Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Membangun Rumah di Siulak Kerinci

26 Juni 2022   15:20 Diperbarui: 3 Juli 2022   13:03 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Balian Salih menyerahkan sesajin kepada makhluk astral

Suku Kerinci termasuk suku Melayu Tua (Proto malayu) yang mendiami daratan Pulau Sumatera, yang diawali dengan gunung Kerinci sampai ke Muara Hemat arah ke Bangko. Banyak bukti dari zaman praejarah hingga zaman sekarang ini kehidupan Suku Kerinci yang nomaden, hingga kehidupan menetap dan bertani. 

Dari zaman Megalitikum hingga zaman modern semua bukti telah dirampungkan oleh para ahli. Bahkan salah satu Kitab Undang-Undang Melayu tertua ada di Kerinci, yang disebut Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah.

Menariknya, Kerinci terdiri dari beberapa suku/klan yang disebut Luhah/Kalbu. Lain Desa, lain bahasa, setidaknya intonasi dan dialek yang berbeda.

Namun untuk menyatukan suku Kerinci, bahasa yang digunakan cenderung Bahasa Umum Kerinci. Di sini, bahasa Siulak dominan dipakai dalam pertemuan antara orang Kerinci bagian Hilir dengan orang Kerinci bagian tengah.

Siulak merupakan sebutan untuk Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang berada di hulu Kabupaten Kerinci. Di mana tradisi klasik masih banyak dilestarikan hingga saat ini. 

Salah satu contoh, dalam mendirikan rumah baru, membuka lahan baru untuk sawah maupun ladang, orang Siulak masih mengadakan acara perdamaian dengan "Bumi", yakni meminta izin kepada arwah (makhluk astral) yang mendiami suatu tempat.

Dokpri. Rumah Adat Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang
Dokpri. Rumah Adat Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang
Sebelum membuka lahan baru, orang Siulak dizaman dahulu meletakkan sirih tiga kapur, rokok tiga batang, ditambah dengan api menyan, untuk menyeru roh nenek moyang (leluhur) dengan cara Nyaro, atau seruan dengan irama khas Kerinci.

Kemudian mereka menyatakan hal ihwal maksud dari tujuan sirih tiga kapur rokok tiga batang tersebut, bahwa mereka akan menggunakan lahan baru untuk mendirikan rumah, ataupun membuka sawah ladang, di mana dalam penyeruan itu disebutkan:

"Mintak di papah mintak di bimbing, siang dingan malam, ptang dingan pagi, kalu ado duri ngan tajam, tajam mintak tumpun, kalu ado laun kayu dingan biso, biso mintak tawa, kalu ado hulubalang kayo sribu dilangit sribu dibumi, sibusuk buo salingka dindam, mintak tulung kiba ka, mintak tulung di kungkung, karno kami takut dihulubalang kayo itu" 

"Memohon perlindungan (menjadi teman), siang dan malam, petang dan pagi, jikalau ada duri yang tajam, tajam mohon ditumpulkan, jikalau ada dedaunan kayu yang berbisa, bisa tolong diberi penawarnya, jikalau ada hulubalang tuan seribu dilangit seribu dibumi, baik berupa iblis, makhluk ghaib, maupun binatang buas mohon disingkirkan, mohon dikurung, karena kami takut dengan hulubalang tuan tersebut"

Dibawah ini contoh "Menyeru" Arwah Ninik Moyang di Siulak Kerinci Jambi. Sumber dari : Youtube. M. donna

Dokpri. Contoh Sirih tiga kapur, rokok tiga batang
Dokpri. Contoh Sirih tiga kapur, rokok tiga batang

Membuka lahan baru untuk membangun rumah di Siulak:

1. Manggin/Magih Tahu

Manggin atau magih tahu ialah Isteri kita (perempuan) akan memberi tahu Depati Ninik Mamak Anak Jantan Teganai rumah (kepala suku) dengan memberikan sirih satu lembar dan pinang satu buah (Sirih dan pinang merupakan undangan adat yang sangat sakral di Kerinci) dengan menyampaikan maksud "Manggin magih tau nak bategak umah" undangan pemberitahuan untuk mendirikan bangunan. 

Lalu dalam persiapannya, pihak perempuan akan memotong ayam, dan memasak gulai untuk acara magih tahu tersebut.

2. Duduk Teganai

Pada malam harinya para Teganai akan hadir duduk dirumah perempuan yang akan mendirikan rumah (Anak Batino), setelah lengkap semua Teganai yang hadir (Depati, Ninik Mamak/Rio, Anak Jantan) baru ditengahkan snack/makanan ringan berupa Nasi Ketan, Pisang, air kahwa, dan makanan ringan lainnya.

Setelah yang hadir menyantap makanan tersebut, maka hulubalang/pemuda akan menyingkirkan bekas makanan tersebut dan meletakkan sirih tiga buku.

a. Sirih Tigo Buku

Sirih tigo buku ialah sirih "Rangkang Susun Silang Patut" yaitu Piring berisi beras tiga buah serta dengan sirih sebuku didalamnya. 

Sirih pertama berisi beras dan alat sirih pinang sebuku serta Keris sebilah dan uang 4 Rupiah (40.000) namanya Sirih Depati Panghulu. "Ini Takah Ngan Katigo berisi pulo breh saratuh kerbau saiku. Kerbau agi lepeh dipadengnyoh, breh agi tinggan dalam sarbunyoh.

Sarto berisi pulo dingan kris panjang dingan sabilah, kagenti bedil dingan balaheh. Sarto pulo dingan meh saameh empat puluh bentuk cincin. Menghadap pado kayo pati panghulu, kayo dingan basangkak tinggi basangkak rendah. Kayo ngan megang tarupong yang amat truh, ngan megang cermin idak kabu, megang ka lantak idak guyih, megang ka kait idak skah, ngan megang ka pusat jalo parimpun ikan. 

Sirih Kedua berisi beras dan alat sirih pinang sebuku serta Gelang Perak dan uang 2 rupiah (20.000) namanya sirih Ninik Mamak/Rio. "Ini pulo takah kaduo, berisi breh duo puluh kambek siku, kambek lpeh ditengah padengnyoh, breh tinggan dalam sarbunyoh, sarato pulo berisi dingan gelang dingan sebuah serto pulo meh sakundi duo puluh bentuk cincin menghadap pado kayo ninek mamak. 

Kayo mengetahui anak buah anak panakan, ngan nepeh ka pagi nguhung ka petang, mengetahui jengkun dengan paku, silang dingan salisih, mengetahui uhang masuk uhang kalua, uhang datang uhang tibo, uhang datang nampak muko, uhang lahi nampak punggung ".

Sirih Ketiga Berisi Beras dan alat sirih pinang sebuku serta Tasbih satu buah dan uang 15 rupiah (15.000) namanya Sirih Anak Jantan. "takah pertamo berisi breh sapinggan ayam saiku, sarato berisi pulo dingan manek sebah dingan siawan, sarato pulo dengan meh sepetai limo bleh bentuk cincin. Terhadap kayo anak jantan teganai umah, kayo mengetahui uhang masuk uhang kalua, kayo manunggu parit dingan tarampa, Hulubalang tabin nagari".

Lalu disampaikanlah secara adat, jika salah satu dari tiga Teganai tidak hadir maka akan di "hangus"kan/ atau diambil oleh teganai yang hadir sebagai sebuah hukuman. Namun jika semuanya lengkap, maka dikembalikan secara utuh kepada ahlul bait.

b. Sirih Sebuku / Sirih Magih Tahu

Setelah sirih tiga buku disampaikan, lalu diletakkanlah cerana/piring yang berisi beras dan sirih pinang serta rokok dua bungkus, lalu memberi tahu kepada Ninik mamak untuk menyampaikan maksud ahlul bait secara adat. Disini akan diberitahu kapan waktu dilaksanakan mendirikan rumah baru. 

Baik secara mandiri, maupun secara gotong royong, maka disampaikan pada waktu magih tahu tersebut, dan menetapkan teganai "menukun lantak" yaitu memukul patok pertama batas tanah.

Dokpri. Sirih Sebuku
Dokpri. Sirih Sebuku

c. Berdoa

Setelah sirih sebuku disampaikan, maka yang akan membangun rumah akan meletakkan nasi dan gulai kepada yang hadir dan berdo'a kepada Allah SWT agar dimudahkan segala urusannya.

3. Memindahkan Orang Gaib (Uhang Tanah)

Sebelum para pekerja memulai mendirikan bangunan ataupun menggali pondasi, si pemilik rumah akan memanggil balian salih untuk memindahkan "Uhang Tanah" atau makluk gaib penghuni tempat akan didirikan bangunan secara adat tradisional dengan peralatan sebagaimana mestinya dan ditambah "Tiang Tanem" sebagai simbol bagi makhluk halus bahwa orang disana telah meminta izin bekerja.

Dokpri. Ritual pemindahan orang tanah
Dokpri. Ritual pemindahan orang tanah

4. Nukun Lantak

Setelah memohon izin kepada makhluk gaib, maka Teganai akan memasang patok batas-batas tanah "Lantak Satukun Tali Sairing" dengan uang tukun lantak 15 rupiah (150.000), yang maksudnya jika terjadi gangguan oleh pihak lain akan tanah tersebut, maka Teganai akan menyelesaikannya.

5. Baselang/Gotong Royong

Baselang ialah arti dari gotong royong biasanya untuk menggali pondasi rumah akan diadakan acara baselang bersama keluarga besar, dengan menyiapkan bahan bangunan, makanan ringan "Palalu Kawo" dan diakhiri dengan "Makan Bersama" Nasi sebungkus.

6. Nunggu Umah Baru

Setelah rumah selesai dibangun, maka akan dipanggil Depati Ninik Mamak, Anak Jantan Teganai Rumah, dan undangan masyarakat sekitar untuk melaksanakan acara syukuran menunggu rumah baru dengan catatan si empunya rumah membayar "Pengisi Adat, Bungkus Nasi Besar, Buah Tinggi Buah Rendah" kepada orang adat dan diakhiri dengan do'a selamatan.

7. Ningin Umah

Setelah selesai acara syukuran, maka akan diadakan acara istilah "Ningin Umah" yaitu memberi obat kepada makluk gaib yang mungkin terkena senjata tajam, ataupun ditimpa bebatuan selama tukang bekerja, dengan bahan-bahannya yaitu "Kundur, Cakrau, Sitawa Sidingin, Pelepah Pisang Dingin, dan Cikampek" dengan mantra :

Untuk pendingin/ penawar (sidingin sitawa) rumah siapkan pula bahannya:

Sidingin secukupnya
Sitawa secukupnya
Kulit pisang lingin secukupnya
Cikampek secukupnya
Cakraw secukupnya
Kundur batang secukupnya (labu liar sering hidup disawah, dipinggiran sungai dan pinggiran hutan)
Lalu diiris atau dipotong kecil-kecil masukkan kedalam wadah/ember dan diisi air dingin, lalu dibacakan mantra:

Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami nyucuo kundu, mintak kundu ka bla jak lilie, bla jak mudik, cakrau untuk munderau ka panyakit dalam tubuh panyakit dalam badan, silingin untuk paningin anak kayo same ado kno api, kno kno besi kno tindih nak batu sinin neh, same ado anak kayo dmam angat dmam lingin,

kami lingin ka ahi sipetang ini, sitawa untuk munawa anak kayo, sidingin untuk paningin kayo uhang taman basah taman krin, mintak dingat mintak dikalano, jangan lah ado bla jak lilie bla jak mudik. 

(Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami nyuco labu, mohon tolaklah bala dari hilir maupun dari mudik, cakraw untuk melecut penyakit dalam tubuh dalam badan, silingin untuk mendinginkan anak tuan mungkin terkena api kami, kena besi kena tindih oleh batu yang ada disini, mungkin ada anak tuan yang demam hangat demam dingin, 

kami dinginkan dengan hari sore ini, sitawa untuk mengobati anak tuan, sidingin untuk mendinginkan hati tuan, orang mata air maupun sumur kering di sini).

Lalu taburkan setawa sedingin tadi dari pintu belakang ke pintu depan sampai seluruh ruangan dan sekitar rumah seraya membaca shalawat buat rasulullah saw.

Dokpri. Balian Salih menyerahkan sesajin kepada makhluk astral
Dokpri. Balian Salih menyerahkan sesajin kepada makhluk astral

Demikianlah acara adat tradisional di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dalam hal ihwal mendirikan rumah baru menurut sepanjang icuk-ico pegang pakai adat.

#Kerinci_punya_cerita 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun