Papua, saya terkesan dengan sikap terbuka masyarakatnya terhadap orang asing. Mereka sangat peduli dan ingin meninggalkan kesan yang baik bagi setiap tamu yang ada. Pelayanan yang mereka berikan sangat tulus dan penuh totalitas.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di
Pertama-tama, masyarakat di sekitar posko KKN menyambut kami dengan hangat. Mereka selalu siap menemani ke mana pun kami pergi. Beberapa dari mereka bahkan membawa ikan hasil tangkapan mereka untuk dimasak di posko KKN dan meminjamkan kendaraan untuk memudahkan mobilisasi kami. Mereka juga mengenalkan budaya mereka yang kaya, yang mungkin tidak kita temukan di Jawa.
Kedua, saya merasa diterima dengan sangat baik oleh orang tua Arkan, teman SMA saya. Meskipun Arkan tidak bisa menemani karena ada tugas di Bukit Intan, orang tuanya memperlakukan kami seperti anak sendiri. Mereka menyediakan tempat tinggal, makanan, dan kendaraan. Saya sangat terharu dengan keramahan mereka.
Ketiga, Teman-teman Arkan juga meluangkan waktu untuk menemani saya menjelajahi Biak. Mereka selalu ceria dan tulus, membuat pengalaman ini semakin berkesan. Hal-hal seperti inilah yang akan selalu saya ingat dan menjadi pelajaran hidup. Saya belajar betapa pentingnya bermanfaat bagi lingkungan sekitar tanpa pamrih.
Saya ingin mengubah stigma negatif yang sering melekat pada masyarakat Papua, yang dianggap sering anarkis. Menurut saya, pendapat tersebut hanya berasal dari oknum tertentu. Saya bersaksi bahwa masyarakat Papua sebenarnya sangat baik dan ramah.
Semoga tulisan ini lebih menarik dan mudah dipahami!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H