Apakah teman-teman sudah mengetahui tentang kajian feminisme pada karya sastra?
Kajian feminisme merupakan studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Feminisme merupakan kajian sosial yang melibatkan kelompok-kelompok perempuan yang tertindas, utamanya tertindas oleh budaya partiarkhi. Lalu, apakah puisi "Istri" karya Darmanto Jatman mengandung unsur-unsur feminisme?
Puisi "Istri" karya Darmanto Jatman berisi sindiran kepada kaum laki-laki atau suami yang kerap kali memandang remeh peran perempuan atau istri. Puisi ini menggambarkan seorang istri yang merupakan sosok perempuan yang sangat diperlukan suami. Setiap saat seorang istri melayani dengan penuh cinta dan kerelaan. Suami terkadang tidak memikirkan perasaan istri dan cenderung melakukan praktik patriarki. Pengarang menegaskan betapa pentingnya peran istri dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Seorang istri tulus dalam merawat anaknya sejak dalam kandungan hingga lahir dan berjuang membesarkannya. Pengarang mencoba menyampaikan pesan kepada laki-laki agar menghormati kaum perempuan, terutama istrinya sendiri. Seorang perempuan, terutama istri, sudah sepatutnya dihargai, dihormati, dan dimengerti. Dalam kehidupan suami istri tidak ada posisi lebih tinggi dan lebih rendah. Keduanya harus saling menghargai dan bekerja sama dalam kehidupan rumah tangganya.
- Pada baris ke-3 sampai ke-9 :
Istri sangat penting untuk kita
Menyapu pekarangan
memasak di dapur
mencuci di sumur
mengirim rantang ke sawah
dan mengeroki kita kalau kita masuk angin
Ya, istri sangat penting untuk kita
Baris ini memaparkan peran penting istri dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah hingga merawat suaminya. Istri sangat besar pengaruhnya dalam menjaga kelangsungan kehidupan rumah tangga.
- Pada baris ke-19 dan ke-20 :
Ah. Lihatlah. Ia menjadi sama penting dengan
Kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa
Pada baris ini, perempuan digambarkan seperti alat yang bisa diatur dan diperintah semaunya oleh suami/laki-laki. Kalimat ini menggambarkan perempuan diperlakukan seperti budak oleh suami. Perempuan dikatakan sama pentingnya dengan kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa. Perempuan seperti disamakan dengan hewan kerbau, luku yang merupakan alat bertani, sawah, dan pohon kelapa.
- Pada baris ke-21 :
Ia kita cangkul malam hari dan tak pernah mengeluh walau capek.
Kalimat ini mengandung makna perempuan hanya diperlakukan sebagai pemuas kebutuhan biologis suami. Perempuan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu laki-laki saja.
- Pada baris ke-25 :
Seperti kita memelihara ayam, itik, kambing atau jagung.
Kalimat pada baris ini, suami seperti menyamakan istri sebagai peliharaan, yaitu hewan ayam, itik, kambing, dan memelihara jagung. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa suami atau laki-laki sering hanya menganggap perempuan rendah derajatnya.
- Pada baris ke-32 :
Jadi, waspadalah!
Pengarang memperingatkan laki-laki bahwa seorang perempuan bisa berubah menjadi menakutkan apabila mereka memberontak atas perlakuan dan praktik patriarki yang dilakukan oleh laki-laki.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H