158.0
Kuba
33.8
Kazakhstan
18.1
Sumber:*) WHO, 2008; **)World Heath Rankings (www.worldlifeexpectancy.com), dihimpun dari data WHO, 2011.
Data-data di atas ternyata tidak menunjukkan korelasi antara negara-negara dengan jumlah perokok terbanyak dengan penyakit yang diderita yang diklaim disebabkan oleh rokok. Jepang, misalnya, yang konsumsi rokok per individunya terbanyak, berada pada posisi ke 80 untuk tingkat kematian akibat kanker (115,1 per 100.000 orang), dan pada posisi 165 untuk tingkat kematian karena serangan jantung (2,4 per 100.000 orang), yang tergolong sangat rendah.
Kewajiban untuk mencantumkan GHW pada Pasal 14 dan 17 ayat (3) PP 109/2012 dan Pasal 3 ayat (1) dan (8) Permenkes 28/2013) memerinci 5 (lima) paket teks dan gambar yang menginformasikan adanya ancaman penyakit tetentu. Antara lain; Merokok sebabkan kanker mulut, Merokok sebabkan kanker tenggorokan, Merokok sebabkan kanker paru-paru dan bronkitis kronis, Merokok dengan anak berbahaya bagi mereka, dan Merokok membunuhmu.
Ini sangat kontradiksi dengan temuan para peneliti yang menginformasikan adanya manfaat tembakau sebagai obat. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Arief Budi Witarto MEng, peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) yang menyatakan bahwa tembakau dapat pula menghasilkan protein anti kanker yang berguna bagi penderita kanker. Tanaman tembakau ini tidak diambil daun tembakaunya untuk memproduksi rokok, tetapi dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor (GCSF), suatu hormon yang menstimulasi produksi darah. Selain itu, dapat menstimulasi perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak. Berkat penelitian ini Dr. Arief mendapatkan penghargaan dari Badan Riset Jerman DAAD dan Faraunhofer di Jakarta. (Antara, 14 Juni 2007)
Contoh lain adanya hasil riset yang dilakukan oleh Dr. Gretha Zahar dan kemudian dikembangkan oleh Prof. Sutiman, yang menemukan pemanfaatn asap tembakau untuk terapi kesehatan. Dengan formula scavenger dengan teknik peluruhan radikal bebas dengan cara balur (boreh), dapat menyembuhkan penyakit kanker, kardiovaskuler, stroke, alzheimer, dan autis.
Dua contoh di atas setidaknya menjadi bukti bahwa GHW pada kemasan rokok patut dipertanyakan validitasnya. Karena itu, selama masih ada problem tersebut, maka klaim soal rokok bisa menjadi “mesin” pembunuh patut diragukan. Sehingga GHW hanya sebagai teror bagi konsumen agar berhenti mengkonsumsi rokok.