Mohon tunggu...
Zamzami Tanjung
Zamzami Tanjung Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Melihat berbagai sisi, menjadi berbagai sisi, merasa berbagai sisi, berharap bijak jadi teman abadi, visit my blog winzalucky.wordpress.com, zamzamitanjung.blogspot.com and enjoy it :)

Melihat berbagai sisi, menjadi berbagai sisi, merasa berbagai sisi, berharap bijak jadi teman abadi, visit my blog winzalucky.wordpress.com, zamzamitanjung.blogspot.com and enjoy it :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Bayang Jam Gadang Part-5

22 Januari 2016   15:39 Diperbarui: 22 Januari 2016   16:10 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“bagaimana, maksudnya?” balik tanyaku.

“apakah kita berteriak atau cukup membunyikan peluit?” lanjutnya.

Sungguh aku tidak mengerti maksudnya.

Anggota yang lain menimpali, “si abang itu tidak ngerti kali”, aku acuhkan saja ucapannya, karena memang aku tidak mengerti.

Setelah cukup istirahat, maka kami kemudian kembali berjalan, setelah berjalan hampir 15 menit, teman yang tadi memintaku lagi berhenti.

“pak, apa kita bakar api unggun saya yach?”, aku tidak mengerti dengan pintanya tersebut. Aku Cuma diam, lalu aku tawarkan pada salah satu dari mereka.

“ada yang mau jadi leader ngga? Sudah capek nich” tawarku.

Maka salah seorang kemudian menyanggupi dan maju kedepan untuk memimpin rombongan kami. Sejenak aku melepaskan ketegangan karena menjadi leader tadi membuatku tegang.

Setelah berjalan cukup lama, leader yang sedang memimpin berhenti kebingungan dan sepertinya menyimpan rasa takut.

“ayo terus jalan..” desakku dari belakang.

Karena tidak menjadi leader aku kemudian lebih tenang mengamati sekelilingku. Setelah belasan menit berjalan sepertinya aku melalui tempat yang sama yang sebelumnya aku lalui, aku tidak meyakini itu awalnya, untuk membuktikan kecurigaanku, aku kemudian menaruh sebuah botol ditepi jalan. Beberapa saat kemudian, setelah rasanya jauh berjalan, aku melihat botol itu kembali. “ah, tidak mungkin!” batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun