Bukan maksudku menyakiti rasamu. Tanpa sengaja, kalimat dari mulutku meluncur begitu saja hari itu.
Adalah bohong, jika aku tak merasa kehilangan televisi itu. Benda itu adalah kenang-kenangan dari teman-teman sekantor setelah aku berhenti bekerja, menikah dan hidup bersamamu.
Juga sebuah kebohongan, jika aku tak akan merindukan mesin jahit itu. Satu-satunya yang tersisa untukku. Menjemput pulang ingatan untuk kembali merasakan kehangatan seorang ibu. ibuku.
Akupun memahami situasi yang kau alami saat ini. Apapun yang terjadi, harus dijalani. Aku telah memilihmu. Dan, kau adalah hidupku.
Tak akan berubah. Hingga batas ruang dan waktu tak lagi mengenal arah.
***
Kau kembali hadir di ruang tamu. Duduk tertunduk di hadapku. Membisu.
Airmata itu. Mengusik rasa manis dari sajian segelas kopi pahitku.
***
Dari sorot matamu, aku percaya padamu. Airmata dan segelas kopi tanpa gula, tak akan mampu menghapus kita.
Hingga senja usia.