Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tak Ada dalam Buku Sejarah

17 Agustus 2022   17:41 Diperbarui: 18 Agustus 2022   21:13 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah (Sumber gambar: kompas.com)

"Maaf, Kek! Hampir pukul tiga. Anak-anak mesti bersiap untuk gladi resik upacara penurunan bendera."
"Bukannya jadwalku hingga jam empat?"
"Pergeseran jadwal, Kek!"
"Beri waktu sepuluh menit. Aku harus ceritakan satu kisah lagi. Tentang anak...."
"Maaf! Ini perintah dari...."

Kalimat lelaki berbadan tegap itu terhenti. Sekilas anggukkan kepala, memintaku untuk mengerti.

"Tapi...," Kalimatku tersekat, saat mataku melihat anak-anak beranjak dari lantai ubin tempat duduk mereka.

Beberapa orang panitia yang kutemui ceria pagi tadi, tampak terburu dan sibuk memberi arahan pada seratusan anak-anak itu untuk segera meninggalkan Balai Agung. Termasuk sosok tegap yang baru saja bertukar bisikan denganku.

Mataku menatap tubuh-tubuh letih berseragam sekolah itu, bergerak tertib menuju lapangan untuk melengkapi prosesi upacara. Kembali mengulang seperti pagi tadi. Bedanya, kali ini penurunan bendera.

"Kenapa jempol Ayah, hanya bergerak satu kali?"
"Lupakanlah!
"Tadi ada pesan panitia. Ambil uangnya, setelah upacara penurunan bendera!"
"Biarlah! Hayuk, pulang!"
"Kenapa Ayah...."

Tertatih, kuayun langkah beserta tongkat kayu jatiku. Tergesa, meninggalkan si Ragil, dan mengabaikan sapaan dari beberapa lansia berseragam sepertiku, saat berpapasan.

***

"Ayah!"

Tergopoh berusaha menyamakan langkah, tangan si Ragil memegang pelan lengan kiriku. Membuat langkah dan ketukan tongkatku menemukan kembali irama harmoni agar segera menjauh dari Balai Agung.

"Dengarkan! Aku tak mau lagi bercerita tentang sejarah. Tidak juga besok atau tahun depan. Sesungguhnya, mereka tak pernah ingin mengetahui sejarah di hari kemerdekaan ini, kan? Mereka hanya ingin...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun