video hasil olahan Deepfake terlihat seperti asli sehingga sulit sekali untuk membedakan video asli atau palsu. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H