Perbedaan Gaya Hidup
      Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy luar memiliki gaya hidup yang berbeda. Namun, peraturan yang berlaku masih mirip, meskipun Baduy Luar sudah tidak terlalu terikat dengan peraturan adat. Baduy Luar lebih terbuka terhadap perkembangan IPTEK. Mereka mulai menggunakan barang-barang elektronik seperti gadget, menggunakan alas kaki, menggunakan pakaian berwarna yang modern, dan lain sebagainya. Hal ini jelas sangat berbeda dengan masyarakat Baduy Dalam, mereka tidak menggunakan atau menyentuh barang-barang elektronik, bahkan tidak ada aliran listrik di kawasan Baduy Dalam. Mereka juga tidak menggunakan alas kaki walau berpergian jauh. Mereka hanya menggunakan pakaian yang dominan berwarna putih karena warna putih dianggap sebagai lambang kesucian dan tidak terpengaruh budaya luar.
      Meski sudah terpengaruh oleh IPTEK, masyarakat Baduy Luar tetap berepegang teguh pada adat istiadat dan tetap melaksanakan beberapa pantangan sebagai pijakan utama kehidupan. Suku Baduy Luar dengan tingkat adaptasi yang lebih moderat tidak sepenuhnya menerima modernisasi, perubahan, reformasi, ataupun transformasi budaya luar. Mereka masih tetap waspada, selektif dan mempunyai alasan yang kuat untuk menerima tranformasi tertentu. Dengan demikian di satu sisi, Suku Baduy Luar bisa meminimalisasi pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh arus globalisasi.
Mata Pencaharian
      Keterikatan yang erat antara alam dan manusia sangat terlihat jelas pada bagaimana masyarakat Baduy memaknai lingkungannya. Bagi masyarakat Baduy, alam dan segala yang ada di dalamnya merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, masyarakat Baduy menjalankan sistem ekonomi yang berbasis pada sektor agraria. Mata pencaharian masyarakat Baduy umumnya adalah berladang, bertani, dan menenun.
      Akan tetapi, lahan yang dimiliki masyarakat Baduy semakin lama semakin menyempit dan sudah tidak memungkingkan untuk diturunkan pada anak atau cucu mereka, sehingga masyarakat Baduy terpaksa harus mencari mata pencaharian lain. Masyarakat Baduy Luar mulai terbuka dalam penyelenggaraan ekonomi yang berorientasi pasar. Ketika pemerintah membuka program wisata Baduy, hal ini dimaanfaatkan oleh masyarakat Baduy Luar untuk mendagangkan hasil kerajinan tangan seperti kain tenun dan anyaman kepada para wisatawan. Masyarakat Baduy Luar juga memanfaatkan internet yang telah menjangkau kawasan mereka sebagai cara untuk menjual kain hasil menenun melalui platform online.
      Bukan hal yang mudah untuk melestarikan sebuah budaya dan konsisten dalam menjaganya. Meskipun demikian, masyarakat Baduy Luar telah mampu menyesuaikan diri untuk dapat menerima terjadinya globalisasi. Prinsip melestarikan kearifan lokal dan mempertahankan adat istiadat juga tetap dilakukan, terutama dalam menjaga lingkungan karena prinsip tersebut merupakan ciri khas dari Suku Baduy agar tidak melunturkan warisan yang telah dititipkan oleh nenek moyang. Prinsip tersebut yang juga menjadikan Suku Baduy dapat terus bertahan dan hidup berdampingan secara harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H