Harga gas di Eropa kini telah mencapai rekor tertinggi dan persediaan juga menipis hingga menimbulkan kekhawatiran masyarakat, Benua Biru kini tengah menghadapi krisis energi yang semakin parah menjelang musim dingin. Di Eropa energi digunakan untuk sektor produksi pangan seperti pengolahan pupuk, mesin panen, mesin pendingin, dan mesin pemanas untuk bahan pangan.Â
Melansir dari CNBC Indonesia dalam artikel yang ditulis oleh Thea Fathanah Arbar konsumsi energy di Eropa juga cukup besar di beberapa sector lain, seperti transportasi, rumah tangga, industri, jasa, pertanian, dan kehutanan.Â
Harga mentega di Eropa Oktober lalu sudah melonjak 80%, keju naik 43%, daging sapi 27%, dan susu bubuk 50%, berdasarkan data dari Komisi Eropa. Para Pakar Ekonomi di Eropa memperkirakan tingkat kemiskinan dan kekurangan bahan bakar akan sangat besar, karena di saat harga gas dan listrik melonjak maka jutaan masyarakat Eropa akan menghabiskan lebih banyak biaya untuk energi.Â
Ditambah lagi harga pupuk yang juga ikut melonjak 60% setiap tahunnya, hal ini membuat para petani yang berada di tingkat ekonomi bawah merugi karena harus mengurangi produksinya. Â
Simon Francis Koordinator Koalisi Kemiskinan Bahan Bakar, mengatakan kemiskinan bahan bakar menyebabkan masalah yang serius, yakni ketika orang tidak bisa menjaga rumahnya untuk tetap hangat, begitu kurang lebih ungkapnya yang dikutup dari Al Jazeera, Rabu (5/10/2022).
Pengunaan gas di Eropa pada Oktober tahun ini 25% lebih rendah dibandingkan tahun lalu berdasarkan keterangan dari  Massimo Nicolazzi, penasihat senior Program Keamanan Energi Institut Italia untuk Studi Politik Internasional (ISPI). Ini tidak berarti maslah terbesar dapat selalu diatasi dengan tingkat penyimpanan yang tinggi, untuk menghindari pemadaman bergiliur yang dikhawatirkan masyarakat Eropa.Â
Mengutip dari Antaranews menurut perkiraan dari Eurostat inflasi Zona Euro, diprediksi akan naik ke rekor tertinggi sebanyak 10,7% mulai Oktober tahun ini. Negara mengambil langkah-langkah berbeda untuk membatasi penggunaan energi mulai dari kebijakan tentang penyimpanan energi, pembelian bersama atau pembatasan harga.Â
Nicolazzi mengatakan bahwa gas alam di Eropa umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga, produksi energi, dan indsutri, kemudian langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi krisis energi di Eropa telah menjadi "kantong campuran", begitu kurang lebih ungkapan dari Antony Froggatt Peneliti Senior asal Chatham House London.Â
Menurutnya harga energi yang lebih tinggi, dapat menghasilkan peningkatan efisiensi dan dukungan publik untuk mengembangkan energi terbarukan.Â
Terburu-buru ingin menggantikan gas dari Rusia telah memaksa pemerintah, untuk melakukan investasi pabrik pencairan gas dan mencari sumber daya alternatif, jelas Froggatt.