Disebuah pinggiran hutan jalan keladang, dekat Sungai Batang Merao Kerinci, hiduplah seorang petani bernama Sutan Tambiring asal dari Indrapuro-Minang Kabau, sedangkan isterinya bernama Puti Cempako penduduk asli negeri Siulak. Mereka hidup dengan bertani dan bercocok tanam, mereka mempunyai seorang puteri yang berumur sepuluh tahun dengan nama Puti Ayie Rao.
Disamping bekerja sebagai petani, Sutan Tambiring bekerja sebagai tukang jala ikan disungai Batang Merao. Waktu itu sungai batang merao masih berukuran besar dan banyak lubuk yang memiliki ikan-ikan berlimpah.
Sedangkan ibunya Puti Cempako jika hari libur, ia mencari paku dan sayur-sayuran liar disekitar rumahnya disepanjang sungai batang merao untuk dibawa kepasar rakyat, dijual dan ditukarkan dengan lauk-pauk lainnya, seperti ikan asin, tempe, ataupun garam dan gula pasir.
Sehari-hari Puti Lading memintal benang dari kapas, ditenun dan dijadikan kain. Ia sangat suka membuat berbagai macam kain untuk dijual dan dipakai sendiri.
Pada suatu hari, Sutan Tambiring menjala ikan dilubuk dekat rumahnya. Tiba-tiba jalanya tersangkut oleh sesuatu dan bergerak-gerak dengan hebat. "Aha.. kena juga kau ikan besar..!" serunya dengan semangat. Dan dilihatnya tampak seperti ekor tilan (Ikan panjang air tawar yang bewarna batik, dan dihujung hidungnya seperti tanda salib).
"Hmmm... ini pasti tilan yang cukup besar.. akan kupotong, daripada jalaku putus..!" pikir Sutan Tambiring seraya mencabut goloknya, dan "Hiaaa ....seppp...tak...tak..!" terdengar bunyi air gemericik kehilir dan suara "huuuuummmm...!" lalu Sutan Tambiring mengambil ekor tilan yang dibacoknya dan dibawa pulng dengan girang.
Ekor tilan tersebut cukup panjang dan besar, "pasti Puti Ladinganakku tersayang akan senang..!" tersenyum Sutan Tambiring seorang diri melangkah pulang.
"Puti sayang..!!!" teriak Sutan memanggil anak kesayangannya.
"Ya, ayah..! ada apa ayah teriak?" tanya puti Ladingmenghampiri ayahnya.
"Ini nak, coba kau lihat ayah bawa apa..?"
"Wah... besar sekali yah? Mana kepalanya yah..?" tanya Puti Ladingheran melihat ekor ikan yang dibawa ayahnya.