Hematku, sesungguhnya bukan urusan berbelanja. Tapi kenapa pemilihan waktu berbelanja harus menjelang Ramadan, ketika semua hal tetiba menjadi sebuah kebutuhan?
Bukan rahasia lagi. Pengeluaran anggaran rutin kebutuhan saat Ramadan, biasanya akan meningkat dari bulan-bulan selain Ramadan.
Apatah lagi menjelang lebaran, nyaris semua harga meningkat tajam. Seiring dengan rumus demand and suply. Ketika semakin banyak permintaan, harga akan mengalami lonjakan.
Sebagai kepala keluarga. Aku sudah semakin terlatih untuk menaklukkan momentum "hasrat belanja" jelang Ramadan. Aku tulis caraku, ya?
Pertama. Butuh Kejujuran tentang Anggaran Keuangan
Kehidupan tak berhenti sesudah lebaran. Jadi, sebagai kepala keluarga, aku juga harus realistis untuk berpikir kelangsungan pemenuhan kebutuhan sesudah lebaran, kan?
Jadi, caraku adalah jujur dengan anggaran yang tersedia saat lebaran kepada semua anggota keluarga. Aku tak mau, menjadi ayah yang seperti "Toko Serba Ada". Memperlihatkan kondisi keuangan yang tampak baik-baik saja.
Kedua. Menyusun Prioritas Bersama
Sesudah memastikan, anggota keluarga tahu anggaran yang tersedia. Kemudian mengajak mereka menyusun kebutuhan bersama berdasarkan prioritas. Apa yang memang benar-benar dibutuhkan saat lebaran.
Okelah jika kue-kue lebaran. Tapi baju lebaran? Hal itu bisa dilakukan jauh-jauh hari sebelum lebaran. Ketika harga pakaian masih normal tanpa lonjakan, kan? Termasuk merehab rumah, tak harus di momentum lebaran, tah?