Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis & Konten Kreator Multi Talenta

Melihat berbagai peristiwa dari berbagai manusia dan berbagai sudut pandang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspada Oversharing! (Caper di Media Sosial)

12 September 2022   16:35 Diperbarui: 13 September 2022   12:09 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Media Sosial kini sudah menjadi bagian hidup dari masyarakat di era informasi digital seperti sekarang ini, selain mendapatkan berbagai konten informasi di Media Sosial kita juga bisa membagikan informasi kepada orang lain dengan mudah dan cepat. 

Kegiatan berbagi konten informasi di Media Sosial ini disebut dengan istilah "Sharing", ruang digital memang selalu terasa menyenangkan bagi masyarakat di zaman sekarang untuk berbagi segala jenis konten tidak terkecuali kegiatan atau momen-momen istimewa dalam kegiatan sehari-hari. 

Media Sosial memungkinkan seseorang membagikan momen-momen pribadi-nya, kepada semua orang di seluruh dunia yang memiliki akses ke Internet baik mereka yang dikenal maupun tidak. 

Melansir dari Kompas.com dalam artikel yang ditulis oleh Wahyunanda Kusuma Pertiwi, kita seringkali terlalu senang mengunggah konten ke Media Sosial, sehingga tanpa sadar kita sudah mempublikasikan informasi-informasi yang bersifat pribadi.

Perilaku terlalu sering mengunggah atau membagikan hal-hal pribadi ke Media Sosial disebut dengan istilah "Oversharing", sebenarnya tidak ada definisi konkret dari istilah ini umumnya Oversharing diartikan sebagai perilaku seseorang yang terlalu sering mengunggah kehidupan pribadi ke Media Sosial.

Lalu pertanyaannya apa yang menjadi penyebab timbulnya perilaku Oversharing ini?, mengingat kebiasaan ini dapat menimbulkan bahaya yang cukup serius tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi orang-orang di sekitar kita. 

Mengutip dari IDN Times penyebab pertama adalah Kecemasan, sebagian individu cenderung lebih mudah atau sering berekspresi ketika merasa cemas, ini terjadi karena ketika seseorang merasa cemas ia akan berbicara atau berekspresi dengan cara apapun untuk meluapkan emosi yang dirasakannya. 

Kemudian penyebab kedua adalah Kesepian, karena pada dasarnya manusia adalah Makhluk Sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, tanpa adanya relasi dengan orang lain kita akan merasa kesepian dalam hidup. 

Seiring bertambahnya usia circle pertemanan seseorang cenderung menyempit karena semakin banyak kesibukan yang dijalani, hal ini yang kemudian membuat seseorang melalukan update atau memposting kegiatan sehari-hari di medsos, dengan tujuan untuk melampiaskan beban dan rasa lelahnya setelah seharian bekerja.

 

Bahaya yang Timbul dari Oversharing

Ada banyak masalah Psikologis yang muncul dari perilaku terlalu sering berbagi di Media Sosial ini yang mana jika dibiarkan, dapat menimbulkan efek cukup fatal baik bagi si pelaku maupun orang-orang di sekitarnya. 

Melansir dari Bola.com setidaknya ada 3 efek yang ditimbulkan dari kebiasaan ini, pertama adalah Kecemasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di Media Sosial setiap orang bisa memposting/membagikan apapun. Termasuk hal-hal menarik dalam hidupnya, ini terkadang membuat kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. 

Sehingga kita tidak mensyukuri hal-hal yang kita miliki pada akhirnya timbul rasa cemas, belum lagi dampak Mental yang ditimbulkan dari komentar orang lain di Media Sosial yang tidak jarang bersifat destruktif atau menghina diri kita. 

Kemudian yang kedua adalah membuka peluang Tindak Kejahatan, maksudnya adalah ketika seseorang terlalu sering membagikan atau memposting mengenai aktivitasnya secara langsung (update), misalnya memposting foto/video ketika sedang berlibur. Tidak jarang dari kita yang membagikan Lokasi terkini di Media Sosial, ini bisa saja dilihat oleh para Kriminal di luar sana untuk mengikuti kemudian mencelakai kita.

Jika efek pertama yang dijelaskan sebelumnya adalah Kecemasan maka poin ketiga ini adalah efek lanjutannya, karena seseorang yang Oversharing kemudian merasa cemas karena komentar negatif dari orang lain. Hal ini jika dibiarkan akan berakibat sangat fatal terhadap Kesehatan Mental orang tersebut, ia akan menjadi individu yang tidak percaya diri bahkan bisa berujung pada Depresi berat. 

Mengutip dari Sehatq.com terlalu sering memposting informasi pribadi di Media Sosial dapat menjadi peluang terjadinya Cyber Crime, contoh ketika seseorang membagikan Biodata pribadi mulai dari Nama, Tanggal Lahir, Alamat, Umur, bahkan sampai Nomor Kartu Identitas. 

Semua data-data itu bisa digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan tertentu yang merugikan pemiliknya, apalagi jika kita berbcara tentang Hacker yang begitu banyak jumlahnya di seluruh dunia, dengan perangakat-perangkat mereka yang begitu canggih dapat dengan mudah membongkar data-data pribadi kita.

Berdasarkan Kamus Merriam-Webster Oversharing adalah terlalu banyak berbagi atau mengekspos informasi, ini bisa ditujukan pada seseorang yang secara sadar maupun tidak terlalu sering mengumbar-umbar informasi dalam bentuk apapun. 

Mengutip dari Tempo.co Joseph Turow seorang Profesor Komunikasi dari Annenberg School for Communication, mengatakan "Sungguh menakjubkan betapa ada banyak hal tentang semua orang di luar sana dan apa yang orang-orang bagikan tentang diri mereka, seringkali tanpa sadar mereka lakukan." 

Oversharing dilakukan dengan membagikan informasi pribadi kepada orang lain, atau bisa juga dengan membagikan informasi/data pribadi milik orang lain ke publik termasuk melalui Media Sosial. 

Perilaku terlalu sering membagikan informasi di Media Sosial dapat menyebabkan efek Kecanduan karena itu diperlukan penanganan secara Biologis, Psikologis, sampai Sosial untuk menyembuhkannya karena perilaku ini kaitannya dengan pola pikir dan pengaruh Sosial.

Semakin sering seseorang membagikan informasi pribadi atau kehidupan sehari-hari di Media Sosial di satu sisi terkadang memang bisa menambah rasa percaya diri, karena itu secara tidak langsung membantu kita dalam mendapatkan atensi publik. 

Melansir dari Yoursay.id dalam artikel yang ditulis oleh Diat Anugrah, dijelaskan bahwa apabila seseorang membagikan informasi terlalu sering di Media Sosial, dapat membuat seseorang lupa akan akan batasan-batasan tentang apa yang boleh dibagikan dan apa yang tidak. 

Kita bisa saja membagikan konten yang berisi hal-hal pribadi atau aib yang tidak seharusnya dibagikan, dengan kata lai perilaku Oversharing dapat membuat aib atau privasi kita diketahui banyak orang. Bahkan terkadang terlalu sering memposting kehidupan pribadi di Media Sosial, dapat membuat orang-orang tertentu yang melihatnhya menjadi terganggu.

 Secara tidak langsung kebiasaan ini membuat kita semakin rentan untuk tidak disukai orang lain, karena beberapa orang menganggap kita terlalu berlebihan dalam membagikan sesuatu di Media Sosial.


Ciri-Ciri Orang Oversharing 

Sebelumnya telah dijelaskan mengenai teori-teori Oversharing mulai dari arti, penyebab, hingga bahaya yang ditimbulkan, sekarang kita akan masuk ke dalam pembahasan tentang contoh atau kriteria seseorang yang memiliki sifat Oversharing. 

Masyarakat sekarang ini memang memerlukan Media Sosial untuk memenuhi kebutuhan informasi, serta menjalin koneksi dengan orang-orang di seluruh dunia dengan saling berbagi/bertukar informasi satu sama lain. 

Namun dengan beragam informasi dan fitur yang ditawarkan Media Sosial sekarang, banyak orang yang menjadi terlena sehingga tidak paham tentang batasan-batasan dalam bebragi di Media Sosial. 

Melansir dari Siker.id berikut adalah tanda-tanda seseorang yang melampaui batas dalam berbagi di Media Sosial, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwa perilaku Oversharing dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman dan terganggu, oleh karenanya penting untuk mengetahui kriteria-nya sekaligus sebagai bahan introspeksi untuk diri sendiri.

  • Mengomentari Setiap Kejadian/Berita: tidak semua berita yang ada di Media Sosial harus dikomentari, ada beberapa postingan informasi/berita yang tidak menyenangkan mengenai suatu peristiwa atau seseorang sama sekali tidak perlu untuk kita komentari. Apalagi berita-berita gosip artis sekarang yang saya lihat begitu sering dibahas bahkan tidak jarang menjadi Trending, semua itu apabila mau dikomentari atau tidak sebenarnya juga tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap peristiwa tersebut. Misalnya berita tentang perceraian artis, coba renungkan kembali kita tidak mengenal dia yang diberitakan namun berkomentar seolah kita tahu segalanya tentang dia. Bukan berarti tidak boleh berkomentar sama sekali, tentu boleh-boleh saja berkomentar di Media Sosial namun usahakan jangan mengedepankan emosi atau perspektif pribadi. Sah-sah saja apabila kita ingin menyampaikan opini terkait sesuatu, namun apabila terlalu sering ber-opini tanpa melakukan riset terlebih dahulu akan terkesan seperti orang yang sok tahu.
  • Menceritakan Masalah Hidup: apabila kita bercerita atau curhat di Media Sosial tentang masalah yang sedang kita alami, maka semua orang akan melihat dan mengetahui-nya karena ini adalah ruang publik digital. Dimana semua orang bisa mengakses dan bebas untuk berkomentar, sehingga kita akan mendapat begitu banyak Feedback dari orang lain yang tidak tahu mana yang baik dan tidak.  Dengan demikian kehidupan pribadi kita dengan segudang masalah di dalamnya, menjadi konsumsi publik dan diketahui oleh orang-orang yang sama sekali tidak mengenal kita. Menambahkan dari SragenUpdate.com secara spesifik dijelaskan bahwa orang yang Oversharing, akan menceritakan kehidupannya secara detail kepada siapa saja di Media Sosial. Termasuk kepada orang yang bahkan belum pernah ia temui di dunia nyata, berinteraksi dengan orang lain tentu harus dilakukan karena kita semua adalah manusia (Makhluk Sosial). Namun sangat penting bagi kita membangun batasan atau jarak, tentang hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh diceritakan pada orang asing khususnya di Media Sosial.
  • Gemar Mencari Simpati: poin ini sangat sering kita jumpai di Media Sosial atau bahkan kalian yang membaca artikel ini adalah salah satu pelaku-nya, memposting foto tangan yang sedang diinfus di Rumah Sakit, perban di bagian tubuh yang sedang terluka karena keelakaan, sampai obat-obatan di meja makan lengkap dengan resep Dokter. Ini yang dimaksud deengan mencari Simpati atau berharap orang lain mempedulikannya, sekali lagi bukan berarti bercerita dengan orang lain itu salah, terkadang ketika kita mengalami suatu masalah memang perlu untuk bercerita kepada orang-orang terdekat.Itu dia poinnya "bercerita kepada orang-orang terdekat", bukan mengekspos/mempublikasi masalah yang menimpa kita kepada semua orang. Hal-hal seperti ini sering dilakukan banyak orang dengan niat awalnya adalah bercerita, apabila hanya sekedar ingin bercerita untuk meluapkan emosi, maka sebaiknya mengobrol secara pribadi (personal Chat) dengan satu atau beberapa orang terdekat saja.
  • Membagikan Screenshot Obrolan: mungkin ada beberapa dari kalian yang pernah melakukan hal ini untuk sekedar hiburan semata, saya pun pernah melakukannya ketika ada obrolan (chat) dengan teman saya yang dirasa lucu. Jika itu yang dilakukan sesekali boleh-boleh saja untuk menghibur dan berbagi tawa dengan orang lain, namun apabila yang dibagikan adalah screenshot obrolan yang sama sekali tidak lucu. Apalagi obrolan-obrolan mengenai masalah pribadi seseorang atau diri sendiri, sebaiknya jangan dilakukan karena ini sama saja seperti kita mengumbar hal-hal privat. Demi menjaga privasi kita, sebaiknya jangan memposting screenshot chat yang berisi hal-hal pribadi karena orang lain yang membaca-nya juga belum tentu peduli. Tapi boleh saja ketika itu dilakukan untuk kepentingan Bisnis atau pekerjaan, misalnya memposting screenshot obrolan dengan pelanggan, mengenai testimoni produk yang kita jual atau obrolan dengan rekan kerja kita mengenai suatu projek sebagai bukti.
  • Memamerkan Kemewahan atau Kekayaan: ini tentunya sangat sering kita temui di Media Sosial dimana seseorang baik Selebriti maupun bukan, mereka memarkan barang-barang mahal yang mereka punya bahkan memberitahu harga-nya. Barang-barang mewah ini bisa berbagai macam bentuknya, mulai dari Mobil Sport, Tas buatan Eropa, Jam Tangan seharga ratusan juta dan masih banyak lagi. Orang-orang pada umumnya saya yakin pasti memilki perspektif yang sangat sederhana, apabila melihat orang yang pamer harta kekayaan di Media Sosial yakni satu kata "Sombong". Karena apapun alasannya apabila seseorang sering mengekspos kekayaan pribadi-nya di Media Sosial, itu semua tidak memiliki dampak baik apapun terhadap kehidupan sosial, malah justru bisa membuat banyak orang iri bahkan risih dengan perilaku seperti itu.  Mengutip dari Buka Review barang-barang mewah yang terlalu sering dipamerkan ke publik, akan sangat rentan menjadi sasaran para Kriminal di luar sana. Untuk kalian yang memiliki Hobi Jala-Jalan atau Travelling, sebaiknya tidak memposting foto-foto secara langsung (Real Time) apalagi membagikan lokasi ke postingan publik. Karena itu sama seperti memberitahukan keberadaan kita kepada ribuan bahkan jutaan orang asing, belum lagi memposting foto tiket pesawat atau apapun, ini dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh orang-orang jahat untuk melacak data-data pribadi kita yang tertulis di tiket tersebut. 

Cara Agar Tidak Oversharing & Kesimpulan

Dari pembahasan sejauh ini tentunya saya yakin kita semua ingin agar terhindar dari sifat Oversharing di Media Sosial, mengingat begitu banyak dampak buruk yang ditumbulkan dari kebiasaan narsistik ini. 

Melansir dari ArahKata.com ada beberapa tips yang bisa kita gunakan agar tidak menjadi manusia Oversharing, pertama adalah membuat 2 akun Media Sosial yakni Akun Pribadi dan Akun Profesional. Ini membantu kita dalam membedakan sekaligus memberi batasan antara kehidupan personal kita, dengan karir professional kita apalagi untuk orang yang pekerjaannya adalah Content Creator. 

Cara ini membuat kita mengerti tentang apa-apa saja yang harus diposting di Akun Profesional, atau sebaliknya konten apa saja yang harus diposting secara Privat. Kemudian ada juga cara yang lebih sederhana yakni dengan menyaring atau mencermati, segala informasi/konten yang hendak kita bagikan di Media Sosial secara seksama. 

Misalnya sebelum memposting pikirkan terlebih dahulu apakah konten yang hendak diposting bermanfaat atau tidak, layak diketahui publik atau tidak, menyinggung SARA atau tidak, terkesan pamer/sombong atau tidak, menghibur atau tidak dan sebagainya.

Masyarakat di Era Informasi Digital membutuhkan Media Sosial untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi yang semakin menaingkat, juga sebagai alat untuk membagikan informasi dan bertukar pesan dengan orang lain di seluruh dunia. 

Apabila seseorang terlalu sering membagikan informasi di Media Sosial, disebut dengan istilah "Oversharing" dimana individu mengabaikan batasan-batasan antara sesuatu yang privat, dengan sesuatu yang layak diketahui publik sehingga ia akan membagikan segala hal yang ada dalam hidupnya. 

Penyebab paling umum seseorang memiliki sifat Oversharing adalah Kecemasan dimana kebanyakan orang cenderung lebih ekspresif, ketika merasa cemas kemudian ia melampiaskan ekspresi emosi cemasnya itu di Media Sosial. 

Segudang masalah Psikolgis muncul dari perilaku Oversharing ini, jika dibiarkan dampaknya akan merugikan si pelaku juga orang-orang di sekitarnya. Terlalu sering berbagi di Media Sosial juga membuka peluang terjadinya Kejahatan Siber (Cyber Crime), karena hal-hal atau infromasi pribadi yang diposting seseorang di Media Sosial dapat dilihat diketahui semua orang.

Insight

Karena kebiasaan terlalu sering berbagi di Media Sosial dapat menyebabkan efek Kecanduan (Adiktif) pada semua orang yang melakukannya, bukan berarti memposting foto di Instagram atau menulis cuitan di Twitter itu salah. 

Perlu kita pahami bersama segala sesuatu baik jika dilakukan sewajarnya/secukupnya saja, begitu juga dengan berbagi Media Sosial apabila sudah Overdosis maka esensi dari manfaatnya hilang justru berubah menjadi kerugian. 

Apabila seseorang sudah kecanduan terhadap eksistensi dan narsisme di Media Sosial, maka harus dilakukan penanganan secara serius baik secara Psikologis, Biologis, maupun Sosial. Karena 3 aspek tersbut saling berkaitan satu sama lain dalam pribadi seseorang, dampak Psikologis tentunya perilaku Oversharing ini mempengaruhi mental dan cara berpikir seseorang. Dimana sesorang akan lupa tentang batasan-batasan personal dirinya, jadi tidak bisa membedakan mana hal-hal yang bersifat publik dan hal-hal yang bersifat privat. 

Sebagai masyarakat modern kita harus bijak dalam menyikapi sekaligus menggunakan Media Sosial, di zaman Era Digital seperti sekarang memang Media Sosial diperlukan untuk memenuhi kebutuhan inoformasi. Namun jangan menggunakan Media Sosial sebagai curahan seluruh hidup kita, ada banyak hal personal dalam hidup yang tidak perlu bahkan tidak layak untuk dipublikasikan di Media Sosial.  

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun