Mohon tunggu...
Zalfa Anjaswari
Zalfa Anjaswari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahaasiswa unila adm neg 21

akuu hobi menulis dan belajarr

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan Era Bacharuddin Jusuf Habibie

19 April 2024   00:04 Diperbarui: 19 April 2024   00:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habibie adalah Presiden ketiga Republik Indonesia, memerintah dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Dia dikenal sebagai pemimpin cerdas dan berani, dihargai bahkan oleh Presiden Soeharto atas kemampuannya dalam mengembangkan teknologi pesawat terbang. Dalam bukunya, Habibie menekankan keinginannya untuk mengubah pemerintahan yang otoriter dan feodal menjadi lebih demokratis dan transparan dalam waktu singkat. Dia juga menentang ide merangkap jabatan Presiden dan Wakil Presiden dengan koordinator harian keluarga Golkar, yang dianggapnya tidak sehat bagi pimpinan nasional dan kualitas reformasi. Sebagai gantinya, dia memulai reformasi Golkar menjadi partai politik terpisah, mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan.

Langkah-langkah awal yang diambil oleh Presiden ketiga Republik Indonesia selama masa reformasi melibatkan pembentukan kabinet yang mencakup wakil dari fraksi- fraksi di DPR dan MPR, yang dipilih secara proporsional oleh fraksi masing-masing. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kabinet bekerja sebagai satu tim yang profesional dan memiliki semangat patriotis. Selain itu, Habibie berusaha menjadikan lembaga-lembaga tinggi negara sebagai institusi yang profesional, objektif, kuat, dan mandiri.

Meskipun anggota DPR dan MPR telah terpilih belum lama, Habibie menyatakan bahwa pemilihan umum harus segera diadakan untuk memberikan legitimasi yang
lebih kuat kepada kedua lembaga tersebut. Beliau berpandangan bahwa semua pihak harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi.

Selain keputusan terkait reformasi internal, Habibie juga membuat keputusan besar dengan melepaskan Timor-Timor dari Indonesia. Setelah konflik yang berlangsung lama antara kedua belah pihak, Habibie mengadakan rapat politik dan mengusulkan pemisahan Timor-Timor secara damai melalui sidang umum MPR. Pada akhirnya, Indonesia memutuskan untuk melepaskan Timor-Timor jika mereka menolak tawaran otonomi khusus yang sangat luas. Ini menunjukkan bahwa Habibie adalah seorang pemimpin yang berani mengambil keputusan cepat, memahami kendala dan risiko yang terlibat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun