Bagi seorang atlet, dipanggil untuk bertanding membela nama negara dalam sebuah ajang olahraga tentu saja sangat membanggakan, apalagi jika atlet tersebut mampu mengharumkan nama negaranya dengan keluar sebagai juara.
Pada ajang pertandingan olahraga antar negara, biasanya dimulai dengan mendengarkan lagu kebangsaan dari negara yang akan bertanding atau pada saat penyerahan medali akan diakhiri dengan mendengarkan lagu nasional negara pemenang.
Banyak gestur yang ditunjukkan oleh para atlet ini dalam mendengarkan lagu kebangsaan nasionalnya. Ada yang ikut bernyanyi, meletakkan tangan kanan pada bagian dada sebelah kiri atau memberikan hormat layaknya seorang tentara.
Dan bagi para atlet yang menunjukkan gestur yang aneh atau bahkan diam saja bisa dianggap menghina atau tidak menghormati negaranya.
...
Bagi para atlet olahraga di Amerika Serikat, ajang mendengarkan lagu kebangsaan sebelum pertandingan dimulai maupun pada akhir prosesi pengalungan medali juara pada beberapa tahun terakhir digunakan sebagai ajang protes terhadap kebijakan dari pemerintahan negaranya.
Baru-baru ini seorang atlet anggar putra AS, Race Imboden melakukan protes dengan cara berlutut saat lagu kebangsaan AS diperdengarkan pada prosesi pengalungan medali cabang anggar pada pertandingan Pan American Games dimana AS berhasil meraih medali emas.
Seperti dikutip dari foxnews, Race Imboden menyatakan bahwa "saya merasa terhormat untuk mewakili tim AS di Pan American Games dan berhasil meraih medali emas serta perunggu, namun kebanggaan saya telah terpotong oleh berbagai kekurangan negara yang saya sayangi. Rasisme, Kontrol Senjata, penganiayaan terhadap imigran. Kita harus menyerukan perubahan"
Hal serupa pernah dilakukan oleh atlet NFL atau atlet American Football pada tahun 2016 yanng lalu, Colin Kaepernick yang berlutut pada saat dikumandangkannya lagu kebangsaan AS dalam sebuah protes menentang ketidakadilan rasial yang pada akhirnya memicu kemarahan Trump selaku presiden AS.
Begitu juga dengan Megan Rapinoe, atlet sepakbola putri AS yang berhasil mengantarkan AS meraih juara pada Piala Dunia Wanita 2019 yang lalu. Pada tahun 2016, Rapinoe juga pernah menyuarakan protesnya dengan cara berlutut sekaligus menyuarakan solidaritasnya terhadap Kaepernick.
Rapinoe, dan beberapa atlet olahraga lain sadar bahwa apa yang mereka perbuat, apa yang mereka tunjukkan akan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Namun itulah cara para atlet tersebut menyuarakan protesnya secara simbolik.
Dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Why I Am Kneeling", Rapinoe menjelaskan mengenai keputusannya berlutut saat lagu lagu nasional AS diperdengarkan.
"Saya berlutut karena saya harus melakukan sesuatu. Tidak ada cara yang sempurna untuk memprotes. Saya tahu bahwa tidak ada yang saya lakukan akan menghilangkan rasa sakit keluarga-keluarga itu. Tetapi saya merasa dalam hati saya adalah benar untuk terus berlutut selama lagu kebangsaan, dan saya akan melakukan apa pun yang saya bisa untuk menjadi bagian dari solusi." Tulis Rapinoe.
Apa yang dituliskan Rapinoe ini mengacu kepada tewasnya seorang anak kulit hitam berusia 13 tahun yang bernama Tire King yang ditembak oleh seorang petugas kepolisian.Â
"Saya telah memilih untuk berlutut karena saya tidak tahan dengan jenis penindasan yang dibiarkan negara ini terhadap rakyatnya sendiri. Saya telah memilih untuk berlutut karena, dalam kata-kata Emma Lazarus, tidak ada di antara kita yang bebas, sampai kita semua bebas." Lanjut Rapinoe.
Apa yang dilakukan Colin Kaepernick, Megan Rapinoe dan Race Imboden ini merupakan bentuk protes terhadap ketidakadilan yang terjadi disekitarnya.
Sama seperti halnya dengan dirikita, saat melihat masih banyaknya ketidakadilan yang terjadi disekitar kita. Apakah kita memilih untuk melakukan sesuatu atau memilih untuk tidak peduli?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H