World Health Organization (WHO) sedang memantau subvarian COVID-19 baru yang disebut XBB.1.16, yang sekarang beredar di AS setelah lonjakan awal kasus di India. Varian baru covid ini, juga sudah masuk ke Indonesia yang menyebabkan lonjakan kasus kembali terjadi.Â
Berdasarkan data per 29 April 2023, kasus harian dilaporkan bertambah sebanyak 2.074 orang. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan ini adalah angka tertinggi sejak 10 bulan terakhir.Â
Kasus meninggal juga dilaporkan meningkat sejak awal April 2023. Kenaikan paling signifikan terjadi pada 28 April 2023 dengan 37 kematian. Kemudian pada 29 April 2023 menurun dengan 14 kematian. Apa sebenarnya virus Arcturus dan apa gejalanya? Mari simak penjelasannya berikut!
Darimana Arcturus Berasal?
XBB.1.16 adalah turunan dari XBB, strain omicron rekombinan, artinya mengandung materi genetik dari dua varian berbeda. Secara khusus, XBB adalah campuran dari dua sublineage BA.2: BA.2.10.1 dan BA.2.75. XBB.1.16 (yang oleh sekelompok ilmuwan di Twitter dijuluki "Arcturus") merupakan salah satu dari lebih dari 600 subvarian Omicron yang saat ini beredar.Â
XBB telah menunjukkan peningkatan penularan relatif terhadap varian sebelumnya, mungkin karena tampaknya lebih baik dalam menghindari kekebalan yang ada dari vaksinasi dan infeksi sebelumnya. Arcturus sangat erat kaitannya dengan XBB.1.5, juga dikenal sebagai Kraken.Â
Dibandingkan dengan strain induknya XBB, Arcturus memiliki tiga mutasi tambahan pada protein lonjakan: E180V, F486P, dan K478R. Ini adalah protein di permukaan SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID) yang memungkinkannya mengikat dan menginfeksi sel kita. Arcturus dipahami sebagai subvarian yang paling menular, dan mutasi tambahan ini mungkin menjelaskan alasannya.
Gejala Khusus Arcturus