"Mengalami dan merasakan langsung, adalah peluru paling tajam untuk menyusun kata-kata yang mewakilkan rasa."
Bagiku, akan berbeda kenikmatan membaca tulisan hasil dari pelaku, saksi mata atau dari penutur yang bukan keduanya.
Ukuran paling gampang adalah, membaca ulasan final dramatis liga UEFA yang ditulis oleh penggemar Manchester United. Karena berujung kekalahan tragis lewat drama adu penalti dengan skor fantastis, 10-11!
Memilih Momentum
Bagi orangtua, menurutku, momentum melepas anak untuk merantau, apatah lagi untuk menyelesaikan pendidikan. Biasanya menciptakan beragam rasa.
Hal Itu kemudian terakumulasi dalam asa dan doa. Terkadang tanpa berucap kata-kata. Hanya airmata. Karena, aku pribadi lumayan terlatih menata airmata. Jadi, aku memilih momentum percakapan di ujung perpisahan itu.
Sesungguhnya, ada beberapa pilihan momentum keberangkatan si Sulung yang bisa kutulis.
Tentang kisah di meja makan, saat kutemani si Sulung makan sesudah salat Jumat. Atau tangisan Amak (Ibuku), juga adik-adik si Sulung yang melepas Abang dalam diam sambil bertukar salam dan berpelukan.
Juga penggalan cerita selama perjalanan di atas motor biru, saat kuantar si Sulung menuju loket pemberhentian bus, yang berjarak 10 kilometer dari rumah.Â
Namun, yang ingin kusampaikan adalah, "anak sulungku berangkat ke Padang".
Menimbang Kata
Sebagian pembaca, mungkin sudah mengenal caraku mengolah rasa dengan kata-kata. Entahlah! Dalam hal menulis, aku berusaha berhati-hati menata kata. Terkadang melalui berbagai pertimbangan.