Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Suara Hujan

4 November 2022   15:32 Diperbarui: 4 November 2022   15:37 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kapan Mas berangkat?"

Bisikan tanyamu mengiringi gerak tubuhmu. Berbalik membelakangi jendela. Matamu menatapku. Akumengerti, kali ini kau memilih tak duduk di sisiku. Kau ingin sembunyikan tangismu.

"Besok pagi!"

***

"Kali ini, pergilah bersamaku."
"Aku belum siap, Mas!"

Berkali, kuajukan ajakan pergi bersama. Dan, kembali kutemui jawaban yang sama. Aku tak mengerti alur pikiranmu. Empat tahun berlalu. Kau lebih memilih membungkam rindu dengan caramu.

"Tapi, Kau ibunya."
"Tolong Mas jelaskan padaku. Satu alasan yang membuatku pantas mengaku sebagai ibu? Aku hanya perempuan yang..."

Mungkin, ada benarnya yang diujarkan para pujangga. Hujan adalah titik ternyaman membasuh jejak luka. Hujan pun mampu menjadi bilik persembunyian air mata.

Malam itu. Kubiarkan malammu lenyap dalam tangismu. Di pelukku.

***

Pita berwarna merah jambu, menghiasi rambut panjang sebahu. Milik wajah mungil yang terpasung dalam tiga pigura kayu. Tersusun dan tergantung rapih di dinding ruang tamu. Di dekat mesin jahit milikmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun