Mohon tunggu...
Zanitya Ningrum
Zanitya Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Namaku Zanitya Ningrum, biasa dipanggil Zanit. Aku seorang mahasiswa PPG yang lumayan suka menulis, travelling, suka seni.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Understanding by Design (UbD) dalam Kurikulum Indonesia?

17 April 2024   18:33 Diperbarui: 17 April 2024   18:38 2286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Shalom, Salam Sejahtera

Om Swasti Astu, Rahayu..

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  menyebutkan bahwa kurikulum adalah sepernagkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isis dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Artinya, kurikulum menjadi dasar dari segala proses pelaksanaan pendidikan di suatu wilayah agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam perjalanan pengembangannya, ada beberapa model pengembangan kurikulum yang menjadi acuan para tim pengembang diantaranya model Tyler, Taba dan Oliva. Masing-masing dari model ini memiliki ciri khas berbeda.

Berbeda dengan tiga model pengembangan kurikulum yang tersebut di atas, Wiggins memiliki pandangan sendiri terhadap pendidikan. Wiggins memiliki pemikiran bahwa kualitas pendidikan dipengaruhi oleh pemahaman dari peserta didik. Oleh sebab itu, Wiggins menilai bahwa pemahaman mendalam merupakan satu hal yang harus ditekankan dalam pendidikan. Pemahaman mendalam akan membuat peserta didik tidak hanya sekadar menghafal melainkan dalam kurun waktu yang lama peserta didik akan tetap dapat mengaplikasikan pemahamannya dalam peristiwa atau kehidupannya sehari-hari. Pemikiran Wiggins tersebut melahirkan sebuah desain yang bertujuan untuk membantu peserta didik mendapatkan pemahaman mendalam tenntang suatu konsep. Desain tersebut dikenal dengan "Understanding by Design" atau UbD.

UbD memiliki ciri khas pada tahapan implementasinya, yaitu berupa alur mundur (backward design). Hal pertama yang dilakukan pada implementasi UbD ini adalah menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan menentukan asesmen yang memadai dan dapat diterima. Kemudian hasil asesmen tersebut digunakan dasar untuk menentukan pembelajaran seperti apa yang harus diberikan. Adapun berdasar pada tujuan dari desain ini, UbD memiliki enam aspek yang menjadi indikator keberhasilan implementasi UbD. Enam aspek tersebut meliputi kemampuan menjelaskan, menafsirkan, menerapkan, memiliki perspektif, empati dan pengetahuan diri. 

Lalu, bagaimana UbD diimplementasikan dalam pembelajaran?

Mengikuti langkah atau tahapan UbD dengan menentukan hasil yang diharapkan terlebih dahulu, kemudian menentukan asesmen yang jika diintegrasikan dengan kurikulum merdeka saat ini tertuang pada tiga jenis asesmen, yaitu asesmen awal (diagnostik), asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen ini memiliki fungsi berbeda namun seluruhnya menjadi upaya perbaikan dan pengembangan usaha mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tentu saling mendukung jika UbD diimplementasikan dalam pembelajaran di Indonesia yang memberlakukan kurikulum merdeka. Proses asesmen ini juga membantu pendidik dalam menentukan model, strategi, pendekatan maupun metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Temuan kebutuhan, kemampuan, kesiapan dan karakteristik peserta didik yang berbeda membutuhkan pembelajaran berdiferensiasi agar pembelajaran yang dilakukan tepat sasaran dan adil bagi peserta didik.

Jika dianalisis, bagaimana implementasi UbD di Indonesia?

Menurut penelitian yang dilakukan Neni Setiyawati, dkk, dengan menganalisis beberapa literatur terkait implementasi UbD  di Indonesia, UbD sangat layak untuk diimplementasikan terutama pada materi atau mata pelajaran eksak. Pemahaman peserta didik terbangun dari pengalaman belajar yang mereka dapatkan sendiri, sehingga mampu membantu mereka memumculkan ide, mengekplorasi kemampuan berpikir untuk menyelesaikan beberapa  masalah yang ditemui. Hal tersebut juga diungkapkan beberapa literatur, bahwa kelayakan implementasi UbD dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Meskkipun kenyataan di lapangan masih banyak juga pendidik atau lembaga pendidikan yang belum menerapkan UbD dalam pembelajaran mereka karena beberapa pertimbangan. Dari beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa UbD layak untuk diimplementasikan pada pembelajaran di Indonesiam, dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi UbD dapat membantu perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik yang diharapkan dalam kerangka UbD?

UbD memiliki standar keberhasilan pengimplementasiannya berupa pemahaman. Seseorang dikatakan telah memiliki pemahaman mendalam apabila telah memenuhi enam aspek berikut:

1. Kemampuan Menjelaskan

Kemampuan yang dimaskud adalah seseorang dapat menjelaskan suatu hal secara akurat, koheren, dibenarkan adanya (justified), sistematis dan prediktif.

2. Kemampuan Menafsirkan

Pada aspek ini terdapat beberapa kriteria, diantaranya adalah bermakna. Artinya, seseorang dapat mengungkap suatu makna yang tersirat dalam objek atau ilustrasi yang sedang berusaha dipahami. Didukung dengan beragam wawasan yang membuat sebuah informasi menjadi jelas dan signifikan tentang suatu hal yang bersifat ilustratif.

3. Kemampuan Menerapkan

Dalam menerapkan, maka harus dilakukan secara efektif dan efisien, fasih, anggun dan bersifat adaptif.

4. Memiliki Perspektif

Perspektif dapat diartikan sebagai sudut pandang. Sebuah perspektif tentu berbeda antara individu yang satu dan yang lain, sehingga sebagai pendidik perlu menetapkan garis atau standar untuk sebuah kesepakatan untuk mendapatkan persepsi yang sama secara kredibel, dapat mengungkap, menambah wawasan,, logis atau masuk akal dan tidak biasa.

5. Mampu Berempati

Selain pemahaman secara kognitif, seseorang dikatakan memiliki pemahaman mendalam apabila didukung dengan kepedulian dan sensitifitas rasa. Adapun seseorang dalam berempati meliputi lima kriteria ini, yaitu sensitif, terbuka, reseptif, perseptif dan taktis.

6. Memiliki Pengetahuan Diri

Selain perasaan, maka mawas diri juga menjadi indikator seseorang dikatakan memiliki pemahaman mendalam. Aspek pengetahuan diri ini meliputi kesadaran diri, kemampuan metakognitif, mampu menyesuaikan diri, reflektif dan bijak.

Enam aspek pemahaman ini dapat membangun pemahaman mendalam secara utuh dengan dukungan pelaksanaan pembelajaran berpihak pada peserta didik melalui pengalaman belajar yang memicu eksplorasi potensi diri peserta didik. Pemenuhan enam aspek ini diharapkan mampu menjadikan peserta didik yang mengenali potensi dirinya sendiri sehingga setiap peserta didik mampu menentukan langkah dan tujuan masa depannya.

Masih tentang UbD, bagaimana peran guru atau pendidik dalam implementasi UbD?

Dalam pengimplementasian UbD, guru atau pendidik memiliki peran sebagai penilai. Hal ini tampak pada peran guru dalam menentukan dan melakukan asesmen untuk mengetahui kemampuan awal, kesiapan belajar, karakteristik dan minat peserta didik. Hal ini perlu dilakukan agar guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, membutuhkan diferensiasi pembelajaran ataukah tidak. Pembelajaran yang dilakukan harus berpihak pada peserta didik. agar pemahaman yang terbangun didapatkan secara utuh melalui pengalaman belajar oleh peserta didik. Nah, dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan bantuan (scaffolding) bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. 

Referensi:

Neni Stiyawati, dkk. 2023. "Analisis Pengembangan Rancangan Pembelajaran dengan Pendekatan Ubd". Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran. Vol. 4 No. 3

Wiggin, & Mc, T. J. (2005). Understanding by Design. Extended 2nd Edition. Alexandria. VA: ASCD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun