Beragam ajang Bukber ditawarkan. Bisai diinisiasi karena jejaring pertemanan, berdasarkan afiliasi organisasi yang diikuti, Bukber Komunitas atau Bukber teman satu tempat kerja. Bagi atasan, sebagai seremonial, bagi bawahan sebagai kewajiban setor wajah.
Anakku yang duduk di SD dan SMP, setidaknya setiap tahun melakukan dua kali Bukber. Yaitu Bukber khusus satu kelas dan Bukber satu sekolah! Belum lagi, di keluargaku, ada tradisi Bukber keluarga, yang dihadiri besar. Momen berkumpul anak-menantu hingga cucu.
Tapi, ini tradisi indah dua tahun lalu. Ketika korona belum datang bertamu!
Situasi terkini Pandemi di daerahku, tak lagi dimengerti. Masuk zona hijau, merah atau abu-abu. Pokoke semua mengerti ancaman covid masih terlalu dekat. Hingga kegiatan Bukber jadi berkurang drastis.
Kondisi ini dilematis bagi kegiatan Bukber, kan? Di satu sisi demi menjaga kesehatan dan keselamatan bersama. di sisi lain, bagaimana warna-warni Ramadan, tanpa bukber?
Untungnya, Orang Indonesia cepat beradaptasi dan mencari alternatif pengganti. Jika di bidang pendidikan ada belajar virtual, maka kegiatan bukber pun pasti bisa virtual. Lah, wong pacar virtual aja, bisa? Eh, yang terakhir ini, hanya agenda tersembunyi para jomlo.
Balik lagi ke urusan Bukber Virtual, ya? Pertanyaan mendasarnya, apa bisa? Bukannya aneh? Makan-makan, kok virtual?
Jika menggunakan analogi anak gadisku pada percakapan di atas. ada pemisahan tempat dan waktu. Jadi, bisa dimaknai jika bukber virtual itu, waktu berbukanya yang sama. Namun, tak harus makan secara bersama-sama di dalam satu tempat yang sama, kan?
Jika berpijak pada arguentasi itu. Maka bukber virtual bisa dilaksanakan. Malah bisa pakai bingits. Namun, gegara istilah Bukber Virtual belum biasa digunakan. Maka terasa janggal!
Aku coba ajukan rujukan secara bahasa, arti kata virtual yang terdapat pada KBBI V. Ada tiga makna virtual yang disebutkan: