Saat masih dalam masa pembangunan, ada beberapa kendala di hadapi. Sudah sejak lama Saya dan keluarga mengontrak. Bahkan, uang dari hasil jerih payah yang sebenarnya harus ditabung untuk membeli rumah baru, mau tidak mau di bagi karena harus dibayarkan untuk kontrakan.
Meski ayah Saya masih bisa menghasilkan uang dengan bekerja, bukan berarti sebagai anak akan diam saja. Pasti ada niatan untuk membantu, maka dari itu sebagian uang juga disisihkan. Caranya, satu digunakan dalam membangun rumah baru, satunya lagi digunakan membayar kontrakan.
Namun, belum lagi untuk biaya kebutuhan sehari-hari yang tidak sedikit. Meski begitu, sebagai anak merupakan hal wajar jika membantu beban orang tuanya. Maka dari itu, harus pintar-pintar memanage uang, itulah yang Saya pikirkan kala itu. Agar semua yang diimpikan bisa tercapai tepat waktu.
Pembangunan Telah Selesai
Kurang lebih 1 tahun lebih sedikit, rumah yang telah lama diimpi-impikan selesai dibangun. Akhirnya, Saya beserta keluarga bisa pindah dari kontrakan ke hunian baru. Senang? Itu sudah pasti. Apalagi ini merupakan hasil dari jerih payah sendiri demi membuat senang hati orang tua.
Untuk biaya pembangunan total Saya menghabiskan biaya sekitar Rp 303.750.000, dengan luas rumah yaitu sekitar 4mx6m. Walau terkesan sempit, dengan desain yang buatan sendiri nampak lebih luas. Untuk lebih jelasnya, uang tersebut dibagi menjadi 2, yaitu Rp 231.750.000 untuk beli tanah dan Rp 72.000.000 untuk beli bahan dan tukang.
Setelah pindah, Saya merasa masih ada yang kurang. Rasa ingin membeli perabotan baru padahal yang lama masih bisa dipakai. Jujur saja, rasanya akan lebih lengkap saja bila rumah baru diisi juga dengan barang-barang baru.
Apalagi, desain rumah baru yang Saya inginkan sejak lama adalah bermodel minimalis, jadi inisiatif untuk membeli barang-barang yang baru pasti ada. Tetapi pada akhirnya niat itu diurungkan, karena masih ada beberapa hal penting yang harus dibeli. Jadi hal itu bisa dicicil sedikit demi sedikit.
Perjuangan Keras dalam Membuat Bangga Hati Orang Tua
Sejak umur Saya beranjak dewasa, keinginan untuk membahagiakan orang tua menjadi lebih besar saat itu. Berpikir bahwa jika sudah bisa menghasilkan uang sendiri nanti, inginnya membangun rumah sendiri (bukan membeli). Apalagi keluarga selalu ribut soal yang tidak bisa membeli.
Itu semua karena ayah Saya selalu terkecoh untuk membeli barang yang lain yang tidak begitu penting, jadi tidak bisa menabung untuk memiliki rumah baru. Tapi tidak apa-apa, mungkin karena mereka masih harus membiayai sekolah dan biaya kebutuhan lain secara terus menerus.
Sampai di situlah, Saya berkeinginan untuk meringankan beban orang tua yaitu dengan membuatkan mereka rumah. Dengan begitu tidak ada lagi soal meributkan, namun perjuangannya bisa dibilang tidak gampang. Rajin menyisihkan uang itu adalah kunci utama dan tetap sabar.
Membeli Bahan Pembuatan Rumah
Awal mula ingin membangun sebenarnya sempat merasa bingung harus melakukan apa terlebih dulu. Namun, berkat bantuan ayah sedikit demi sedikit terbantu. Karena jujur saja Saya tidak terlalu mahir soal menangani pembangunan rumah. Untung saja saat itu ayah membantu banyak.