Plak! Plak! Plak!
***
Lelaki itu berbelok ke kanan. Menyentuh kardus bekas mi instan yang diajukan, dan mengusap pelan kepala dua bocah yang menutupi tubuhnya dengan warna perak.
Kakiku tergesa menyeberangi lalu lintas yang lengang. Lelaki itu berjalan pelan, sesekali menyapa orang yang dilewati. Sesaat berhenti di lampu merah pertigaan. Sekilas menepuk pundak anak muda yang menunduk menghampiri sambil memanggul gitar di trotoar. Lelaki itu berjalan cepat, menyeberangi jalan menuju toko sepatu.
Berjarak sekitar dua puluh meter di belakang, langkahku harus terhenti. Kulihat ayunan telapak tangan lelaki itu melayang begitu ringan, seperti kepak sayap kupu-kupu.
Bukan sedang menikmati sari pati dari kelopak mawar di taman kota. Namun, bergantian singgah di pipi seorang lelaki sebayaku yang berseragam juru parkir.
Tak tampak tanda perlawanan dari juru parkir. Pun, tak ada reaksi dari pemilik toko sepatu dan seorang ibu yang juga berhenti karena terhalang mendorong gerobak jamu. Semua memilih diam.
Mungkin sepertiku, berharap kejadian itu segera berakhir.
"Kenapa kau mengikutiku?"
Lelaki itu sudah berada di hadapku. Tiba-tiba. Tanpa aba-aba.
***