Sejarah Jakarta sebagai ibu kota Indonesia merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan manusia selama berabad-abad. Melalui perspektif arkeologi, Jakarta menjadi saksi perjalanan dari masa prasejarah hingga modern. Arkeologi dan sejarah saling terkait dalam merekonstruksi masa lalu manusia. Sejarawan mempelajari sumber tertulis, sementara arkeolog meneliti artefak, fitur, dan ekofak. Perspektif ini menawarkan wawasan unik tentang perjalanan panjang kota Jakarta yang kini berkembang menjadi metropolitan.
1.Masa Prasejarah
Bukti kehidupan manusia di Jakarta bermula dari artefak masa Neolitikum, seperti kapak persegi, beliung, dan pecahan tembikar. Temuan ini tersebar di wilayah seperti Pasar Minggu, Tanjung Timur, dan Kampung Sunter. Ekskavasi di situs Kelapa Dua mengungkapkan kemungkinan adanya permukiman masa bercocok tanam sejak 1.500 SM. Selain itu, benda-benda perunggu-besi yang ditemukan menunjukkan Jakarta pernah menjadi bagian dari Kebudayaan Dong-Son.
2.Masa Hindu-Buddha
Hubungan antara masyarakat lokal dan India pada abad pertama Masehi melahirkan kebudayaan Hindu-Buddha. Bukti adanya Kerajaan Tarumanagara ditemukan melalui prasasti Tugu di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang menyebutkan penggalian sungai oleh Raja Purnawarman. Situs ini menunjukkan pentingnya urbanisasi di sekitar Jakarta pada masa itu.
3.Masa Islam
Pada 22 Juni 1527, Sunda Kelapa direbut oleh Fadhillah Khan, yang mengubah namanya menjadi Jayakarta. Kota ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan Islam hingga akhirnya dihancurkan oleh VOC pada tahun 1619. Walaupun bangunan masa itu sudah lenyap, sisa-sisa arkeologis dapat menjadi bukti perencanaan kota Muslim.
4.Masa Kolonial Belanda
Setelah penaklukan Jayakarta, VOC membangun Batavia yang menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara. Interaksi antara penduduk lokal dan Belanda memunculkan “kebudayaan Indis,” yang terlihat pada arsitektur dan gaya hidup. Bangunan bersejarah seperti Stadhuis (Museum Sejarah Jakarta) dan gudang VOC menjadi saksi bisu periode ini.
5.Masa Jepang dan Kemerdekaan
Pada masa Jepang (1942–1945), bangunan kolonial dimanfaatkan kembali untuk kantor dan administrasi. Setelah kemerdekaan, gedung-gedung seperti Istana Merdeka dan Gedung Kebangkitan Nasional memainkan peran penting dalam sejarah modern Indonesia. Banyak dari bangunan ini kini menjadi cagar budaya.