Akhirnya, kue-kue lebaran yang menyita waktu persiapan setengah ramadan, terjebak dalam kesepian. Menunggu orang-orang yang rela melupakan timbangan, agar bisa dihabiskan. Hiks!
Desakan Selera yang Menjengkelkan
Urusan selera, terkadang menjengkelkan. Padahal di rumah udah ada sekian macam kue lebaran dengan beragam rasa yang ditawarkan.
Malah yang memantik selera itu berupa bakso? Mie Ayam? Gado-gado? Atau Pecel? Aku mengalami itu. Ahaaay...
Bingung juga cari penyebabnya. Mungkin karena terlalu banyak pilihan? Atau gegara kemana-mana ditemui jenis makanan serupa? Â Akhirnya mencari asupan lidah yang berbeda?
Atau pembuat kue, belum melakukan kajian dan penelitian. Kue semacam apa atau kue dengan rasa apa bisa laris dan habis tepat waktu saat lebaran. Halah!
Toples Kembali Bersiap Jadi Pengangguran
Eksistensi toples saat lebaran, menimbulkan masalah klasik! Terutama bagi ibu-ibu rumah tangga. Setidaknya ada 3 alasan.
Pertama. Ada yang memang khusus digunakan saat lebaran. Di luar waktu itu, bakal disimpan dan kembali resmi jadi pengangguran. Mungkin toples warisan atau kenangan. Kusebut toples sakti.
Kedua. Saat ini, tersedia kue lebaran yang dijual dalam kemasan sekalian dengan  toplesnya, kan? Nah, koleksi yang bertambah, biasanya bikin riweh para ibu menata lemari penyimpanan barang-barang.
Ketiga. Toples keluaran terbaru! Produsen toples tentu memanfaatkan momentum lebaran. Sehingga edisi toples terbaru menjadi jebakan bagi mata. Kalau tiap mau lebaran beli baru? Semakin banyak pengangguran, tah?