Mohon tunggu...
Zamhari
Zamhari Mohon Tunggu... Penulis - Internet Marketer

Tinggal di Jogja Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Pakar SEO | Pakar Artikel SEO | Pembicara Internet Marketing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Membangun Rumah untuk Keluarga Kecilku

29 Januari 2020   03:31 Diperbarui: 29 Januari 2020   04:00 3266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pexels.com

Mempunyai rumah sendiri apalagi untuk kedua orang tua merupakan sebuah impian setiap orang.  Nah, di sini Saya ingin berbagi cerita mengenai pengalaman membangun rumah untuk keluarga secara keseluruhan yang mungkin bisa dijadikan inspirasi.

Rumahku Istanaku

Siapa yang tidak ingin memiliki rumah dari hasil keringat sendiri? Tentunya setiap orang pasti punya keinginan seperti itu, begitu juga Saya. Meski gaji pada saat pertama dapat kerja tidak terlalu besar, namun niatan untuk menabung dan membangun rumah tetap di jalani.

Tidak perlu yang besar, yang penting bisa dijadikan peneduh di saat hujan dan melindungi diri dari terik matahari. Saya beranggapan bahwa setelah membangun pelan tapi pasti, rumah akan mendapatkan perawatan sedikit demi sedikit dan bisa diubah menjadi lebih besar.

Saat itu berpikir keras, karena sejak kecil keluarga Saya hanya sebagai kontraktor alias tukang kontrak rumah. Maka dari itu, setelah bekerja keinginan membangun rumah untuk keluarga semakin besar. Pelan-pelan mulai menyisihkan uang dari hasil bekerja untuk ditabung.

Harga bahan bangunanpun juga bermacam-macam, kalau Saya sendiri membeli dengan harga

  • Batu kali Rp 200.000 per meter kubik.
  • Batako Rp 3000 per buah
  • Bata ringan (hebel) Rp 750.000 per meter kubik
  • Pasir beton Rp 300.000 per meter kubik
  • Semen Rp 65.000 per bungkus 50 kg
  • Besi beton Rp160.000 (6mx12m)
  • Kayu Rp 10.500 (2mx3m)
  • Genteng Rp 3.000 per buah
  • Keramik  Rp 75.000 per meter persegi

Awal Mula Saya Membangun Rumah

Keinginan Saya dalam membangun rumah sering kali dihadapkan dengan betapa minimnya dana yang dimiliki. Memang sempat bingung dengan minim dana ini apa saja yang akan di dapatkan untuk modal dalam pembangunan. Apalagi bahan-bahannya juga tidak murah. Belum lagi jasa desain rumah yang kemungkinan juga akan menguras tenaga dan biaya.

Namun, setelah Saya mencoba untuk memanage uang akhirnya menemukan jalan keluar. Pada awalnya rencana ukuran bangunan hingga waku penyelesaiannya telah ditentukan sejak lama. Dengan begitu setelah rumah selesai, sesegera mungkin akan beberes dan keluar dari kontrakan.

Usaha awal yang Saya lakukan saat itu adalah membeli sepetak rumah terlebih dahulu. Dikarenakan membeli tanah, uang jadi berkurang banyak sedangkan masih banyak kebutuhan lain yang harus dibeli. Selagi menunggu dapat dana lagi, lebih baik merencanakan bahan yang akan dibeli nanti, termasuk memilih jasa desain rumah yang bisa memenuhi hasrat keinginan kita.

Membangun Rumah Impian untuk Keluarga

Setelah membeli sepetak tanah, langkah selanjutnya yang Saya lakukan masih merencanakan segala keperluan untuk dibeli. Jika semuanya dibeli, uangnya pasti tidak akan cukup dan pastinya berkurang. Jadi mendahulukan poin penting dulu seperti batu bata, semen, genting dan besi.

Setelah beberapa tahun, modal Saya mencukupi untuk membeli bahan-bahan lain. Sebelum itu, tukang untuk membantu dalam membangun juga sudah ada, jadi tinggal melaksanakannya saja. Apalagi model seperti apa rumahnya nanti sudah diserahkan seluruhnya kepada ahlinya.

Meski begitu, Saya masih harus memantau proses pembangunannya, takut-takut ada kesalahan atau melenceng dari model yang direncanakan sebelumnya. Memang menguras waktu jika harus melihat prosesnya setiap hari, karena di samping itu pekerjaan lain juga masih dijalani. Namun, ini semua demi rumah impian.

Kendala dalam Masa Pembangunan Rumah

Saat masih dalam masa pembangunan, ada beberapa kendala di hadapi. Sudah sejak lama Saya dan keluarga mengontrak. Bahkan, uang dari hasil jerih payah yang sebenarnya harus ditabung untuk membeli rumah baru, mau tidak mau di bagi karena harus dibayarkan untuk kontrakan.

Meski ayah Saya masih bisa menghasilkan uang dengan bekerja, bukan berarti sebagai anak akan diam saja. Pasti ada niatan untuk membantu, maka dari itu sebagian uang juga disisihkan. Caranya, satu digunakan dalam membangun rumah baru, satunya lagi digunakan membayar kontrakan.

Namun, belum lagi untuk biaya kebutuhan sehari-hari yang tidak sedikit. Meski begitu, sebagai anak merupakan hal wajar jika membantu beban orang tuanya. Maka dari itu, harus pintar-pintar memanage uang, itulah yang Saya pikirkan kala itu. Agar semua yang diimpikan bisa tercapai tepat waktu.

Pembangunan Telah Selesai

Kurang lebih 1 tahun lebih sedikit, rumah yang telah lama diimpi-impikan selesai dibangun. Akhirnya, Saya beserta keluarga bisa pindah dari kontrakan ke hunian baru. Senang? Itu sudah pasti. Apalagi ini merupakan hasil dari jerih payah sendiri demi membuat senang hati orang tua.

Untuk biaya pembangunan total Saya menghabiskan biaya sekitar Rp 303.750.000, dengan luas rumah yaitu sekitar 4mx6m. Walau terkesan sempit, dengan desain yang buatan sendiri nampak lebih luas. Untuk lebih jelasnya, uang tersebut dibagi menjadi 2, yaitu Rp 231.750.000 untuk beli tanah dan Rp 72.000.000 untuk beli bahan dan tukang.

Setelah pindah, Saya merasa masih ada yang kurang. Rasa ingin membeli perabotan baru padahal yang lama masih bisa dipakai. Jujur saja, rasanya akan lebih lengkap saja bila rumah baru diisi juga dengan barang-barang baru.

Apalagi, desain rumah baru yang Saya inginkan sejak lama adalah bermodel minimalis, jadi inisiatif untuk membeli barang-barang yang baru pasti ada. Tetapi pada akhirnya niat itu diurungkan, karena masih ada beberapa hal penting yang harus dibeli. Jadi hal itu bisa dicicil sedikit demi sedikit.

Perjuangan Keras dalam Membuat Bangga Hati Orang Tua

Sejak umur Saya beranjak dewasa, keinginan untuk membahagiakan orang tua menjadi lebih besar saat itu. Berpikir bahwa jika sudah bisa menghasilkan uang sendiri nanti, inginnya membangun rumah sendiri (bukan membeli). Apalagi keluarga selalu ribut soal yang tidak bisa membeli.

Itu semua karena ayah Saya selalu terkecoh untuk membeli barang yang lain yang tidak begitu penting, jadi tidak bisa menabung untuk memiliki rumah baru. Tapi tidak apa-apa, mungkin karena mereka masih harus membiayai sekolah dan biaya kebutuhan lain secara terus menerus.

Sampai di situlah, Saya berkeinginan untuk meringankan beban orang tua yaitu dengan membuatkan mereka rumah. Dengan begitu tidak ada lagi soal meributkan, namun perjuangannya bisa dibilang tidak gampang. Rajin menyisihkan uang itu adalah kunci utama dan tetap sabar.

Membeli Bahan Pembuatan Rumah

Awal mula ingin membangun sebenarnya sempat merasa bingung harus melakukan apa terlebih dulu. Namun, berkat bantuan ayah sedikit demi sedikit terbantu. Karena jujur saja Saya tidak terlalu mahir soal menangani pembangunan rumah. Untung saja saat itu ayah membantu banyak.

Ketika anaknya mengatakan ingin membangun rumah supaya tidak harus mengontrak lagi, ayah senang bukan main. Bisa dibilang dia terharu, Beliau berpikir bahwa sekarang anaknya telah dewasa dan sudah bisa cari uang sendiri.

Tidak terkecualikan mama, diapun juga ikut senang. Dari situ niat untuk memiliki rumah sendiri semakin kuat dari hari kehari. Saya serasa semangat untuk bekerja, bahkan tidak ingin melewatkan hari tanpa bekerja. Lucu memang, tapi seperti itulah kenyataannya.

Tips Membangun Rumah dengan Biaya Minim dari Saya

Bingung bagaimana caranya agar tetap bisa memiliki rumah sendiri tapi biayanya minim? Tenang saja, setelah ini akan Saya bagi sedikit mengenai apa saja yang seharusnya dilakukan. Pertama cari tanah terlebih dahulu pastinya, amankan lokasi tersebut dan kedua cari tukang atau kontraktor.

Bila punya kenalan akan lebih bagus, tapi jika tidak bisa mencari lewat kenalan dari tetangga. Itu juga bisa, lalu untuk menghemat biaya bayar jasa tukang lebih baik desain rumahnya bisa dibuat sendiri tanpa harus pihak lain yang memutuskan.

Saat proses pembangunan, agar hemat biaya dahulukan dulu bahan yang penting. Meski dengan cara seperti ini akan membutuhkan waktu yang lama dalam pembangunan, namun jika bisa dilakukan sedikit demi sedikit kenapa tidak ? Setelah rumah jadi, beli perabotan yang secukupnya agar hemat.

Seperti itulah yang terjadi mengenai pengalaman membangun rumah untuk keluarga Saya. Mulai dari niat  hingga sampai akhir bisa memiliki rumah dari hasil jerih payah sendiri. Senang? Pastinya. Semoga curahan pena ini bisa menjadi inspirasi banyak orang yang membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun