Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

4 Alasan Memilih Media Sosial, Jika Ngabuburit Bermakna Interaksi Sosial

24 April 2021   22:19 Diperbarui: 24 April 2021   22:32 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Media Sosial (Sumber gambar: pixabay.com)

"Jika anda memiliki media sosial, dan anda tidak belajar, tidak tertawa, tidak terinspirasi atau tidak berjejaring, maka Anda salah menggunakannya."

Kalimat di atas kubaca beberapa tahun lalu. Sehingga aku lupa kalimat persisnya, juga di mana, kapan atau siapa pemilik kalimat itu. Aku hanya bisa mengingat poinnya saja. Semoga tak keliru, dan tak ditiru. Hiks...

Tema samber hari ke-11 ini adalah Aplikasi Favorit untuk Mengisi Waktu Ngabuburit. Maaf jika keliru, aku memahami ngabuburit tak hanya menunggu waktu berbuka sendirian, tapi melakukan interaksi sosial.

Maka dari itu, aku memilih menulis tentang media sosial (Selanjutnya kutulis Medsos). Boleh, kan?

Ilustrasi Aneka Aplikasi Media Sosial (Sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi Aneka Aplikasi Media Sosial (Sumber gambar: pixabay.com)
4 Alasanku Memilih Memiliki Aplikasi Media Sosial

Sejalan dengan kutipan di awal artikel ini, aku kemukakan alasanku memiliki media sosial, ya?

Pertama. Ruang Belajar yang Mudah, Murah dan Meriah

Era digital saat ini, kita mulai terbiasa hidup pada dua dunia. Tapi bukan kategori makhluk amfibi seperti dalam rumpun ilmu biologi. Dua dunia itu adalah Dunia Nyata dan Dunia Maya. Keduanya juga menawarkan diorama dan drama yang berbeda.

Perbedaanya, jika dunia maya tersekat oleh jarak, ruang dan waktu, maka Dunia maya tak mengenal batas jarak, ruang dan waktu. Dalam tempo sekian detik, seseorang bisa berada di mana saja, berperan sebagai apa saja dengan situasi dan suasana yang bisa tak serupa.

Medsos dalam waktu singkat, membuat kita tahu hal yang tak kita kenal, bahkan hal-hal yang tak perlu. Sehingga kita menjadi terlatih untuk beradaptasi tentang bersikap dan berperilaku yang juga berbeda, kan? Untungnya, itu ditawarkan secara mudah, murah dan meriah.

Kukira, karena itu, kemudian lahir rumus baku, "Netizen Mahabenar dan Netzen Mahatahu". Versi siapa? Nah, ini aku belum tahu.

Kedua. Sarana Hiburan.

Medsos tak hanya menawarkan keseriusan dunia nyata yang berpindah ke dunia maya. Namun juga menawarkan kelucuan-kelucuan versi netizen pegiat medsos. Sehingga hadir kredo "Mahabenar Medsos dengan segala kelucuannya!"

Jika mengulik cuitan Netizen, akan selalu ada ketidakseriusan dari hal-hal yang serius. Selalu ditemuan tombol-tombol ajaib yang bisa menekan hasrat untuk tertawa. Jika sedikit malu, tersenyum juga tak masalah.

Terkadang, aku terhibur dengan adu kuat argumentasi, terkadang adu nyali hingga adu ngeyel ala-ala penghuni dunia Maya. Toh, hidup tak selalu lurus jika dijalani dengan serius, kan? Jalan tol saja masih ada tikungan dan belokan, tah? Padahal bebas hambatan. Ahaaay...

Ketiga. Sumber Mencari dan Mencuri Inspirasi.

Aku tak mau bohong, jika artikel yang kutulis di Kompasiana adalah ide murni milikku. Terkadang, eh, jejangan mayoritas inti tulisan atau isi pesan dari artikelku, berasal dari media sosial yang kumiliki.

Ketika kubaca curhat teman tentang anak, bisa saja kutulis tentang isu pendidikan atau pola asuh orangtua. Ketika ada yang menulis kisah hidup yang pahit dan getir, kujadikan puisi atau cerpen. Ketika temanku ngomel tentang kenaikan harga sembako, aku ikutan curhat. Eh!

Begitulah! Ketika bersentuhan dengan medsos, aku bak pemancing kampung yang berdiri di tepi lautan. Tak hanya mencari ikan, namun juga belajar menemukan umpan yang tepat. Selain itu, sekaligus menikmati suasana yang ditawarkan lautan. Aduhaaaay...

Keempat. Ranah Berjejaring dan Silatuhrahmi.

Menurutku, adalah anggapan keliru jika medsos hanya menawarkan kekacauan yang berseliweran tak bertuan. Medsos juga menawarkan keteraturan dalam ketidakteraturan anggapan tersebut.

Medos bisa saja menjadi ajang reuni virtual dengan teman yang sudah lama tak bersua. Bahkan bisa bersatu dan berkumpul berdasarkan kesamaan minat dan hobi. Semisal hobi menulis, hobi hidroponik, hobi drakor, atau hobi kuliner.

Sehingga, medsos tak lagi menjadi ruang antar personal. Namun berubah menjadi ajang komunal. Siapa yang jeli, akan meraih manfaat dari ruang-ruang tersebut. Apakah keuntungan finansial, relasi, peluang kerja dan sebagainya. Iya, tah?

Ilustrasi Pilihan Aplikasi Media Sosial (Sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi Pilihan Aplikasi Media Sosial (Sumber gambar: pixabay.com)
4 Media Sosial Milikku

Hingga hari ini, aku memiliki empat media sosial. Dua tergolong aktif, dan dua lagi disesuaikan dengan kebutuhan. Selain alasan kapasitas gawai jadul yang kumiliki. Aku tulis beserta alasannya, ya?

Pertama. Facebook.

Ini Medsos tertua yang kumiliki. Tujuan awalnya, biar bisa berinteraksi dan bertukar informasi dengan teman dan handai taulan yang saling berjauhan. Entah kabar bahagia atau berita duka.

Nah, waktu ngabuburit, medsos ini sering aku buka. Saling sapa, bertukar komentar atau sekadar mencari tahu keadaan serta keberadaan mereka.

Kedua. Whatsapp.

Duh, ini aplikasi yang banyak menyita memori ponselku. Karena tak hanya untuk interaksi pribadi yang bersifat privat. Namun juga puluhan grup yang menjadi konsumsi publik.

Keuntungan lain dari aplikasi ini, aku bisa mengatur diri berdasarkan kebutuhan dan manfaat. Ada grup yang khusus urusan kerja, urusan organisasi, urusan hobi hingga grup alumni dan grup keluarga.

Nah, saat gabut sambil ngabuburit, aku bisa saja ngerecokin anggota grup. Atau malah menjadi silent reader dari lalu lintas chitchat yang bisa ribuan dalam satu hari. Hehehe...

Ketiga. Instagram.

Ini aplikasi medsos yang kumiliki tapi jarang kukunjungi. Awalnya, sebagai alternatif, ketika temanku tak memiliki akun Facebook dan Whatsapp. Jadi, Instagram menjadi pilihan untuk menjalin komunikasi.

Namun, seiring waktu, ternyata ada kesamaan teman di Instagram dan facebook. Karena itu, maka hanya sesekali, aku akan meninjau akun Instagram milikku. Setidaknya, aku bisa menikmati foto-foto terbaru atau video terpilih yang diunggah teman-teman yang kuikuti.

Keempat. Twitter.

Ini aplikasi paling bungsu yang kumiliki. Kugunakan sebagai sumber informasi terkini yang terjadi di luar kampungku. Gegara aku kapok membaca situs berita atau portal berita online. Judul ke mana, isinya di mana. Entahlah!

Bagiku, Twitter tetap yang tercepat dalam hal arus informasi. Memang bukan berita utuh. Namun, menjadi pintu untuk tahu perkembangan dunia. Jika infonya menarik, aku akan berseluncur untuk membidik berita utuh.

Ilustrasi lelaki dan ponsel (Sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi lelaki dan ponsel (Sumber gambar: pixabay.com)
Terus?

Nah, Aku jadi bingung meletakkan Kompasiana. Sebagai medsos atau tidak? Selain berbentuk aplikasi, juga memiliki 4 manfaat seperti yang kutulis di atas. Hayuk ngaku?

Karena, tak hanya selama 11 hari Ramadan berjalan, aku melewati waktu dengan 4 Aplikasi Medsos itu. Tapi, akun Kompasiana juga lekat dan dekat dengan keseharianku selain Ramadan. Termasuk saat ngabuburit. Jika kuanggap medsos, nanti malah gak ikhlas! Hiks...

Eh, di ponselku juga hanya ada satu permainan, yaitu Chess. Aplikasi catur yang ringan untuk mengasah otak biar gak segera pikun. Tapi aku gak pernah tekun! Sehingga, kalau salah langkah, aku bisa ulang lagi. Walau tetap saja kalah!

Ternyata panjang, sudah 980 kata! Udah, ya? Semoga semua selalu sehat!

Curup, 24.04.2021

Zaldy Chan

[Ditulis untuk Kompasiana]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun