Pada saat keluarga Kwee menempati rumah ini, dibuatlah patung singa yang ditempatkan pada halaman depan rumah keluarga Kwee. Hal tersebutlah yang menyebabkan rumah tersebut dinamakan Rumah Singa, dan dengan harapan rumah tersebut bisa selalu aman terjaga. Hal itu selaras dengan kepercayaan yang dianut oleh kalangan Tionghoa, bahwa patung singa tersebut dianggap sebagai dewa pelindung. Maklum, dikarenakan keluarga Kwee pada saat itu dikenal sebagai pengusaha paling kaya di Kota Pasuruan.
pada akhir abad ke 19 sebagian besar bahan finishing[1] berasal dari arsitektur China di Kota Pasuruan yang didatangkan dari Eropa. Mulai dari lantai marmernya, dinding porselen, kaca, plafon dan sebagainya. Sampai hiasan dekoratif seperti patung-patung, kaca hias, lampu-lampu, peralatan sanitair kamar mandi dan sebagainya semuanya berasal dari Eropa. Â
Pada arsitektur China di Kota Pasuruan lukisan-lukisan tersebut terdapat pada kaca, plafon dan benda-benda hias yang lainnya. Bagi kita yang hidup di jaman arsitektur modern yang serba miskin akan detail dan ragam hias, pasti takjub melihat rincinya detail ini dibuat. Sayang sekali pada saat ini sedikit demi sedikit detail-detail yang indah ini menjadi rusak. Hanya ada beberapa rumah saja yang terletak di Jalan Hasanudin salah satunya yaitu Rumah Singa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H