Kompetisi baru ini mendapatkan sokongan dana dari pemilik Sky, Rupert Murdoch yang membeli hak siar dan membagikan keuntungan yang besar bagi para pesertanya.
Dengan keuntungan dari penjualan hak siar yang meningkat, sejak saat itulah bertebaran pelatih dan pemain asing yang direkrut untuk memperkuat klub.Â
Belum lagi sokongan dana dari pemilik klub yang menginginkan cara instan meraih kesuksesan dengan cara merekrut pemain dan pelatih terbaik berapapun harganya yang dimulai oleh Abramovich di Chelsea dan diteruskan oleh Mansour Sheikh bersama Manchester City.
Hal yang wajar, dikarenakan sepakbola yang sudah menjadi industri, klub-klub berorientasi kepada keuntungan dengan uang sebagai kuncinya.Â
Jadi, berapapun harga yang harus dibayar untuk menjadi juara akan dilakukan karena pada akhirnya, tim yang keluar sebagai juara (sekarang minimal lolos ke Liga Champions yang penuh dengan gemilau dollar) sudah pasti akan terdongkrak keuntungan.
Lalu apakah industri sepakbola Inggris yang harus disalahkan atas hilangnya prestasi pelatih-pelatih Inggris? Pertanyaan yang susah-susah gambang untuk dijawab karena selain aspek keuntungan klub, ada juga aspek lain seperti sponsor, suporter dan tuntutan prestasi serta institusi pelatih itu sendiri.
Dengan banyaknya pelatih-pelatih yang bergelimang prestasi dan gaya sepakbola yang beraneka ragam, para pelatih dari Inggris harus mengambil pelajaran dan mengembangkannya bersama gaya Kick n rush yang sudah melegenda.
Mungkinkah para pelatih-pelatih asal Inggris tersebut memang sudah puas, hanya untuk menjadi tamu di kompetisi sendiri? Entahlah, tidak ada yang tahu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H