"Tiga ribu saja, mas."
Aku ambil uang tiga ribu dari kantongku, dan kubayarkan pada ibu itu. Segera aku ke motor, lalu aku balikan arah motor ku, dan menuju penginapan itu. Jantungku berdebar-debar, serasa seperti sewaktu bertemu denganmu untuk pertama kalinya. Aku pacu motorku cepat-cepat, seakan tak ingin tertinggal oleh waktu yang sudah jam 00.30 ini.
Setiba nya di depan penginapan kuparkirkan motorku begitu saja, langsung kutuju pintu kamar penginapan itu, kubuka pintu yang ternyata belum terkunci. Kau masih disana, masih menangis di sudut kasur itu. Aku terdiam, aku tak bisa berkata-kata. Kau sadar melihat ada yang membuka pintu, aku. Kau lari kepadaku. Akupun menghampirimu.
Kau dekap aku begitu kencang, masih sambil menangis.
"Mas, jangan tinggalkan aku, sumpah, aku menyesal! Aku hanya mencintaimu! Tolonglah aku untuk jangan membahas dia lagi..." Kau katakan dengan isakmu, semakin erat kau peluk dan dekap aku.
"Iya, aku maafkan kamu, sayang, tak mungkin aku tidak percaya padamu, sudahlah..." Kucium rambut panjangnya disela pelukanku.
Malam itu kami habiskan begitu indah dengan celoteh bahagia, celoteh rindu tentangku dan kau.
***
Beberapa tahun berlalu, hingga kunikahi kau, kekasihku. Adalah bahagiaku, ketika ternyata di malam pertama kita, kau masih suci, darah kesucianmu menjawab rasa percayaku. Untukmu kekasihku, sampai kapanpun aku selalu mencintaimu, dan akan terus mempercayai kesetiaanmu yang begitu hebat.
***
dari wordpress saya: