Mohon tunggu...
zalmanmulya
zalmanmulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Footbal Manager Player

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Jakarta Ditinjau dari Perspektif Arkeologi: Sebuah Rintisan bagi Arkeologi Perkotaan

21 Desember 2024   22:15 Diperbarui: 21 Desember 2024   22:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejarah Jakarta sebagai ibu kota Indonesia merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan manusia selama berabad-abad. Melalui perspektif arkeologi, Jakarta menjadi saksi perjalanan dari masa prasejarah hingga modern. Arkeologi dan sejarah saling terkait dalam merekonstruksi masa lalu manusia. Sejarawan mempelajari sumber tertulis, sementara arkeolog meneliti artefak, fitur, dan ekofak. Perspektif ini menawarkan wawasan unik tentang perjalanan panjang kota Jakarta yang kini berkembang menjadi metropolitan.

1.Masa Prasejarah

Bukti kehidupan manusia di Jakarta bermula dari artefak masa Neolitikum, seperti kapak persegi, beliung, dan pecahan tembikar. Temuan ini tersebar di wilayah seperti Pasar Minggu, Tanjung Timur, dan Kampung Sunter. Ekskavasi di situs Kelapa Dua mengungkapkan kemungkinan adanya permukiman masa bercocok tanam sejak 1.500 SM. Selain itu, benda-benda perunggu-besi yang ditemukan menunjukkan Jakarta pernah menjadi bagian dari Kebudayaan Dong-Son.

2.Masa Hindu-Buddha

Hubungan antara masyarakat lokal dan India pada abad pertama Masehi melahirkan kebudayaan Hindu-Buddha. Bukti adanya Kerajaan Tarumanagara ditemukan melalui prasasti Tugu di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang menyebutkan penggalian sungai oleh Raja Purnawarman. Situs ini menunjukkan pentingnya urbanisasi di sekitar Jakarta pada masa itu.

3.Masa Islam

Pada 22 Juni 1527, Sunda Kelapa direbut oleh Fadhillah Khan, yang mengubah namanya menjadi Jayakarta. Kota ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan Islam hingga akhirnya dihancurkan oleh VOC pada tahun 1619. Walaupun bangunan masa itu sudah lenyap, sisa-sisa arkeologis dapat menjadi bukti perencanaan kota Muslim.

4.Masa Kolonial Belanda

Setelah penaklukan Jayakarta, VOC membangun Batavia yang menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara. Interaksi antara penduduk lokal dan Belanda memunculkan “kebudayaan Indis,” yang terlihat pada arsitektur dan gaya hidup. Bangunan bersejarah seperti Stadhuis (Museum Sejarah Jakarta) dan gudang VOC menjadi saksi bisu periode ini.

5.Masa Jepang dan Kemerdekaan

Pada masa Jepang (1942–1945), bangunan kolonial dimanfaatkan kembali untuk kantor dan administrasi. Setelah kemerdekaan, gedung-gedung seperti Istana Merdeka dan Gedung Kebangkitan Nasional memainkan peran penting dalam sejarah modern Indonesia. Banyak dari bangunan ini kini menjadi cagar budaya.

Melalui kajian arkeologi, Jakarta mencerminkan perjalanan panjang manusia dari masa prasejarah hingga era modern. Situs dan bangunan cagar budaya di Jakarta tidak hanya merekam sejarah, tetapi juga menjadi bukti nyata proses akulturasi dari berbagai peradaban yang membentuk kekhasan budaya kota ini. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menawarkan arena kajian yang kaya tidak hanya untuk arkeologi, tetapi juga ilmu sosial, sejarah, dan budaya. Dengan pelestarian yang baik, Jakarta dapat terus menjadi warisan budaya yang bernilai bagi generasi mendatang.

Ditulis Oleh : Zalman Mulya Albari, Mia Fahimah Ilmani, Siti Sapinatul Lestari, Bangkit Aryhanda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun