"Hamil, Mas!"
"Hah?"
Aku terkejut. Istriku tersenyum. Dua tangannya, sejak tadi tak henti mengusap punggung makhluk berbulu yang berbaring tenang di pangkuan.
"Si Belang Tiga! Kucing yang..."
Tanyaku tersendat. Perempuan yang sudah dua tahun kunikahi itu, sepertinya membaca pikiranku. Aku pasti mengingat si Belang Tiga.
"Kenapa Olens pilih si Pencuri?"
Mataku menatap Olens. Kemudian menatap wajah istriku. Tak lagi kutemukan senyuman. Tapi tawa tertahan.
***
"Jangan, Mas!"
Tanganku gagal meluncurkan sapu ke bawah meja makan. Suara istrku, membuat si Belang Tiga semakin nyaman menikmati makanan milik si Olens.
"Mas mau, anak-anak Olens lahir tanpa ayah?"
"Kan, cuma..."
"Jangan bilang cuma kucing! Bagaimana kalau aku yang..."
Kalimat istriku terhenti. Aku memilih bisu. Dalam diam, tangannya meraih gagang sapu dari tanganku. Dan menghilang di balik pintu dapur.