Mohon tunggu...
zamsul bakhri
zamsul bakhri Mohon Tunggu... Auditor - Planter

Seorang planter, menghabiskan waktu bersama matahari

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tottenham, Transfer Pemain dan Seni Membangun Sebuah Tim

14 Mei 2019   09:04 Diperbarui: 15 Mei 2019   11:06 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mauricio Pechettino (Sumber : express.co.uk)

Bagi sebagian pengamat bola, berpendapat bahwa Tottenham musim ini sebenarnya ditakdirkan untuk gagal sejak awal. Bagaimana tidak, pada transfer musim panas 2018 kemarin, Tottenham membuat sejarah sebagai klub Liga Premier Inggris pertama yang tidak melakukan transfer pembelian pemain.

Bukannya Pochettino tidak memiliki pemain yang diharapkan datang memperkuat Spurs, namun kebijakan klub untuk mempertahankan seluruh pemain membuat Pochettino urung merekrut pemain.

Hal ini berkebalikan dengan obsesi setiap bursa transfer pemain di Liga Premier, setiap tim berupaya untuk memperkuat tim, bahkan dengan memecahkan rekor trasnfer klub pun bukan menjadi sebuah halangan.

Keberhasilan Tottenham maju ke final Liga Champions musim ini seolah menutupi kekhawatiran Pochettino dan banyak fans Spurs yang ragu mengenai kondisi klub terkait kesiapan pemain yang dianggap layak bermain bagi Spurs.

Transfer Pemain adalah Obsesi

Narasi pertama yang dikembangkan oleh Spurs jika musim ini memperoleh hasil yang negatif di seluruh kompetisi yang diikuti tentunya adalah kegagalan transfer musim panas kemarin. Karena pada saat ini, analisa keberhasilan sebuah tim dalam mengarungi kompetisi kedepannya dimulai dengan aktivitas transfer. Transfer dalam artian mendatangkan nama-nama besar dengan kemampuan individu yang mumpuni.

Ketika Tottenham mencatatkan pencapaian bersejarahnya di Liga Champions dengan Pochettino memuji semua pemainnya habis-habisan. Tidak ada seorangpun yang menyatakan, mungkin memang seharusnya seperti itu, tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli pemain, tapi maksimalkan yang ada. Mereka di final karena benar-benar mampu memaksimalkan semua komponen yang ada.

Lihat bagaimana Mourinho dengan Manchester United-nya selalu menyalahkan manajemen klub yang tidak mau mengucurkan uang banyak untuk membeli pemain layaknya City maupun Liverpool akibat melorotnya performa klub.

Sangat mudah dilihat pada beberapa musim belakangan ini di mana, transfer pemain adalah cerita terbesar dari industri. Para penggemar sepakbola akan bertanya, siapa yang menjadi pemain termahal pada transfer musim ini? Kemana para pemain terbaik akan berlabuh?

Para fans fanatik akan juga akan mempertanyakan kebijakan transfer klub kesayangannya, menuntut para manajer tim untuk menghabiskan dana transfer sebanyak-banyaknya.

Jelas tindakan menghabiskan banyak uang ini adalah demi tujuan klub yang ingin dicapai, yaitu menjuarai kompetisi

Sepakbola sekarang ini tentu saja merupakan sebuah industri yang bergantung pada kekuatan uang. Klub-klub dengan modal besar lebih menjamin perolehan trofi karena kemampuannya mendatangkan yang terbaik dari segala posisi, baik pelatih maupun pemain. Itu adalah alasan mengapa Chelsea dan Manchester City yang diberikan modal besar mampu menembus ketatnya persaingan Liga Premier dan mampu bertahan menghadapi kekuatan klub-klub tradisional.

Pembuktian Transfer Pemain

Pada setiap bursa transfer, setiap klub seperti berlomba menghabiskan banyak uang untuk merekrut pemain-pemain bintang. Menutup setiap titik lemah secara cepat dengan merekrut pemain tentu saja mempunyai manfaat sendiri. Namun masih adakah sebuah pendapat mengenai tidak perlu menghabiskan uang selama bursa transfer?

Mari melihat pertandingan antara Tottenham melawan Ajax pada Semifinal kedua Liga Champions. Pemain terbaik pada pertandingan tersebut adalah Lucas Moura dan tidak kalah pentingnya peran Moussa Sissoko.

Lucas Moura sendiri tidak merupakan pemain langganan starter yang pada 18 bulan pertamanya di Tottenham belum berada pada performa terbaiknya, dan Moussa Sissoko yang dinobatkan sebagai pembelian pemain terburuk dalam sejarah klub.

Kedua pemain ini ditransfer pada bursa transfer musim-musim sebelumnya dan masuk dalam daftar jual Spurs andai saja klub berhasil mendatangkan pemain dengan posisi yang sama dengan mereka.

Tetapi mereka mampu membayar kepercayaan klub dengan penampilan yang brillian di lapangan. Hal ini membuktikan bahwa kesabaran, keyakinan dan kesempatan yang diberikan bukanlah hal yang sia-sia.

Untuk membandingkan posisi Moura dan Sissoko, lihatlah bagaimana Alexis Sanchez di Manchester United dan Mezut Ozil bersama Arsenal yang didatangkan untuk mewujudkan mimpi klub meraih trofi. Sampai saat ini penampilan dari kedua bintang tersebut cenderung terus menurun dan bahkan lebih banyak dicadangkan daripada dimainkan.

Sanchez dan Ozil bermain di klub yang memiliki kumpulan pemain bintang yang lebih banyak daripada Spurs, namun keduanya gagal mengangkat permainan timnya dan tidak masuk dalam kelompok empat besar di liga.

Ini menunjukkan bahwa dibutuhkan ketekunan dan kegigihan untuk membangun sebuah tim untuk sukses.

Lihatlah Manchester United saat mendatangkan Radamel Falcao dan Bastian Schweinsteiger, Manchester City dengan Wilfried Bony dan yang teranyar Riyad Mahrez, pemain-pemain tersebut didatangkan hanya untuk lebih banyak menghiasi bangku cadangan. Saat ini Chelsea dengan Gonzalo Higuain yang menghabiskan gaji 250ribu pound per minggu dan Danny Drinkwater dengan biaya transfer 35juta pound namun tetap berakhir sebagai cadangan. Belanja? Apakah itu jawaban terakhir untuk memperkuat sebuah tim?

Tottenham dan Seni Membangun Tim

Lihatlah komposisi penghuni enam besar Liga Premier musim ini, selain Tottenham, lima tim lainnya sangat jor-joran dalam mengeluarkan uang untuk mendatangkan pemain berlabel bintang.

Tottenham mungkin belum meraih gelar juara apapun, namun dalam beberapa musim terakhir secara konsisten mampu bersaing di papan atas Liga Premier. Ini membuktikan bahwa membangun tim yang solid membutuhkan waktu yang lama.

Transfer pemain bintang dengan bijaksana dan cermat dapat memperkuat tim secara cepat, lihatlah Manchester City dan Liverpool yang semakin solid, lalu bandingkan dengan manchester United selepas kepergian Sir Alex dan Madrid setelah ditinggal Zidane serta PSG, tim-tim tersebut mendatangkan banyak pemain bintang tanpa memperhatikan kebutuhan tim.

Kejayaan terbesar yang diraih di sepakbola lebih banyak diraih berdasarkan kolektivitas tim, karena pada hakekatnya ini merupakan sebuah permainan tim. Satu dua pemain bintang tidak akan banyak membantu tanpa kerjasama dan tanpa kerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun