Pikir saya agak aneh, saya yang reseller di suruh naruh tahu di super market layaknya alfamart bagaimana ceritanya ? ini sih sudah seperti dropship dalam pikir saya. Tapi karna memang sedang butuh dana untuk melunasi biaya kuliah ya saya setujui saja, toh membantu juga dalam pikir saya. Di minggu pertama saya mengirim produk, saya mendapat sebagian penghasilan langsung dari dimas untuk apa yang sudah saya kirim hingga beberapa minggu setelahnya.
Tentunya saya juga masih melanjutkan berjualan melalui media sosial karna memang saya sudah mulai cukup terbiasa dengan metode ini. Di era teknologi hari ini rasanya sangat sayang jika ketinggalan bagaimana memanfaatkan peluang pasar 4.0 untuk kebutuhan sehari-hari baik sebagai konsumen maupun produsen. Dari 2 metode penjualan tersebut tidak di sangka sudah banyak penghasilan dan pengeluaran dari apa yang saya jual.
Pada era pandemi ini, mahasiswa-mahasiswa melakukan tatap muka melalui online dengan berbagai macam media sebagai penunjang perkuliahan. Dibalik kesibukan saya melakukan penjualan tentunya saya tak lupa atas kewajiban saya sebagai mahasiswa. Ada sebuah motivasi bagi saya untuk konsisten berkuliah dikarnakan sudah tidak punya sosok ayah, dan juga karna kuliah ini memang di bayar melalui sedikit keringat saya. Layaknya mereka yang ikut kursus bahasa berbayar pastilah memiliki niatan yang kuat karna mereka membayar biaya kursus tersebut.
Tak terasa waktu UAS tinggal 1 bulan, saya harus berkemas untuk membayar hutang saya yang ada di kampus untuk bisa ikut dalam UAS tersebut. Sekiranya dalam 1 bulan lebih kemarin berjualan dengan banyak cara cukup menghasilkan untuk membayar tunjakan biaya perkuliahan yang melebihi batas ini. Dalam 1 bulan kedepan ini sekiranya saya menyudahi penjualan kemarin dan cukup fokus pada menjual di pasar agar waktu yang kosong dikarnakan kegiatan tersebut saya gunakan untuk belajar menjelang UAS.
Memang  cukup melelahkan menjadi anak laki-laki dalam keluarga, apa lagi di umur 20 ini tanpa sosok seorang bapak yang menjadi panutan banyak anak laki-laki. Saya harus berusaha lebih keras dari yang biasanya saat dulu ada bapak saya masih bisa tidur-tiduran selonjoran di siang hari atau sore hari. Sekarang menjadi pribadi yang berpikir bagaimana caranya tunjangan kuliah menjadi kosong untuk esok hari. Sudah seperti se ekor elang yang ditinggalkan induknya untuk hidup mandiri, walaupun masih mengandalkan usaha keluarga untuk hidup berjalan sendiri.
Sedikit iri dengan mereka yang masih bisa memangil bapak untuk keperluan membantu administrasi atau pula untuk membantu saat di tilang polisi, atau mereka yang bisa bangga bahwa bapak mereka merupakan TNI yang bisa di tinggal uang sebulan sekali. Mereka yang mengenal rasa di tangung jawabkan oleh sosok bapak yang menangani masalah mereka sendangkan saya sekarang mengurusnya sendiri, tidak mau melibatkan ibu dalam masalah saya karna tidak tega memberi banyak beban terlebih beban kuliah yang di tanggung bersama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H