Aku seperti tersesat di taman kenangan dulu. Bermain dalam genangan ingatan pada buku-buku yang pernah kubaca di masa kecilku.
Sejak kemarin, aku menikmati sajian tulisan dari teman-teman Kompasianers. Dengan tema Buku Bacaan Masa Kecil dan Hari Buku Nasional.
Karena membaca kisah Deni Manusia Ikan, samar-samar aku mengingat kisah dulu. Gegara cerita yang masih terselip dalam majalah anak-anak itu, aku bertekad belajar berenang. Walau acapkali tenggelam atau sekadar berendam.
Saat membaca tulisan serial detektif Lima Sekawan, aku jadi ingat buku satu generasi berjudul Sapta Siaga. Dan tersenyum, mengenang saat itu bersama teman sepermainan, berlagak bak detektif magang. Mungkin mengalahkan imajinasi detektif Upin dan Ipin saat ini.
Ketika membaca artikel yang terpasang foto majalah Bobo. Aku jadi ingat majalah Ananda, Kuntum juga Kuncung! Itu majalah legendaris masa kecilku dulu. Termasuk majalah keluaran Disney!
Kisah seru pertarungan Paman Gober dengan Gerombolan si Berat. Cerita riweh Donald, Dessy dan Untung serta trio Kwak, Kwik serta Kwek. Atau kisah detektif Micky Mouse, Mini Mouse, Gufi, Pluto plus fantasi penemuan ajaib Profesor Lang Ling Lung!
Agaknya, akan semakin lengkap, jika ada tulisan yang mengulas kisah lucu dari komik Petruk-Gareng karya Tatang S! Dengan kisah tak terduga, sesuai topik hangat masa itu. Mirip kisah kritik sosial Pailul di Kompas Minggu.
Tanpa sadar, aku singgah ke bilik nostalgia. Kembali mengingat begitu sulitnya lepas dari kecanduan membaca berjilid-jilid buku cerita silat berukuran selebar telapak tangan orang dewasa karya Asmaraman Ko Ping Ho. Hingga dimarahi Amak (Ibuku).
Aku membayangkan, membaca artikel itu sambil mendengarkan lagu lawas milik Dan Byrd berjudul Boulevard. Dengan nada liris dan ritmis memutar lirik:
I don't know why I said goodbye
Just let me know you didn't go forever my books
Secara sadar, kugubah dua kata dari dua lirik tersebut. Harusnya "you said goodbye" menjadi "I said googbye", serta kata terakhir "my love" kugubah jadi "my books". Hiks...