Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Masa Kecilmu adalah Titik Rindumu di Kampung Halaman

25 April 2023   14:35 Diperbarui: 25 April 2023   14:39 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kecil mengumpulkan koran sebagai alas salat Id/ Foto: Dokumentasi Pribadi

"Kau keliru! Jika titik rindumu di kampung halaman adalah rumah lamamu. Tqpi akan kau temui kembali masa kecilmu"

Demikian kutipan tak persis sama, yang kusitir dari sebuah buku lama yang kubaca. Maafkanlah, aku lupa judul buku dan nama penulisnya.

Ada yang sepakat dengan kutipan di atas?

Agaknya, yang ingin disampaikan oleh penulis buku tersebut, jika pusat rindu adalah rumah lama (rumah orangtua?), maka lingkup rindu hanya sebatas lingkungan rumah, anggota keluarga, dan jiran tetangga.

Sedangkan masa kecil? Semuanya! Dengan rentang yang melintasi dimensi ruang dan waktu. Mungkin tak akan pernah berujung, bila kita tak memulai langkah pertama meninggalkan kampung halaman.

Aku pribadi, sepakat dengan ungkapan di atas. Seperti ungkapan Al Ghazali: "yang paling jauh, adalah waktu yang berlalu!"

Dan, yang berlalu itu termasuk masa kecil, kan?

Ini Beberapa penyebab rindu kampung halaman.

Sejujurnya, selain keluarga inti (keluarga bati) genangan kenangan sewaktu kecil di kampung halaman, bisa menjadi daya tarik terbesar sebagai penyebab rindu kampung halaman.

Apatah lagi, jika merasakan pengalaman di masa kecil yang indah. Penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Ahaay...

Berikut, aku tulis beberapa di antaranya, ya?

Pertama. Orangtua dan Sanak Saudara.

Agaknya, bakalan sepakat dengan poin pertama ini, kan? Terlepas dari keberadaan atau ketiadaan orangtua juga sanak saudara, kan?

Jika pun, tak lagi ada orangtua dan sanak saudara di kampung halaman, menziarahi kuburan serta bersilatuhmi dengan tetangga lebih dari cukup sebagai pengobat rindu.

Bila ada sanak saudara, coba bayangkan suasana ketika berkumpul bersama, kemudian bergantian merajut ulang benang-benang nostalgia di masa kecil, kan? Aih, seru!

Kedua. Masakan Ibu.

Tadi, aku membaca artikel Uda Irwan Rinaldi Sikumbang, bahwa salah satu Kompasianers senior yang biasa kusapa Uda Ir, menulis tentang "Sambal Lado Batanak"! Duh. Akupun langsung ingat masakan ibuku (Amak).

Berbahagialah bagi yang masih memiliki Ibu. Agaknya, cinta pertama semua anak jika terkait urusan lidah dan selera, adalah masakan ibu. Apapun alasannya!

Sejak kecil, aku punya masakan favorit "Tumis Pedas Kangkung" buatan ibuku. Jadi, mau pakai resep wah atau tempat yang mewah sekalipun. Lidahku sudah kadung memutuskan, tumis kangkung buatan ibuku yang terbaik di dunia!

Ketiga. Tentang Tempat dan Suasana: Masih Sama atau Berbeda.

Hidup di perantauan. Berapapun lamanya, akan sukar menyamai kebebasan dan keleluasaan seperti saat kita menikmati suasana di kampung halaman sendiri, kan?

Walau terkadang, ada rasa sedih ketika hamparan sawah yang begitu luas di masa kecil. Saat ini. Telah berganti dengan bangunan-bangunan bertembok tinggi serta berpagar jeruji besi!

Walau tak lagi banyak teman dan kerabat yang bisa ditemui dan dikunjungi. Namun, sambil menikmati suasana di kampung halaman, setidaknya bisa memapas pekat kenangan di masa lalu.

Keempat. Kebersamaan dan Keakraban.

Tanyakanlah, pada perantau yang telah meninggalkan kampung halaman selama belasan bahkan puluhan tahun. Bagaimana rasanya interaksi sosial di kampung halaman?

Mungkin tak persis sama seperti dulu. Ketika orang-orang serta situasi dan kondisi kampung halaman yang berubah dan terus berganti seiring waktu.

Namun, memori di bilik otak kecil akan terus menyimpan kredo: Rantau adalah tempat orang, Kampung Halaman adala tempat sendiri.

Kelima. Salat Id di Lapangan.

Poin ini, kukira alasan khusus terkait penyebab rindu pulang kampung pada saat ramadan atau jelang lebaran. Karena kebiasaanku begitu.

Saat wabah covid masih berkuasa. Lebaran terasa hampa. Sebab, tak ada salat id di lapangan. Karena aturan tentang batasan pengumpulan massa.

Salat id di lapangan itu, adalah cara termudah berkumpul bersama dengan kerabat, jiran tetangga serta teman-teman lama. Entah, teman semasa kecil. Saat sekolah dasar,menengah dan menengah atas. Dan seterusnya.

Setidaknya, usai salat kita bisa bertukar kabar, cerita singkat, mungkin juga melakukan foto bersama. Sesuatu, yang diyakini belum tentu bisa terulang lagi.

Suasana Salat Id di Lapangan Setianegara Curup/ foto: Dokumentasi Pribadi.
Suasana Salat Id di Lapangan Setianegara Curup/ foto: Dokumentasi Pribadi.

Terakhir...

Kukira, masih banyak alasan rindu kampung halaman yang bisa diungkap dan dituliskan. Atau teman-teman Kompasianera juga memiliki alasan berbeda?

Setidaknya. Tentang rindu kampung halaman, kucomot lagi satu pesan yang pernah kudapatkan.

"Satu-satunya yang tak bisa didaurulang, adalah waktu yang terbuang sia-sia. Jadi, sisakan sedikit waktu. Tak hanya tentang kenangan, tapi kampung halaman adalah batu pertama impianmu!"

Curup, 25.04.2023
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun