Mohon tunggu...
Zamzami Tanjung
Zamzami Tanjung Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Melihat berbagai sisi, menjadi berbagai sisi, merasa berbagai sisi, berharap bijak jadi teman abadi, visit my blog winzalucky.wordpress.com, zamzamitanjung.blogspot.com and enjoy it :)

Melihat berbagai sisi, menjadi berbagai sisi, merasa berbagai sisi, berharap bijak jadi teman abadi, visit my blog winzalucky.wordpress.com, zamzamitanjung.blogspot.com and enjoy it :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Manusia" Lebih Penting dari Turkey

19 Juli 2016   16:13 Diperbarui: 19 Juli 2016   16:24 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Kecil yang terlilit kemiskinan (Sumber gambar: doktorarif.blogspot.com)

Ketika Ahmadi Nejad berkuasa, dia sebenarnya menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat muslim, tidak peduli itu syiah atau sunni. Dia tetap dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap hegomoni Amerika yang terlalu angkuh untuk bisa berbagi. Untuk sesaat aliran beragama yang disemai di persia sana populer sesaat. Figur Ahmadi Nejad cukup membantu. Namun sekarang? mereka tidak punya figur populer yang mendunia dan bisa dijadikan patron. Ahmadi Nejad hilang dibawah putih megahnya Erdogan dengan bendera Bintang yang diapit Bulan Sabit putih dibelakangnnya.

Dari Persoalan Ideologi, terdapat perbedaan antara Erdogan dan Ahmadi Nejad. Ideologi yang dianut oleh Erdogan "cenderung" konservatif dan tradisional. Sedangkan Ideologi yang dianut oleh Ahmadi Nejad cenderung mempresentatifkan kondisi revolusioner dan progresif. Maka anda bayangkanlah ketika kata Revolusioner dan Progresif mati ditikam konservatif dan tradisional. Tentu Mereka iri dengan konservatif dan tradisional. Dan coba anda bayangkan bagaimana pikiran, niat dan perilaku si tukang iri. Mereka berdoa agar yang sedang diirikannya jatuh.  

Mengapa ada yang sinis dengan Tragedi turkey ini dan memonyongkan mulutkan kepada anak bangsa yang lain?

Pertarungan dalam pemilihan Presiden tahun 2014 yang lalu masih membawa luka dan dendam yang entah kapan akan "sembuhnya". Musuh yang dijadikan target adalah para oposan yang kalah dalam "perang badar" (begitu salah seorang pimpinan partai menyebutnya). Kondisi "perang badar" memang tidak menguntungkan ketika itu bagi pasukan muslim, namun dengan penuh keajaiban, pasukan muslim bisa memenangi perang tersebut. Analogi ini kala itu sempat memantik protes dari banyak kalangan. Partai yang dibenci adalah partai kalah dimana salah satu partai mengutus beberapa duta kesana untuk dilakukan "Studi banding". Garis-garis perjuangan disesuaikan dengan sistem yang telah "dimodernisasi" di Turkey sana.

Pihak yang dibenci adalah pihak yang memuja dan menjadikan Erdogan dengan Turkeynya sebagai Patron. Bagi kelompok ini, Kejatuhan Erdogan dan Turkey adalah kejatuhan beberapa pihak lain di tanah air ini. Pertarungan Ideologi turut memanaskan kondisi yang ada. 

++++++++++++

Setelah membaca analisis di berbagai media dan pro kontra yang mengikutinya, tiba-tiba saya muak dengan segala macam perdebatan tidak penting tersebut.  Pagi ini saya membaca sebuah status di Facebook teman yang seolah-olah menyebutkan bahwa orang yang terlibat dlam perdebatan mengenai Erdogan dan Turkey adalah orang yang "kurang sehat". Sekali lagi ini bagian dari pembicaraan mengenai Ideologi, dan saya pun muak dengan ideologi-ideologi anda. Ideologi bukanlah agama bahkan ideologi itu bukan tuhan ada, anda telah dijajah oleh ideologi. Suatu waktu ketika Ideologi itu mengkristal di Otak anda, maka saudara sebagsapun anda akan bunuh dengan alasan ideologi!! 

(baca: Fenomena Deideologi)

Kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini belum bisa membuat kita bertindak untuk keluar memikirkan orang lain secara serius dan bahkan dengan penuh emosi dan sumpah serapah. 

Apakah sudah habis kritik konstruktif untuk membangun bangsa ini? hingga Turkey menjadi titik perhatian dan kritik kita bersama. Pemerintah tidak akan terkontrol dan diuntungkan dengan tragedi Turkey, isu teralihkan. Ketika Tragedi Turkey terjadi, Mirna sudah tidak populer yang populer adalah Erdogan.  Jakarta tiba-tiba hilang dari peta dunia, yang ada Kota Ankara dan Istambul. 

Apakah sudah tidak ada yang mesti kita lakukan dibandingkan bertahan untuk sebuah analisa yang bisa saja analisa tersebut adalah analisa kosong yang dibuat oleh pengopini handal untuk kepentingannya. Adakah yang bertanya berapa banyak orang yang mati dalam tragedi Turkey? Bagaimana perasaan anak, ibu, ayah, adek dan kakak mereka, apa yang mereka rasakan? terlepas apakah Kudeta tersebut adalah real atau hanya kudeta-kudetaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun