Nah, menyangkut hal ihwal pesebaran makam-makam kuno atau petilasan leluhur, di Kabupaten Kerinci sangat kurang diperhatikan, padahal naskah-naskah kuno seperti surat incung, celak piagam, undang-undang adat diperjuangkan oleh para leluhur tersebut.
Belum lagi setiap desa/kampung di Kerinci ini memiliki cerita rakyat tentang awal berdirinya, tentu saja yang mendirikan kampung tersebut adalah orang-orang yang makamnya kini tidak terawat dan dilupakan, padahal setiap nama kampung yang diberikan oleh para leluhur memiliki makna dan pengertian, sehingga dapat menjadi salah satu nilai kebudayaan. Apalagi Kerinci memiliki bahasa yang beraneka ragam dialek.
Dari makam-makam tersebut, banyak cerita yang meriwayatkan bahwa asal-usul suatu kampung itu beraneka ragam,ada yang datang dari Jawa Mataram, dari Cina, dari Pagaruyung Sumatera Barat, dan sebagainya. Untuk mengetahui itu semua tentunya berdasarkan apa-apa yang telah mereka tinggalkan untuk dikaji dan diteliti oleh para pakar.
Namun kesemuanya itu tentunya tergantung kerjasama antara pihak penggiat budaya dan pemerintah yang bergerak dibidangnya dalam hal ini para peneliti purbakala, arkeologi, dan dinas kebudayaan.
Makam kuno yang bersebaran ini memiliki rumah gedang(rumah adat) yang kini telah banyak hilang digantikan rumah permanen, namun mirisnya para generasi dari leluhur tersebut tidak lagi mengenal asal-usul sejarahnya. Apalagi di setiap daerah di Kerinci ini memiliki hubungan antara desa yang satu dengan lainnya.
Makam-makam yang tidak terurus ini bermacam-macam jenis orangnya, ada makam kyai-kyai para penyebar agama Islam di Kerinci, ada makam-makam tua dari zaman budhiisme dan hinduisme, bahkan makam dari zaman animisme dan dinamisme.
Namun kurangnya perhatian para keturunannya untuk melestarikan membuat makam-makam tersebut hampir punah bahkan hilang tanpa jejak. Alangkah baiknya para generasi muda terus menggali tentang asal-usul suatu daerahnya melalui cerita lisan para petua dan mendokumentasikannya untuk menjadi khazanah budaya sehingga generasi berikutnya tidak kehilangan jejak tentang asal-usul mereka dan dari suku/luhah/kalbu mana mereka berasal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H