Masalahnya, agihan mata kuliah metode penelitian, penuh dengan istilah-istilah yang menggunakan "bahasa langit" yang membuat mahasiswa terserang alergi akut.
Padahal mata kuliah metode penelitian, adalah "alat perang" utama menaklukkan skripsi, selain kegigihan mencari referensi serta kepasrahan.
Misalnya? Kukira, akan banyak yang gagap menjelaskan tentang pengertian serta perbedaan Hipotesa, Analisa, Sintesa atau Antitesa. Apatah lagi mengaplikasikannya dalam penelitian dan penulisan.
Semakin gawat, jika pengampu mata kuliah metode penelitian ini, masih bersetia menggunakan pakem semasa mereka kuliah dulu. Enggan memperbaharui perkembangan kajian keilmuan metode penelitian terbaru.
Beberapa curhat yang kudapati. Mata kuliah penelitian lebih fokus membahas tentang sistematika penulisan, cara membuat daftar pustaka, cara membuat kutipan langsung dan tak langsung dan seterusnya.
Lah? Itu mata kuliah metode penelitian atau metode penulisan?
Jejangan, mata kuliah Bahasa Indonesia yang menjadi mata kuliah wajib nasional di semua perguruan tinggi, materi yang diberikan masih tentang struktur kalimat, macam-macam paragraf, dan aneka majas?
Aku terkadang kagum dengan sepak terjang teman-teman mahasiswa saat menangkap isu-isu sosial yang kemudian menjadi kerangka dalam aksi, sekaligus menjadi heran.Â
Naluri menangkap fenomena yang kemudian dijadikan masalah itu, tak berbekas bahkan nyaris tak bersisa, jika dihadapkan dengan kata sakti "skripsi".
"Cari masalah dulu!"
"Hah?"
"Itu rute paling gampang! Dahulukan mencari masalah. Kemudian diolah menjadi judul!"
Begitulah! Tak jarang kutemukan wajah heran, terkejut, bahkan tertawa jika kusarankan seperti percakapan di atas.